You are on page 1of 41

Asma merupakan penyakit respiratori kronik yang

heterogen dengan dasar inflamasi kronik yang bervariasi luas


dalam manifestasi klinis, mekanisme inflamasi, patogenesis,
dan perjalanan alamiah dengan banyak sekali faktor yang
berperan. Berbagai definisi asma yang ada saat ini sifatnya
deskriptif, menggambarkan gejala kinis dan polanya, disertai
patofisiologi dan patologi dengan derajat rincian yang
bervariasi (IDAI, 2016).
a. Berdasarkan umur
 Asma bayi–baduta (bawah dua tahun)
 Asma balita (bawah lima tahun)
 Asma usia sekolah (5-11 tahun)
 Asma remaja (12-17 tahun)

b. Berdasarkan fenotip
 Asma tercetus infeksi virus
 Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
 Asma tercetus alergen
 Asma terkait obesitas
 Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered asthma)
c. Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala (IDAI,
2015)
 Asma intermiten
 Asma persisten ringan
 Asma persisten sedang
 Asma persisten berat

d. Berdasarkan derajat beratnya serangan


 Asma serangan ringan-sedang
 Asma serangan berat
 Serangan asma dengan ancaman henti napas
 Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan
digunakan sebagai dasar penentuan tata laksana.
Kriteria Penentuan Derajat Asma (IDAI, 2015)

Derajat Asma Uraian Kekerapan gejala asma

Intermitten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥


6 minggu

Persisten ringan Episode gejala asma >1x/bulan, <1x/minggu

Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap


hari

Persisten berat Episode gejala asma terjadi setiap hari


Klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015

PNAA 2004 PNAA 2015

Episodik Jarang Intermitten


Episodik Sering Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Persisten Berat
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Riwayat Atopi
4. Lingkungan
5. Ras
6. Asap rokok
7. Outdoor air pollution
8. Infeksi Respiratorik
International Study of Asthma and Allergies in Childhood
(ISAAC), mendapatkan beberapa faktor risiko yaitu
(IDAI, 2016) :

1. Polusi udara.
2. Asap rokok.
3. Makanan cepat saji.
4. Berat lahir.
5. Cooking fuel.
6. Rendahnya pendidikan ibu.
7. Ventilasi rumah yang tidak memadai.
8. Merokok di dalam rumah.
9. Tidak adanya ventilasi.
Mekanisme imunologis inflamasi saluran
respiratori
Inflamasi akut dan kronik
Remodeling saluran respiratori
Deposisi jaringan penyambung
dan mengubah struktur saluran
respiratori

Proses : dediferensiasi, migrasi,


diferensiasi, dan maturasi struktur
sel

Kombinasi : kerusakan sel epitel,


perbaikan epitel yang berlanjut, produksi
pertumbuhan profibrotik / TGF ↑

proliferasi serta diferensiasi fibroblas


menjadi miofibroblas
Remodeling saluran respiratori

Diferensiasi
Maturasi
Dediferensiasi Migrasi Fibroblas → Struktur sel
Miofibroblas

Produksi ↑ permeabilitas
proliferasi mikrovaskular,
faktor2
Miofibroblas sel2 otot vaskularisasi,
pertumbuhan,
teraktivasi kemokin ,
polos saluran neovaskularisasi,
dan jaringan
sitokin respiratori
saraf.
Remodelling
Patofisiologi
- Obstruksi saluran respiratori

Obstruksi sal. respiratorik

Keterbatasan aliran udara yg


dapat kembali (spontan &
setelah pengobatan)

Perubahan fungsional : Batuk,


sesak, wheezing,
Hiperreaktivitas sal. respiratorik
Penyempitan Sal. Napas Dipengaruhi Banyak faktor

• Diprovokasi pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi.


• Agonis : Histamin, triptase, prostaglandin D2,leukotrien
C4 dari sel mast; neuropeptida dari sarah aferen
Kontraksi otot
setempat; asetilkolin dari sarah eferen post ganlionik
polos bronkus

• Diperkuat oleh penebalan dinding sal. Respiratorik akibat


edema akut, infiltrasi sel-sel inflamasi, remodeling,
hiperplasia dan hipertrofi kronik otot polos, vaskular sel-
sel sekretori, deposisi matriks pada dinding sal. respirasi
Hambatan sal. Respiratorik meningkat akibat

Produksi sekret ↑ , kental, lengket, o/ sel


goblet dan kel submukosa

kelenjar submukosa, protein plasma yang


keluar melalui mikrovaskular bronkus

Debris seluler
Patofisiologi
- Hiperreaktivitas saluran respiratori

Peruahan otot polos sal. Respiratori


(Hiperplasia dan Hipertrofi)

