You are on page 1of 35

Malaria &

DBD
Ilmu Kesehatan Masyarakat
2

HOLA!
Kelompok 10

WIDAD FAUZIYYAH N
(P17334115407)
FAHIRA AINUN N (P173341154)
YOGA ROMI ANGGARA (P173341154)
I. Latar Belakang
3
▹ Penyakit infeksi sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan utama di dunia.
Hal ini disebabkan karena penyakit yang
disebabkan oleh infeksi berbagai jenis
bakteri, virus, jamur maupun parasit masih
merupakan penyebab kesakitan dan
kematian tertinggi, terutama di negara-
negara tropik. “The New Emerging and
Reemerging Infectious Diseases”.

1. Malaria
2. Demam berdarah
3. Tuberkulosis
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi
yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.

ENDEMIK

4

AGEN PENYAKIT
MALARIA
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family
plasmodiidae, dan order Coccidiidae

5
4 JENIS PARASIT
6 MALARIA

Plasmodium falciparum P. vivax


Menyebabkan malaria Menyebabkan
falciparum atau malaria malaria vivax atau
tertiana yang maligna (ganas) disebut juga malaria
atau dikenal dengan nama lain tertiana benigna
sebagai malaria tropika yang (jinak).
menyebabkan demam setiap
hari.
P. malariae P. ovale
Menyebabkan Jenis ini jarang sekali
malaria kuartana dijumpai, umumnya
atau malaria banyak di Afrika dan
malariae. Pasifik Barat,
menyebabkan malaria
ovale.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
MALARIA
7
Secara alamiah, penularan
malaria terjadi karena adanya
interaksi antara agent (parasit
Plasmodium spp), host de-
finitive (nyamuk Anopheles spp)
dan host intermediate (manusia).
Karena itu, penularan malaria
dipengaruhi oleh keberadaan
dan fluktuasi populasi vektor
(penular yaitu nyamuk
Anopheles spp), yang salah
satunya dipengaruhi oleh
intensitas curah hujan, serta
sumber parasit Plasmodium spp.
atau penderita di samping
adanya host yang rentan.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
MALARIA
8

Daerah Asymptom
Resistensi Penderita
Endemis atic
Carrier

Kejadian luar biasa (KLB) Penularan


ditandai dengan peningkatan
kasus yang disebabkan adanya
peningkatan populasi vektor
sehingga transmisi malaria Kasus Baru
meningkat dam jumlah kesakitan atau KLB
malaria juga meningkat.
Komponen
9 Epidemiologi
ENVIR
AGEN ON-
HOST T MENT
Host intermediate
Host definitive Plasmodia family lingkungan fisik,
plasmodiidae kimiawi, biologik
dan sosial
budaya
1. Agent
10 Dalam tubuh manusia, untuk kelangsungan hidupnya Plasmodium memakan sel darah merah
(SDM) tempat ia hidup sehingga induk semangnya (penderita) mengalami anemia dan gangguan
lainnya. Di Indonesia, spesies Plasmodium yang hidup pada manusia yang dominan adalah P.
falciparum dan P. vivax. Sedangkan P. ovale dan P. malariae biasanya ditemukan di wilayah Indonesia
bagian Timur. Dalam berkembang biak, Plasmodium spp. Mempunyai dua cara yaitu :

