You are on page 1of 50

IMUNISASI

dr. Defa Rahmatun Nisaa’, Sp.A,M.Kes.


 Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit
Tujuan Imunisasi
Melindungi seseorang terhadap
penyakit tertentu (intermediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit


(mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit
(final goal)
Causes of Mortality in Under-five
Children in Indonesia
Estimated 50,400 deaths
per year*
Leukemia
Malaria
Tetanus
Others
Malnutrition 13% DIARRHEA
Diarrhoea
Drowning 28%
28%
Septicemia
DHF
Necroticans Entero Colitis
Congenital heart anomaly
& hydrocephalus

GI disorder PNEUMONIA
Pneumonia
20%
20%
TB
Measles Meningitis/
encephalitis
9%

Basic Health Research (Riskesdas), 2007


Imunisasi Pasif

IMUNISASI
Imunisasi Aktif
(VAKSINASI)
JENIS VAKSIN

Live attenuated
Inactivated
Subunit
Polysaccaride
Conjugate
Recombinant
DNA
Live Attenuated Vaccine

 Berisi organisme hidup yang dilemahkan 


menimbulkan respon imun, tapi tidak menyebabkan
penyakit.
 Organisme dibiakkan pada host lain seperti
binatang, embrio telur atau kultur jaringan non
patogen
Beberapa Live Attenuated Vaccine
Keuntungan dan Kerugian
Live Attenuated Vaccine
KEUNTUNGAN KERUGIAN
 Stimulasi respon imun selular dan  Dapat kembali pada bentuk
humoral virulennya dan menyebabkan
 Jumlah sedikit penyakit
 Pemberian tunggal dapat  Tidak dapat diberikan pada individu
memberikan proteksi jangka imunokompromais
panjang
 Meningkatkan respon imun  Diperlukan teknik penyimpanan
terhadap antigen yang baik
 Pada pemberian oral dapat  Dapat menyebar pada orang yang
meningkatan imunitas mukosa dan tidak terimunisasi, namun hal ini
sintesis IgA juga bisa menjadi keuntungan
 Pemberian oral lebih murah
 Eliminasi virus tipe liar dari
komunitas
Inactivated Vaccine

 Dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau


virus dalam media pembiakan, kemudian dibuat tidak
aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia
(biasanya formalin)
 Tidak menyebabkan penyakit dan tidak mengalami
mutasi menjadi patogenik
Keuntungan dan Kerugian
Inactivated Vaccine

KEUNTUNGAN KERUGIAN
 Aman dan dapat diberikan pada  Dibutuhkan jumlah banyak untuk
menstimulasi imunitas karena
individu dengan imunodefisiensi
mikroorganisme tidak berkembangbiak
 Tidak bermutasi menjadi bentuk  Membutuhkan periodic booster
patogen  Kebanyakan berupa injeksi
 Teknik penyimpanan tidak seperti  Reaksi anafilaksis pada neomisin atau
vaksin hidup streptomisin pada inactivated polio
vaccine
 Hipersensitivitas pada telur pada
penerima vaksin influenza
 Inaktivasi, dapat mengubah
antigenisitas
Beberapa Inactivated Vaccine
Vaksin Subunit
 Mengandung antigen dimurnikan, bukan keseluruhan
organisme
 Berisi antigen tunggal untuk imunitas
 Terdiri dari toksoid, fragmen subselular, atau antigen
permukaan
 Efektifitas vaksin subunit ditingkatkan dengan adjuvan
Beberapa vaksin Subunit
Keuntungan dan Kerugian
vaksin Subunit
Keuntungan Kerugian
 Aman diberikan pada  Antigen tidak seperti
imunokompromais bentuk awalnya, sehingga
 Kurang menimbulkan efek antibodi yang diproduksi
samping tidak sama dengan protein
yang dikenal pada
permukaan patogen
 Protein isolasi tidak dapat
merangsang sistem imun
seperti vaksin whole
organisme
Polisakarida murni

 Dibawah 2 tahun  tidak memberi respon terhadap


antigen polisakarida (sistem imun masih imatur)
 Antigen polisakarida merupakan T independen
menimbulkan imunitas jangka pendek
 Booster response tidak ada
 Antibodi yang timbul didominasi IgM (IgG sedikit)
 Contoh vaksin polisakarida murni:
 Pneumokokus (PPV 23)
 Meningokokus (MPSV4)
Conjugate Vaccine

