You are on page 1of 19

Oleh :

Nur Rahmy
110 210 0084

Pembimbing :
dr. Suzanna S. Pakasi, Sp.OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
DEFINISI

 Fluor albus / keputihan / leukorea adalah sekret


vagina yang berwarna keputihan yang biasa
terjadi pada semua usia dan wanita pada waktu
tertentu.
FISIOLOGIS
• Rangsangan seksual
• Premenstrual
• Kehamilan

PATOLOGIS
• Infeksius
• Noninfeksius
FISIOLOGIS

Flora normal : Hormon :


Lactobacillus Progesteron (setelah ovulasi)  sekret
akan mengencer dan mengental untuk
Dalam vagina terdapat 95% lactobacillus
yang berfungsi menjaga pH vagina (3,8-4,5) mencegah masuknya bakteri
agar menghambat pertumbuhan bakteri Estrogen  Sekret yang akan
patogen lainnya. mengencerkan untuk mempermudah
masuknya sperma

FISIOLOGIS

Bayi baru lahir -10 hari Ciri-ciri keputihan :


Sekitar menarche
• Mucus jernih
Kala terangsang, sebelum dan sesudah hubungan • Tidak berbau, tidak gatal, tidak nyeri atau
badan terasa panas
Hamil • Jumlah bisa sedikit, bisa sedang
• Mengandung epitel dan sedikit leukosit
PATOLOGIS
NonInfeksius
• Zat pembersih
• Benda asing
• Keganasan
• Alergi
• Malnutrisi
• Stres
• Kehamilan yang sering
• Higiene yang buruk

Infeksius
• Gardenella Vaginalis (Bakteri)
• Candida Albicans(jamur)
• Trichomonas vaginalis (protozoa)
EPIDEMIOLOGI
 Bakterial vaginosis adalah penyebab paling umum
dari keputihan dan bau, tetapi lebih dari 50% dari
wanita dengan bakterial vaginosis bersifat asimtomatik.
 Kandidiasis vulvovaginalis dapat terjadi pada
hampir semua wanita minimal sekali seumur hidup,
paling sering terjadi pada usia reproduktif dengan
estimasi antara 70-75% dimana 40-50% dengan
rekurensi.
 Prevalensi trikomoniasis berkisar antara 5% sampai
74% pada wanita dan 5-29% pada pria dengan angka
tertinggi pada klinik penyakit menular seksual dan
populasi yang beresiko tinggi.
PATOFISIOLOGI
Keseimbangan
ekosistem
vagina

terganggu
pH menigkat 
pertahanan
alamiah
menurun
rentan infeksi
Jamur dan kuman
patogen lain mudah
tumbuh

Berbau, gatal,
berubah
Flour albus infeksi
warna,
mengganggu
FLUOR ALBUS

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan urinalisis dan bakteriologi
3. Sitologi vagina
4. Kultur sekret vagina
5. Ultrasonografi (USG) abdomen
6. Vaginoskopi
7. Pemeriksaan PH vagina
8. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan
larutan garam fisiologis dan KOH
9. Pulasan dengan pewarnaan gram
10. Metilen blue
11. Pemeriksaan IVA
12. Pap smear
13. Biopsi
1. Bakterial Vaginosis

 Bau amis vagina, yang terutama terlihat coitus berikut, dan keputihan yang
hadir.
 Sekresi vagina berwarna abu-abu dan ada selaput di dinding vagina.
 PH sekresi lebih tinggi dari 4,5 (biasanya 4,7-5,7).
 Mikroskopi dari sekresi vagina menunjukkan peningkatan jumlah sel clue,
dan leukosit yang seharusnya tidak ada. Dalam kasus-kasus lanjutan dari
BV, lebih dari 20% dari sel-sel epitel adalah sel clue.
 Penambahan KOH pada sekresi vagina (tes Whiff), akan melepaskan
bau amis.

