Professional Documents
Culture Documents
Nur Rahmy
110 210 0084
Pembimbing :
dr. Suzanna S. Pakasi, Sp.OG (K)
PATOLOGIS
• Infeksius
• Noninfeksius
FISIOLOGIS
FISIOLOGIS
Infeksius
• Gardenella Vaginalis (Bakteri)
• Candida Albicans(jamur)
• Trichomonas vaginalis (protozoa)
EPIDEMIOLOGI
Bakterial vaginosis adalah penyebab paling umum
dari keputihan dan bau, tetapi lebih dari 50% dari
wanita dengan bakterial vaginosis bersifat asimtomatik.
Kandidiasis vulvovaginalis dapat terjadi pada
hampir semua wanita minimal sekali seumur hidup,
paling sering terjadi pada usia reproduktif dengan
estimasi antara 70-75% dimana 40-50% dengan
rekurensi.
Prevalensi trikomoniasis berkisar antara 5% sampai
74% pada wanita dan 5-29% pada pria dengan angka
tertinggi pada klinik penyakit menular seksual dan
populasi yang beresiko tinggi.
PATOFISIOLOGI
Keseimbangan
ekosistem
vagina
terganggu
pH menigkat
pertahanan
alamiah
menurun
rentan infeksi
Jamur dan kuman
patogen lain mudah
tumbuh
Berbau, gatal,
berubah
Flour albus infeksi
warna,
mengganggu
FLUOR ALBUS
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan urinalisis dan bakteriologi
3. Sitologi vagina
4. Kultur sekret vagina
5. Ultrasonografi (USG) abdomen
6. Vaginoskopi
7. Pemeriksaan PH vagina
8. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan
larutan garam fisiologis dan KOH
9. Pulasan dengan pewarnaan gram
10. Metilen blue
11. Pemeriksaan IVA
12. Pap smear
13. Biopsi
1. Bakterial Vaginosis
Bau amis vagina, yang terutama terlihat coitus berikut, dan keputihan yang
hadir.
Sekresi vagina berwarna abu-abu dan ada selaput di dinding vagina.
PH sekresi lebih tinggi dari 4,5 (biasanya 4,7-5,7).
Mikroskopi dari sekresi vagina menunjukkan peningkatan jumlah sel clue,
dan leukosit yang seharusnya tidak ada. Dalam kasus-kasus lanjutan dari
BV, lebih dari 20% dari sel-sel epitel adalah sel clue.
Penambahan KOH pada sekresi vagina (tes Whiff), akan melepaskan
bau amis.
•Topikal
•Metronidazole tablet vaginal 500
mg setiap malam selama 3-7 hari
•Sistemik
•Metronidazole 2 g dosis tunggal,
atau 2 kali 500 mg selama 7 hari
•Tinidazole 2 kali 500 mg selama 5
hari
PENCEGAHAN
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
Setia kepada pasangan.
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan
menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang
air yaitu dari arah depan ke belakang.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak
berlebihan karena dapat mematikan lactobacillus.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue / sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan
iritasi.
Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb.
KESIMPULAN
Fluor albus atau keputihan atau leukorea biasa terjadi
pada semua usia dan wanita pada waktu tertentu,
dapat bersifat fisiologis maupun patologis. Hal yang
fisiologis disebabkan oleh adanya rangsangan seksual,
premenstrual, atau karena kehamilan. Sedangkan yang
patologis dikategorikan menjadi infeksius (zat
pembersih, benda asing, keganasan, alergi, malnutrisi,
stres, higiene yang buruk) dan infeksius berupa infeksi
bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Deteksi dini sangat diperlukan untuk mencegah
berkembangnya keadaan menjadi lebih buruk.
Pemeriksaan penunjang juga sangat dibutuhkan agar
pemberian terapi dilakukan secara tepat. Selain itu
menghindari factor risiko terjadinya fluor albus yang
patologis juga sangat membantu. Seperti tidak
menggunakan zat kimia sebagai pembersih dan
menjaga higenitas daerah kewanitaan.