 Memerlukan protein lain sebagai karier


 Meningkatkan respon imun dengan pemberian
ulangan/booster
 Merupakan respon imun T dependen
 Dapat diberikan mulai umur 2 bulan
 Contoh:
 Haemophilus influenzae tipe B  polisakarida
berkonjugasi dengan protein difteri/tetanus/N.
meningitidis
 Pneumokokus  polisakarida berkonjugasi dengan
protein Difteri (PCV)
 Meningokokus (MCV40  berkonjugasi dengan protein
difteri
Recombinant Vaccine
 Diproduksi menggunakan teknik DNA rekombinan atau
rekayasa genetik
 Strategi yang digunakan:
 V Hep B  dihasilkan dgn memasukkan segmen gen VHB ke
dalam gen sel ragi
 V Tifoid (Ty21a)  Bakteri Salmonella typhi yg secara genetk
diubah (modified)  tidak menyebabkan sakit
 Tiga dari 4 virus yg berada pd vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yg diubah (modified)  bila berreplikasi
menghasilakan antigen rotavirus manusia
 Contoh:
 Vaksin Virus Hepatitis B (HBV) merupakan vaksin recombinant
subunit
 Virus vaccinia dapat direkayasa untuk mengekspresikan antigen
protein HIV, rabies
 Toksin kolera B sub unit
 Salmonella typhimurium direkayasa untuk mengekspresikan
antigen Vibrio cholerae
 Reassortment genome antara strain manusia dan unggas untuk
membuat vaksin influenza
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan Kerugian
 Vektor aman dan juga  Mahal
mudah untuk tumbuh  Hati-hati pada individu
 Antigen yang tidak imunodefisiensi
menimbulkan imunitas atau
merusak respon dapat
dihilangkan dari vaksin
DNA Vaccine

 Masih dalam tahap eksperimen


 Keuntungan
 Sangat stabil, tahan terhadap suhu ekstrim dan penyimpanan
dan transportnya mudah
 DNA sequence dapat dengan mudah dirubah di laboratorium
 DNA yang dimasukkan tidak bereplikasi, dan mengkode hanya
protein tertentu
 Karena antigen dipresentasikan, respon cell-mediated dapat
langsung terhadap antigen pada patogen
 Kerugian
 Potensial integrasi DNA kedalam host genom
menyebabkan mutagenesis insersi
 Induksi respon autoimun: antibodi anti-DNA dapat
diproduksi terhadap DNA
 Induksi toleransi imunologi: ekspresi antigen pada host
dapat menyebabkan antigen non-responsif
Jadwal imunisasi &
Latar belakang pemberian imunisasi
Imunisasi sesuai Kelompok Umur
Bayi
Lahir-1 th Imunisasi dasar
.
Balita Imunisasi ulangan/lanjutan
1-4th Catch-up immunization
Usia sekolah
5-12 th Catch-up immunization
Remaja
13-18 th
Catch up immunization
Persiapan masa dewasa & kehamilan

Lansia Mengurangi morbiditas


Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur
BCG, Polio, Hepatitis B, DTP , Campak+
Lahir-1 th Hib,Pnemokokus,Rotavirus
DPT, Polio, MMR, Tifus, HepA, Varisela,
1-4 th
Influenza, Hib, Pneumokokus

DPT, Polio,Campak, MMR, Tifoid, HepA,


5-12 th
Varisela, Influenza, Pneumo

TT, HepB, (MM)R, Tifoid, HepA, Varisela,


12-18 th Influenza, Pneumo,HPV

Lansia Influenza dan Pneumokokus


IMUNISASI PADA ANAK
IMUNISASI YANG DIWAJIBKAN
 BCG
 Hepatitis B
 DPT-HiB
 Polio
 Campak

IMUNISASI YANG DIANJURKAN


 PCV
 MMR
 Demam Tifoid
 Hepatitis A
 Varisela
 Influenza
 Rotavirus
 HPV
 Dengue
31 9/4/2018
BCG (Bacilus Calmette Guerin)

 Untuk mencegah penyakit Tuberkulosis


(TBC)
 Imunisasi diberikan pada umur sebelum
3 bulan, pada lengan kanan atas
sebanyak 0,05 mL i.k.
MENINGITIS TBC
 Umur >3 bulan  PPD tes dahulu
 BCG ulangan tidak dianjurkan
 Reaksi lokal: kemerahan, borok, jaringan
parut
 Reaksi sistemik: pembesaran kelenjar
32 9/4/2018
Hepatitis B

