You are on page 1of 31

Siska Darmayanti

Palembang, 10 Januari 2015


Prevalensi Defisiensi Vitamin D

40-75%
populasi di seluruh
dunia mengalami
defisiensi vitamin D

• NHANES III study US pada 13000 orang (2001-2004) :


- 3 dari 4 remaja dan individu dewasa insufissiensi
vitamin D
- data tidak dilakukan pada musim dingin, sehingga
angka prevalensi vitamin D kemungkinan lebih besar
lagi
Pendahuluan
• Vitamin D awalnya banyak dikenal sebagai penanda
yang bermanfaat untuk kesehatan tulang
• Vitamin D : “old” hormone showing “new” clinical
application
• Level vitamin D yang cukup berpengaruh terhadap
penurunan risiko berbagai penyakit seperti kanker,
kardiovaskular, autoimmunitas, diabetes, CKD,
multiplesclerosis, dll

Vitamin D Should be
considered as a GENERAL
HEALTH MARKER
Prohormon steroid larut lemak

Sumber Vitamin D
• Proses sintesis di kulit dari metabolit
kolesterol (7- dehidrokolesterol) di
bawah pengaruh radiasi ultraviolet B
(290–315 nm)
• Sumber diet (mis. kuning telur, oily fish
(salmon, mackerel, sarden), makanan
yang diperkaya vitamin D dan ragi)
BENTUK VITAMIN D
CHOLECALCIFEROL (D3)
Manusia dan hewan
Iradiasi ultraviolet 7-
dehidrokolesterol

ERGOCALCIFEROL (D2)
Ragi (digunakan dalam
suplemen)
Iradiasi ultraviolet ergosterol
Holick, 2014, America Clinical Nutritional jurnal

J. Clin. Invest. 116:2062–2072 (2006)


VITAMIN D

Holick, 2014, America Clinical Nutritional jurnal


VITAMIN D
• 1,25 (OH)2 D3 masuk ke dalam inti sel berikatan
dengan VDR ( vitamin D reseptor )

• VDR terdapat pada usus, osteoblas, limfosit T


dan B, sel islet, sebagian besar organ (jantung,
otak, kulit, gonads, prostat, payudara) dan sel-
sel mononuclear.

Holick, 2014, America Clinical Nutritional jurnal


SIAPA YANG PERLU MELAKUKAN
PEMERIKSAAN VITAMIN D?
Faktor Lain-Lain : Faktor Lingkungan :
Kurang terpapar cahaya matahari, musim, tinggal di kawasan > 35o
obesitas (BMI≥30), kulit berwarna LU/LS, waktu, polusi, kondisi
gelap, malasorbsi, kehamilan dan berawan
menyusui, penggunaan obat2an
tertentu (anticonvulsan, Konsumsi ≥1000 IU/hari
antituberculosis), penyakit hati dan
ginjal

Faktor Diet / Makanan : Individu yang


memiliki penyakit
kurang konsumsi dimana diketahui
makanan/suplemen yang Kelompok bahwa vitamin D
mengandung vitamin D dapat mengurangi
Berisiko
risiko, progession,
atau gejala
Faktor terkait Usia :
Bayi, usia lanjut

(http://www.medal.org)
SEBERAPA PENTING
PEMERIKSAAN VITAMIN D?
VITAMIN D & KEHAMILAN

- Vit D salah satu berfungsi dalam


mengatur insulin --> homeostasis
glukosa
- resiko caesar : melemahkan otot
panggul
- difisiensi vit d memberikan efek
maternal : reabsorpsi tulang,
miopati dan
homeostasis kalsium.
- peningkatan risiko preterm :
immune tolerance dan dalam
proses implantasi placenta

Journal of Pediatric Volume 122, Number 2, August 2008


Journal of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine • vol. 2 • n. 2 • 2013
VITAMIN D & PEDIATRI
• Penyebab difesiensi
pada pediatri :
– berawal dari
maternal nutrisi,
breastfeeding
– risiko : kejang
hipokalemia, rickets
– Asthma, alergi
( Vit D mengatur
keseimbangan
Fetal T cell dan
lymphosite Th1 – Th2 
Pola dari imune respon

Journal of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine • vol. 2 • n. 2 • 2013


Journal of Pediatric Volume 122, Number 2, August 2008
Experimental Dermatology 2007; 16: 618–625
• Reseptor vitamin D (VDR) terdapat hampir di semua sel
termasuk monosit, makrofag, sel dendritik, sel NK, sel T
dan sel B.