Perubahan kontraktilitas

Inflamasi dinding sel respiratori pada


daerah peribronkial

↑ Penyempitan sal. Respiratori selama


kontraksi otot polos
Patofisiologi
Penegakan diagnosis asma pada anak mengikuti
alur klasik diagnosis medis yaitu melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang. Anamnesis memegang peranan sangat
penting mengingat diagnosis asma pada anak
sebagian besar ditegakkan secara kinis.
1. Anamnesis

Keluhan wheezing dan atau batuk berulang


merupakan manifestasi klinis yang diterima luas sebagai
titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma berupa
kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada
tertekan, dan produksi sputum.
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah :

 Gejala timbul secara episodik atau berulang.


 Timbul bila ada faktor pencetus.
 Iritan
 Alergen
 Infeksi respiratori akut
 Aktivitas fisik
 riwayat alergi
 Variabilitas
 Reversibilitas
 Tahapan penegakan diagnosis asma

 a. Diagnosis kerja : Asma


Dibuat sesuai alur diagnosis asma anak, kemudian
diberi tata laksana umum yaitu penghindaran
pencetus, pereda, dan tata laksana penyakit penyulit.

 b. Diagnosis klasifikasi kekerapan


Dibuat dalam waktu 6 minggu, dapat kurang dari 6
minggu bila informasi klinis sudah kuat.
 c. Diagnosis derajat kendali
Dibuat setelah 6 minggu menjalani tata laksana
jangka panjang awal sesuai klasifikasi kekerapan
 2. Pemeriksaan Fisis
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada
pemeriksaan fisis pasien biasanya tidak ditemukan
kelainan. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau
sesak, dapat terdengar wheezing, baik yang terdengar
langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan
stetoskop
 3. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas
gangguan aliran napas akibat obstruksi,
hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau
adanya atopi pada pasien.
 Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji
reversibilitas dan untuk menilai variabilitas. Pada
fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan dengan
peakflow meter.
 Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah,
pemeriksaan IgE spesifik.
 Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO
(fractionalexhalednitric oxide), eosinofil sputum.
 Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau
larutan salin hipertonik.
 Jika terindikasi dan fasilitas tersedia, lakukan
pemeriksaan untuk mencari kemungkinan diagnosis
banding, misalnya uji tuberkulin, foto sinus
paranasalis, foto toraks, uji refluks gastro-
esofagus, uji keringat, uji gerakan silia, uji
defisiensi imun, CT-scan toraks, endoskopi
respiratori (rinoskopi, laringoskopi, bronkoskopi).
 Diagnosis Banding
◦ Inflamasi: infeksi, alergi
◦ Obstruksi mekanis
◦ Patologi bronkus
◦ Kelainan sistem organ lain
 Tujuan Tatalaksana
• Mengatasi penyempitan saluran respiratori
secepat mungkin
• Mengurangi hipoksemia
• Mengembalikan fungsi paru ke keadaan
normal secepatnya
• Mengevaluasi dan memperbarui tatalaksana
jangka panjang untuk mencegah kekambuhan
 Obat asma dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar :
1. Obat Pereda (Reliever)
2. Obat Pengendali (Controller)
1. Obat Pereda (Reliever)

Obat ini digunakan untuk meredakan serangan


atau gejala asma bila sedang timbul. Bila
serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada
lagi, maka pemakaian obat ini dihentikan.
2. Obat Pengendali (Controller)

Digunakan untuk mencegah serangan asma. Obat


ini untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu
inflamasi respiratori kronik, sehingga tidak
timbul serangan atau gejala asma.
Pada umumnya obat asma diberikan
secara inhalasi. Ada perbedaan teknik
inhalasi sesuai dengan golongan umur dan
kemampuan anak.
sehingga pemilihan alat inhalasi harus
disesuaikan dengan kondisi masing-masing
anak
Umur Alat Inhalasi
<5 tahun -Nebulizer dengan masker
-Metered Dose Inhaler (MDI) dengan spacer :
aerochamber, optichamber, babyhaler
5-8 tahun -Nebulizer dengan mouth piece
-MDI dengan spacer
-Dry Powder Inhaler (DPI) diskhaler, easyhaler,
swinghaler, turbuhaler
>8 tahun -Nebulizer dengan mouth piece
-MDI dengan atau tanpa spacer
-DPI diskhaler, swinghaler, turbuhaler
 Steroid Inhalasi
 Agonis β2 kerja panjang (Long acting
ß2Cagonist, LABA)
 Anti leukotrien
 Teofilin lepas lambat
 Anti-imunoglobulin E (Anti-IgE)
Dosis berbagai preparat steroid inhalasi pada anak asma