Pembiakan Pembiakan
Seksual Aseksual

Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh nyamuk Pembiakan aseksual terjadi di dalam tubuh
melalui proses sporogoni. Bila mikrogametosit manusia melalui proses schizogoni yang terjadi
(sel jantan) dan makrogametosit (sel betina) melalui proses pembelahan sel secara ganda.
terhisap oleh vektor bersama darah penderita. Inti tropozoit dewasa membelah menjadi 2, 4,
Dari proses ini akan terbentuk zigot yang 8, dan seterusnya sampai batas tertentu
kemudian akan berubah menjadi ookinet dan tergantung pada spesies Plasmodiumnya. Bila
selanjutnya menjadi ookista. Terakhir ookista pembelahan inti telah selesai, sitoplasma sel
pecah dan membentuk sporozoit yang tinggal induk dibagi-bagi kepada setiap inti dan
dalam kelenjar ludah vektor terjadilah sel baru yang disebut merozoit.
2. Vektor Malaria
11 Di Indonesia dijumpai lebih dari 90 spesies Anopheles spp. dan yang telah diketahui menjadi
vektor adalah sebanyak 18 spesies. Yang paling dikenal adalah An. sundaicus, An. barbirostris, An.
maculatus dan An. aconitus.
Bionomik
Siklus Etiologi
Nyamuk
Hidup
Anopheles
Nyamuk

Dalam kehidupannya, ada tiga


macam tempat dan jenis
perilaku yang diperlukan  Pantai
nyamuk yaitu tempat dan  Sawah
perilaku berkembang biak,  Daerah Pegunungan
tempat dan perilaku mencari  Hutan
darah serta tempat dan
perilaku istirahat.
3. Perkembangan parasit palam tubuh
12 nyamuk dan manusia

Fase
Schizon

Fase
Schizon
Hati
1. Pencegahan primer
 Tindakan terhadap manusia
13  Tindakan terhadap Plasmodium sp
(Kemoprofilaksis)
 Tindakan terhadap vektor

PENCEGAHAN
2. Pencegahan sekunder
 Pencarian penderita malaria

MALARIA
 Diagnosa dini
 Pengobatan yang tepat dan adekuat

3. Pencegahan tertier
 Penanganan lanjut akbiat dari komplikasi
malaria
 Rehabilitasi mental/ psikologis
Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia
14 sejak tahun 2007 dapat dipantau dengan menggunakan
indikator Annual Parasite Incidence (API). Hal ini
sehubungan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan
Status mengenai penggunaan satu indikator untuk mengukur
angka kejadian malaria, yaitu dengan API.
Malaria Pada tahun 2007 kebijakan ini mensyaratkan bahwa
setiap kasus malaria harus dibuktikan dengan hasil

Di Indonesia pemeriksaan sediaan darah dan semua kasus positif


harus diobati dengan pengobatan kombinasi berbasis
artemisinin atau ACT (Artemisinin-based Combination
Therapies).
Annual Parasite
15 Incidence

Jika dilihat secara provinsi pada tahun


2015, tampak bahwa wilayah
indonesia timur memiliki nilai API
tertinggi.
Endemisitas Malaria
di Indonesia
16

Pada gambar tersebut dapat diketahui


bahwa kasus malaria lebih banyak
terkonsentrasi di wilayah timur.
Kabupaten/kota endemis diwilayah
Kalimantan dan Sulawesi menunjukan
adanya penurunan dalam empat tahun
terakhir.
Populasi Berisiko
17 Persentase Penduduk Berisiko Tertular Malaria

Penduduk yang tinggal menetap di


wilayah endemis malaria dimana
masih terjadi penularan setempat
merupakan kelompok berisiko tertular
malaria
Prevalensi Malaria Menurut Karakteristik Pekerjaan, Tempat
tinggal, dan Kelompok umur, Berdasarkan Riskesdas tahun 2013
18
Upaya Menuju
19 Eliminasi Malaria
Tahap-tahap eliminasi malaria terdiri dari akselerasi, intensifikasi, pre eliminasi, dan
pemeliharaan. Hingga desember 2015, jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai tahap akselerasi 45
kabupaten/kota, tahap intensifikasi 90 kabupaten/kota, dan tahap pre eliminasi 379 kabupaten/kota
. Dari 379 kabupaten/kota yang ada pada tahap pre eliminasi sebanyak 232 kabupaten/kota telah
dinyatakan eliminasi atau telah bebas penularan setempat.
20 1, Akselerasi