(sekret bakterial vaginosis) (Gambaran mikroskopis)


2. Kandidiasis Vulvovaginalis

 Sekret bervariasi, mulai dari cair hingga kental homogen


 pH vagina biasanya normal (<4,5)
 Tes Wiff negatif
 Tampak bentuk spora atau mycelia pada pemeriksaan KOH

(strawberry patches ) (Gambaran mikroskopis)


3. Trikomoniasis

 Trichomonas vaginitis dikaitkan dengan keputihan yang banyak,


bernanah, berbau busuk, yang bisa disertai dengan pruritus vulva.
 Pada pasien dengan infeksi yang lebih parah, tampak eritema pada
vagina dan colpitis macularis (strawberry cervix).
 PH sekresi vagina biasanya lebih tinggi dari 5,0.
 Pemeriksaan mikroskopi dari sekresi terlihat motil trichomonas dan
meningkatnya jumlah leukosit.
 Tes bau (whiff) mungkin positif.

(sekret bergumpal-gumpal) pseudohifa dan blastokonia


/ sel yeast
PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanan fluor albus tergantung dari penyebab
infeksi seperti jamur, bakteri, parasit, ataupun suatu
keganasan.

 Penentuan diagnosis diawali dengan anamnesis yang


cermat dan pemeriksaan fisis. Pemeriksaan penunjang
awal yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan
IVA, papsmear, dan biopsi.
Bakterial vaginalis

•Topikal (intravagina) Kandidiasis Vulvovaginalis


Metronidazole gel (0,75%) 1 kali
sehari (5 hari)
Topikal (intavaginal)
Clindamycin cream (2%) 1 kali sehari
(7 hari) Nytatin 100.000 IU 1 kali sehari (14 hari)
Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari (7-14 hari)
•Sistemik Clotrimazole tablet vaginal 500 mg dosis
Metronidazole 400-500 mg 2 kali tunggal atau 200 mg sekali sehari (3 hari)
sehari (5-7 hari) Miconazole ovule vaginal 1200 mg dosis
Metronidazole 2 g dosis tunggal tunggal atau 400 mg sekali sehari selama
Tinidazole 2 g dosis tunggal 3 hari.
Clindamycin 300 mg 2 kali sehari
selama 7 hari Sistemik
Fluconazole 150 mg dosis tunggal
Itraconazole 200 mg 2 kali sehari
Trichomonas vaginalis

•Topikal
•Metronidazole tablet vaginal 500
mg setiap malam selama 3-7 hari

•Sistemik
•Metronidazole 2 g dosis tunggal,
atau 2 kali 500 mg selama 7 hari
•Tinidazole 2 kali 500 mg selama 5
hari
PENCEGAHAN
 Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
 Setia kepada pasangan.
 Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan
menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab
 Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang
air yaitu dari arah depan ke belakang.
 Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak
berlebihan karena dapat mematikan lactobacillus.
 Hindari penggunaan bedak talkum, tissue / sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan
iritasi.
 Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb.
KESIMPULAN
 Fluor albus atau keputihan atau leukorea biasa terjadi
pada semua usia dan wanita pada waktu tertentu,
dapat bersifat fisiologis maupun patologis. Hal yang
fisiologis disebabkan oleh adanya rangsangan seksual,
premenstrual, atau karena kehamilan. Sedangkan yang
patologis dikategorikan menjadi infeksius (zat
pembersih, benda asing, keganasan, alergi, malnutrisi,
stres, higiene yang buruk) dan infeksius berupa infeksi
bakteri, virus, parasit, dan jamur.
 Deteksi dini sangat diperlukan untuk mencegah
berkembangnya keadaan menjadi lebih buruk.
Pemeriksaan penunjang juga sangat dibutuhkan agar
pemberian terapi dilakukan secara tepat. Selain itu
menghindari factor risiko terjadinya fluor albus yang
patologis juga sangat membantu. Seperti tidak
menggunakan zat kimia sebagai pembersih dan
menjaga higenitas daerah kewanitaan.

You might also like