Obat Dosis Harian


Rendah Sedang Tinggi
Dewasa dan remaja (12 tahun atau lebih)
Beclometasone dipropionate (CFC) 200-500 >500 – 1000 >1000
Beclometasone dipropionate (HFA) 100-200 >200 – 400 >400
Budesonid (DPI) 200-400 >400 – 800 >800
Ciclesonide (HFA) 80-160 >160 – 320 >320
Fluticasone propionate(DPI) 100-250 >250 – 500 >500
Fluticasone propionate (HFA) 100-250 >250 – 500 >500
Mometasone furoat 110-220 >220 – 440 >440
Triamncinolone acetonide 400-1000 >1000– 2000 >2000
Anak usia 6-12 tahun
Beclometasone dipropionate (CFC) 100-200 >200 – 400 >400
Beclometasone dipropionate (HFA) 50 -100 >100 – 200 >200
Budesonid (DPI) 100-200 >200 – 400 >400
Budesonid (Nebules) 250-500 >500 – 1000 >1000
Ciclesonide 80 >60 – 160 >160
Fluticasone propionate (DPI) 100-200 >200 – 400 >400
Fluticasone propionate (HFA) 100-200 >200 – 500 >500
Mometasone furoat 110 >220 – 440 >440
Triamncinolone acetonide 400-800 >800 – 1200 >1200
Penentuan Derajat Kendali
A. Penilaian Klinis (Dalam 6-8 minggu)
Manifestasi klinis Terkendali dengan/ Terkendali sebagian Tidak terkendali
tanpa obat (minimal 1 kriteria
pengendali terpenuhi)
(Bila semua kriteria
terpenuhi )
Gejala Siang Hari Tidak pernah (≤2x/ >2x/ minggu 3 atau lebih kriteria
minggu) terkendali sebagian
Aktivitas terbatas Tidak ada Ada

Gejala malam hari Tidak ada Ada

Pemakaian pereda Tidak ada >2x/minggu


(≤2x/minggu)
membagi derajat penyakit asma anak
berdasarkan kekerapan gejala dan derajat
kendali. Setelah dilakukan tata laksana umum
berupa penghindaran pencetus, klasifikasi
kekerapan asma dapat ditentukan dalam
waktu enam minggu
Keterangan gambar: ICS (inhaled corticosteroids, steroid inhalasi);
LTRA (Leukotriene Receptor Antagonist); SABA (short acting beta
agonist, agonis β2 kerja pendek); LABA (long acting beta agonist,
agonis β2 kerja panjang)
Jenjang dalam tata laksana asma jangka
panjang pada anak usia >5 tahun :

Keterangan :
1. Acuan awal penetapan jenjang tata laksana
jangka panjang menggunakan klasifikasi
kekerapan.

2. Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah


berlangsung selama 6H 8 minggu dan asma
belum terkendali, maka tata laksana naik
jenjang ke atasnya (step up).
3. Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah
berlangsung selama 8H 12 minggu dan
asma terkendali penuh, maka tata laksana
turun jenjang kebawahnya (step down).

4. Perubahan jenjang tata laksana harus


memperhatikan aspek-aspek
penghindaran, penyakit penyerta.

5. Pada Jenjang 4, jika belum terkendali, tata


laksana ditambahkan omalizumab.
 Program KIE

Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) merupakan


unsur yang sangat penting tetapi sering dilupakan
dalam tata laksana asma. Tujuan program KIE adalah
memberi informasi dan pelatihan yang sesuai terhadap
pasien dan keluarganya untuk meningkatkan
pengetahuan atau pemahaman, keterampilan, dan
kepercayaan diri dalam mengenali gejala serangan
asma, mengambil langkah-langkah yang sesuai, serta
memotivasi dalam menghindari faktor-faktor
pencetus
Untuk sebagian anak, gejala mengi pada infeksi saluran
respiratori berkurang pada usia prasekolah, sedangkan anak lain
dapat mempunyai gejala asma yang lebih persisten. Indikator
prognostik untuk anak usia di bawah 3 tahun untuk mengalami
asma adalah ekzema; asma pada orangtua; atau adanya dua dari
hal berikut: rinitis alergi, mengi pada saat dingin. atau eosinofilia
lebih dari 4. Prediktor paling kuat untuk mengi berlanjut menjadi
asma persisten adalah atopi (Marcdante, 2014).

You might also like