• Aktivasi VDR :
1. Memberikan efek anti-proliferatif, pro-diferensiasi,
dan imunomodulator.
2. Menyebabkan maturasi, diferensiasi dan migrasi sel
dendritik.
3. Meningkatkan aktivitas sel NK
4. Meningkatkan aktivitas fagosit makrofag
5. Meningkatkan produksi antimikroba peptide
cathelicidin
vitamin D dapat menstimulasi imunitas bawaan &
meningkatkan aktivitas antimikroba melalui
interaksi dengan TLR ( Toll Like Resptor )

Wolff AE et al. (2008) Vitamin D and musculoskeletal health


Nat Clin Pract Rheumatol doi:10.1038/ncprheum0921
VDR – sel otot skelet

•Vitamin D mempengaruhi metabolisme otot


•↑ sintesis protein, ↑ jumlah & ukuran serat otot
(muscle growth & development)
•↑ muscle strength [Defisiensi vitamin D → muscle
weakness (sarcopenia)]
•Regulasi kontraktilitas otot

J Ren Nutr. 2007 November ; 17(6): 397–407


Vitamin D & Kanker
Vitamin D mempengaruhi sel kanker dengan berbagai cara :
• Meningkatkan apoptosis – programmed cell death
• Menghambat multiplikasi dan perluasan sel kanker
• Menekan pertumbuhan pembuluh darah baru ( angiogenesis )
yang dapat “memberi makan” kanker dan memperluas
penyebarannya
• Menekan pertumbuhan sinyal stimulator (anti proliferatif) .

Am J Clin Nutr 2004;79:362–71


Vitamin D & Penyakit Kardiovaskular

• Distribusi reseptor vitamin D tersebar hampir di semua jaringan dalam


tubuh termasuk otot polos vaskular, endotelium, dan kardiomiosit.

• Mekanisme potensial :
• Regulasi renin-angiotensin (supresi ekspresi gen renin)
• Sel otot polos vaskular dan sel endotelial memiliki reseptor vitamin D
dan 1-OHase (modulasi proliferasi, inflamasi, dan trombosis)
• Defisiensi vitamin D mencetuskan terjadinya hiperparatiroid sekunder
(PTH menstimulasi hipertropi miosit dan vascular remodelling)

Wang, et al. Circulation 2008;117;503-511


N A J Med Sci, 2009; 2 (4) : 149-151
Vitamin D & Penyakit Kardiovaskular
BAGAIMANA PEMERIKSAAN
VITAMIN D DILAKUKAN ?
Assesment Status Vitamin D
Mengapa vitamin D 25-OH Total
digunakan sebagai marker status vitamin D ?
1,25(OH)2 vitamin D BUKAN indikator yang vitamin D3 atau D2 BUKAN indikator yang
baik karena : baik karena :
1,25 (OH)2 vit D sangat diregulasi oleh PTH, Level 25(OH ) Vitamin D2 menggambarkan intake
kalsium intestinal, dan fostat sehingga sering tidak vitamin D2 (umumnya dari resep)
akurat dalam menggambarkan status vitamin D

1,25 (OH)2 vitamin D konsentrasinya sangat Level 25(OH ) Vitamin D3 menggambarkan


rendah, sehingga sangat sulit diukur secara vitamin D3 dari diet, suplemen dan paparan sinar
akurat matahari

Level 1,25 (OH)2 vitamin D tidak menunjukkan Level vitamin D 25-OH berkorelasi baik dengan
penurunan sampai kondisi defisiensi vitamin D gejala klinis defisiensi vitamin D
sangat parah