Strategi akselerasi dilakukan secara menyeluruh di


wilayah endemis tinggi malaria, yaitu papua, papua barat,
maluku, maluku utara dan NTT. Kegiatan yang dilakukan
adalah kampanye kelambu anti nymauk masal, penyemprotan
dinding rumah diseluruh desa dengan API > 40%, dan
penemuan dini-pengobatan tepat.
21 2. Intensifikasi

Strategi intensifikasi merupakan upaya pengendalian


diluar kawasan timur Indonesia seperti didaerah tambang,
pertanian, kehutanan, transmigrasi, dan pengungsian.
Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian kelambu anti
nyamuk didaerah berisiko tinggi, penemuan dini-pengobatan
tepat, penyemprotan dinding rumah pada lokasi KLB malaria,
dan penemuan kasus aktif.
22 3. Eliminasi

Strategi eliminasi dilakukan pada daerah endemis


rendah. Kegiatan yang dilakukan adalah penemuan dini-
pengobatan tepat, penguatan surveilans migrasi, surveilans
daerah yang rawan perindukan vektor (reseptif), penemuan
kasus aktif (Mass Blood Suevey) dan penguatan rumah sakit
rujukan.
Cakupan Distribusi
23
kelambu di Daerah
Endemis di Indonesia

Distribusi kelambu tiap


tahunnya mengalami peningkatan .
Distribusi kelambu pada daerah
endemis tinggi mencapai 87% dan
pada daerah kawasan timur
indonesia telah mencapai 100%.
24 DEMAM BERDARAH

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan


salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.
Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk. Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World
Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Persebaran
25 Kasus

Peningkatan dan penyebaran


kasus DBD tersebut dapat disebabkan
oleh mobilitas penduduk yang tinggi,
perkembangan wilayah perkotaan,
perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan disstribusi penduduk dan faktor
epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
26 Incidence Rate

Incidence Rate (IR) penyakit


DBD dari tahun 1968 – 2015
cenderung terus meningkat.
Berdasarkan Gambar 1 dapat terlihat
bahwa tiga puncak epidemik terjadi
setiap sepuluh tahunan, yaitu tahun
1988, 1998, dan 2007. Hal ini dapat
terjadi karena adanya perubahan iklim
yang berpengaruh terhadap
kehidupan vector, di luar faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
Incidence Rate
27 Berdasarkan Provinsi

Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya kejadian
DBD di Provinsi Kalimantan Timur,
kemungkinan karena curah hujan
yang tinggi sepanjang tahun dan
adanya lingkungan biologi yang
menyebabkan nyamuk lebih mudah
berkembang biak.
28 Angka Kematian DBD

Penurunan CFR tersebut


dimungkinkan karena
tatalaksana penanganan kasus
semakin baik dan
kewaspadaan dini masyarakat
terhadap DBD semakin
meningkat.
Kejadian Luar
29 Biasa

Jumlah kasus KLB DBD yang


dilaporkan meningkat dari 1.081 kasus
pada tahun 2014 menjadi 8.030 kasus
pada tahun 2015. Demikian juga dengan
jumlah provinsi dan kabupaten yang
melaporkan KLB DBD dari tahun 2014-
2015 meningkat, yaitu dari 5 provinsi
dan 21 kabupaten pada tahun 2014
menjadi 7 provinsi dari 69 kabupaten
pada tahun 2015.
30 Angka Kematian KLB

tampak jumlah KLB dan CFR DBD


pada tahun 2014-2015 mengalami
peningkatan. Jika dilihat dari jumlah
absolut kematian akibat DBD, maka
dapat terlihat peningkatan yang cukup
tinggi yaitu dari 17 kematian pada tahun
2014 menjadi sebanyak 139 kematian
pada tahun 2015. Dari gambar tersebut
juga dapat dilihat peningkatan CFR
sebesar 0,1%.
LABORATORIUM
DALAM PROGRAM
PENGENDALIAN
31
MALARIA
 Kedudukan Laboratorium Dalam Proses  Tahap-tahap Pemeriksaan Laboratorium
Pananganan Penderita Saat Ini