 Untuk mencegah penyakit Hepatitis tipe B


 Diberikan sedini mungkin setelah lahir
 Diberikan sebanyak 3 kali : 0-1-6 bl
 Dosis 0,5 mL i.m.
 Reaksi lokal: kemerahan, nyeri
 Reaksi sistemik: << demam

33 9/4/2018
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
 Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis
dan Tetanus
 Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali,
sejak umur 6 minggu dengan interval 4-6
minggu
 Dosis 0,5 mL i.m.
 Ulangan
pada umur 18-24 bulan
kls 1 dan kls 6 SD (DT)
 Reaksi lokal: kemerahan, bengkak, indurasi
 Reaksi sistemik: demam, rewel, diare
34 9/4/2018
Polio

 Untuk mencegah penyakit polio


 Diberikan 6 kali pada umur 0, 2, 4, 6, 18 – 24 bulan dan
5 tahun
 Pada o bulan diberikan OPV dg dosis 2 tetes saat bayi
akan pulang
 Selanjutnya diberikan OPV atau IPV

35 9/4/2018
Campak

 Untuk mencegah penyakit campak


 Diberikan pada umur 9 bulan
 Ulangan pada umur 5 – 7 tahun (tidak perlu apabila
sudah MMR ulang)
 Dosis 0,5 mL s.k.
 Reaksi lokal: kemerahan
 Reaksi sistemik: demam, bintik kemerahan, batuk,
pilek, mata merah
36 9/4/2018
MMR (Measles, Mumps, Rubella)

 Untuk mencegah penyakit campak,


gondong dan campak jerman
 Diberikan pada umur 15 bulan
 Ulangan pada umur 5 -7 tahun
 Dapat diberikan pada umur 12 bulan
apabila belum campak
 Dosis 0,5 mL s.k.
 Reaksi lokal: kemerahan
 Reaksi sistemik: demam, bintik
kemerahan, batuk, pilek

37 9/4/2018
HiB (H.influenzae tipe B)

 Untuk mencegah penyakit radang otak, radang sal


pernafasan yg disebabkan Hib
 Diberikan 3 kali pada umur 2,4 dan 6 bulan
 Ulangan pada umur 18 bulan
 Dosis 0,5 mL i.m.
 Reaksi lokal: kemerahan
 Reaksi sistemik: -

38 9/4/2018
Demam Tifoid

 Untuk mencegah penyakit demam tifoid


 Ada 2 jenis vaksin
1. Diteteskan ke mulut pada umur > 6 th  X
2. Disuntikan pada umur > 2 tahun, diulang setiap 3
tahun
Dosis 0,5 mL s.k. pada deltoid

39 9/4/2018
Hepatitis A

 Mencegah penyakit kuning


 Diberikan pada umur > 2 tahun, sebanyak 2 kali
dengan interval 6 – 12 bulan
 Dosis 0,5 mL s.k. pada deltoid

40 9/4/2018
Varisela

 Untuk mencegah penyakti cacar air


 Usia 1 – 18 tahun
 Dosis 1x 0,5 mL s.k. / i.m.

41 9/4/2018
Rotavirus

 Mencegah infeksi rotavirus


 Dosis 0,5 mL p.o.
 Dosis 2 – 4 – 6 bulan (2x pada vaksin monovalen)
Pneumokokus

 Mencegah infeksi S. Pneumonia


 Mulai usia 6 minggu
 Dosis 0,5 mL i.m.
 Dosis 2 – 4 – 6 – 12-15 bulan
HPV

 Mencegah infeksi Human papilloma virus


 Anak perempuan usia >10 tahun
 Dosis 0,5 mL s.k. pada deltoid
 Dosis
 Bivalen 0 – 1 – 6 bulan
 Tetravalen 0 – 2 – 6 bulan
Influenza

 Mencegah infeksi virus influenza


 Usia >6 bulan
 Vaksin pertama <9 tahun : 2x interval min. 4 minggu
 Diulang setiap tahun
 Dosis
 6 – 36 bulan 0,25 mL s.k. / i.m.
 >3 tahun 0,5 mL s.k. / i.m.
Dengue

 Mencegah infeksi virus dengue


 Usia 9-16 tahun
 Dosis 0,5 mL s.k. pada deltoid
 Dosis lengkap 0 – 6 – 12 bulan
TERIMA KASIH
WASSALAM

You might also like