Level 1,25 (OH)2 vitamin D seringkali normal


meskipun level prekursornya, vitamin D 25-OH, di
bawah normal atau defisien
• Untuk benefit kesehatan optimal sebaiknya level >30
ng/mL
• Individu yang kurang pajanan sinar matahari atau yang
berkulit gelap sebaiknya pertama sekali mengkonsumsi
suplemen, dan selanjutnya periksa tes vitamin D 25-OH.
• Interval pengukuran antara waktu awal suplementasi
dan monitoring sebaiknya sedikitnya 3 bulan.
• Upper safety limit : 100 ng/mL
• Maintenance dose : 800 IU/hari
J.-C. Souberbielle et al. / Autoimmunity Reviews 9 (2010) 709–715 26
• Pemeriksaan vit D sebaiknya mengukur total vitamin D2
& D3
• Jika metode yang digunakan mengukur vitamin D2 dan
D3 secara terpisah, berikan jumlahnya
• Berpartisipasi dalam external quality scheme
• Harus melakukan kontrol kualitas internal
• Satuan yang digunakan dlm ng/mL
• Gunakan recommended range BUKAN population
based reference values
• Pilihan sampel sebaiknya : Serum
J.-C. Souberbielle et al. / Autoimmunity Reviews 9 (2010) 709–715
Informasi Teknis
• Nama pemeriksaan : Vitamin D 25-OH Total
• Metode : CLIA (Chemiluminescent Immunoassay), kompetitif
• Persiapan pasien : Disarankan puasa 8-12 jam
• Spesimen/Sampel : whole blood /serum
• Stabilitas :
-5 hari (120 jam) pada 2-80C
->5 hari pada <200C
• Nilai rujukan : 30-100 ng/mL
• Rentang Pengukuran : 4-150 ng/mL
• Sensitivitas fungsional : <4,0 ng/mL
• Frekuensi kerja : setiap hari kamis
Interpretasi Status Vitamin D
Vitamin D 25-OH Total
Status Vitamin D
ng/mL nmol/L
Defisiensi <10 <25
Insufisiensi 10-<30 25-<75
Sufisiensi 30-100 75-250
Toksisitas >100 >250

Package Insert LIASON® 25-OH Vitamin D Total Assay


Kesimpulan
• Vitamin D 25-OH total : Good General Health Marker
• Pemeriksaan vitamin D sebaiknya yang mengukur sepenuhnya
total vitamin 25-OH, terstandarisasi, memiliki presisi yang
dapat diterima sehingga antar pasien dapat dibedakan status
defisiensi, insufisiensi dan sufisiensi
• Status vitamin D dapat digunakan sebagai dasar dalam
upaya preventif maupun kuratif untuk manajemen pasien
yang lebih baik sehingga mendapatkan kesehatan yang
lebih optimal & berkualitas
Rujukan
• Farrell CJ, Martin S, McWhinney B, Straub I, Williams P, Herrmann M. State-of-the-Art Vitamin D
Assays: A Comparison of Automated Immunoassays with Liquid Chromatography–Tandem Mass
Spectrometry Methods. ClinChem 2012; 58(3) : 1-12.
• Hughes BD, Heaney RP, Holick MF, Lips P, Meunier PJ, Vieth R. Estimates of Optimal Vitamin D
Status. International Osteoporosis Foundation and National Osteoporosis Foundation. 2005.
• Carter GD. 25-Hydroxyvitamin D : A Difficult Analyte. ClinChem 2012; 58(3) : 486–488.
• Heijboer AC, Blankenstein MA, Kema IP, Buijs MM. Accuracy of 6 Routine 25-Hydroxyvitamin D
Assays; Influence of Vitamin D Binding Protein Concentration. ClinChem 2012; 58(3) : 1-6.
• Douglas laboratory. Confrontiing The worldwide Epidemic of Vitamin D Deficiency.Nutri News.
2008
• Moyad MA. Vitamin D: a rapid review. Urol Nurs. 2008 Oct;28(5):343-9, 384; quiz 350. Review
• Package Insert LIASON® 25-OH Vitamin D Total Assay
• http://www.mayomedicallaboratories.com/articles/vitamind/pfriendly.html
• http://labtestsonline.org/understanding/analytes/vitamin-d/tab/test
• Kleerekoper M. Clinical Application for Vitamin D Assays : What Is Known and What Is Wished
For. Clinical Chemistry 2011 ; 57 : 1227-1232
• http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=2272
• A3-Step Strategy to Cure Our Most Common Health Problem.England. Hudson Hollick MF. The
Vitamin D Solution. Street Press; 2010

You might also like