Laboratorium hanya diminta


untuk dapat menghidangkan data
kualitatif, yaitu ada atau tidaknya
penyakit yang dicurigai oleh klinisi;
atau data kuantitatif berupa
angkaangka yang menyatakan bahwa
pasien tersebut sakit atau tidak.
Dalam praktek sehari-hari di Rumah
Sakit, unit laboratorium hanya
menerima bahan pemeriksaan yang
dikirim dokter ruangan atau poliklinik.
LABORATORIUM
DALAM PROGRAM
32
PENGENDALIAN
MALARIA
 Standar Pemeriksaan Malaria

Sebagai bagian integral dari Hingga saat ini standar pemeriksaan


proram pengendalian malaria, laboratorium malaria pada semua unit
pemeriksaan laboratorium berfungsi pelayanan laboratorium kesehatan adalah
untuk menegakkan diagnosis pemeriksaan mikroskopis sebagai standar
penyakit malaria dan mengetahui baku (gold standard).
prognosanya, sebagai pemeriksaan Metode rapid test (imunochromatography).
skrining, mendukung kegiatan Metode PCR masih terbatas dilakukan oleh
surveilan epidemiologi penyakit serta laboratorium penelitian , untuk mengetahui
mendukung penelitian antara lain genotype plasmodium.
pemeriksaan resistensi obat anti
malaria.
Pemeriksaan laboratorium yang bermutu
33 sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain :

1. Sumber daya manusia


2. Peralatan
3. Reagen
4. Metode
5. Pencatatan & Pelaporan
UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK
MENINGKATKAN MUTU PEMERIKSAAN
MALARIA
34

1.Peningkatan komitmen semua pihak yang terkait (stakeholder) mengenai pentingnya pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu komponen
dalam pengendalian malaria.
2.Standarisasi semua aspek kegiatan laboratorium seperti standar metode, sarana dan fasilitas laboratorium, ketenagaan, kemampuan,
pencatatan dan pelaporan.
3.Peningkatan penyediaan sarana, peralatan dan fasilitas laboratorium yang cukup.
4.Pengembangan sumber daya manusia termasuk penyiapan tenaga teknis yang berkualitas, yang dapat bekerja dan bertanggung jawab
terhadap kegiatan pemeriksaan laboratorium.
5.Pengadaan logistik yang cukup dan teratur, termasuk reagen yang berkualitas.
6.Peningkatan pemanfaatan pemeriksaan laboratorium pada semua jenjang laboratorium, dalam jejaring pelayanan laboratorium kesehatan
7.Perencanaan dan penyelenggaraan pelatihan teknis laboratorium bagi tenaga baru dan pelatihan penyegaran bagi tenaga lama yang
memerlukan.
8.Pemberian kesempatan yang luas untuk pelatihan perorangan/magang bagi tenaga teknis laboratorium di laboratorium rujukan yang ditunjuk.
9.Peningkatan kuantitas dan kualitas bimbingan teknis / supervisi laboratorium ditempat yang dilaksanakan untuk tenaga teknis oleh
laboratorium rujukan.
10.Peningkatan pelaksanaan pemantapan mutu (Quality Assurance) dalam segala aspek.
11.Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk pengembangan dan penerapan metode baru.
12.Peningkatan kegiatan pemantauan dan evaluasi kegiatan laboratorium secara teratur dan terus menerus, yang disertai dengan tindak lanjut.
13.Peningkatan peran serta masyarakat termasuk swasta dan organisasi profesi.
14.Peningkatan koordinasi dan kerjasama yang baik antar berbagai unit kerja dan organisasi terkait, di pusat dan di daerah serta antara pusat
dan daerah.
35

TERIMAKASIH
감사 합니다

You might also like