You are on page 1of 19

Sheilla Isdiana O.

D
Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi Rahim yang
menyebabkan tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2013).
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini tejadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjdi tidak terkendali (Asuhan Persalinan Normal,
2008).
Atonia uteri adalah uterus yang gagal berkontraksi setelah pelahiran
(Yulianti, Devi, 2005).
Atonia uteri adalah suatu kondisi di mana miometrium tidak dapat
berkontraksi. Bila keadaan ini terjadi, maka darah yang keluar dari bekas
tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Sari, Eka Puspita,
2014).
• Penyebab uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan,
diantaranya pada hidramnion (jumlah air ketuban yang berlebihan) pada
kehamilan gemeli (kembar) dan janin yang besar misalnya pada ibu pada
diabetes mellitus
• Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
• Persalinan cepat (partus presipitatus)
• Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan okstitosin atau
augmentasi
• Multiparitas tinggi
• Ibu dengan keadaan jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun
• Mioma uteri yang mengganggu kontraksi Rahim
• Infeksi intrauterine (korioamnionitis)
• Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumya
• Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklampsi dan eklampsi (Sari, Eka Puspita, 2014).
• Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir
ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan
pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat
atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan
bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu
juga masih ada darah sebanyak 500 – 1.000 cc yang sudah
keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam
uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian
darah pengganti (Prawirohardjo, 2013).
• Diagnosis atonia uteri ditegakkan apabila uterus tidak
berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan rangsangan
taktil atau massase fundus uteri (Sari, Eka Puspita, 2014).
• Perdarahan pervaginam
• Konsistensi rahim lunak
• Fundus uteri naik.
• Terdapat tanda-tanda syok :
Nadi cepat dan lemah
Tekanan darah rendah
Pucat
Keringat/ kulit terasa dingin dan lembab
Pernafasan cepat
Gelisah, bingung atau kehilangan kesadaran
Urine yang sedikit (Sari, Eka Puspita, 2014).
• Penanganan kasus atonia uteri harus secara benar, tepat, dan
cepat mengingat akibat yang akan terjadi jika tidak segera
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu
bersalin akan kehilangan darah sangat banyak dalam
beberapa menit saja apabila uterus tidak berkontraksi.
• Pada kasus ini, penanganan haruslah dilakukan dengan
tepat, cepat serta membutuhkan keterampilan dan
pengetahuan dalam menangani kasus ini. (Sari, Eka Puspita,
2014).
1 Massase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 Massase merangsang kontraksi uterus. Sambal melakukan massase sekaligus dapat
detik) dilakuka penilaian kontraksi uterus.
2 Bersihkan bekuan darah dan / atau selaput ketuban dari vagina dan Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat
lubang serviks menghalangi kontraksi uterus secara baik
3 Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, Kandung kemih yang penuh akan menghalangi uterus berkontraksi secara baik
lakukan kateterisasi menggunakan tekhnik aseptic
4 Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit Kompresi ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh drah dinding uterus dan juga
merangsang myometrium untuk berkontraksi. Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah
5 menit, diperlukan tindakan lain.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksterna Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama penolong
melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan
7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprostol Ergometrin dan misoprostol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan uterus
600 – 1.000 mcg. berkontraksi
8 Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau untuk tranfusi darah.
Ringer Laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan.
mungkin Oksitosin IV dengan cepat merangsang kontraksi uterus
9 Ulang kompresi bimanual internal KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misoprostol akan
membuat uterus berkontraksi
10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia
sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat difasilitas yang mampu
melaksanakan tindakan bedah dan tranfusi darah
11 Damping ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI / KBE Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus
dan merang miometrium untuk berkontraksi
12 Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yag hilang selama perdarahan.
dengan laju 500/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus
menghabiskan 1,5 L infus. Kemudian berikan 125 cc/ jam. Jika tidak
tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan kecepatan
sedang dan berikan minuman untuk rehidrasi
Teknik Kompresi Uterus Bimanual Eksternal (KBE)
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling
mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus.
Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau
dibawa kefasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan
kompresi bimanual internal (Saifuddin, 2009).
Teknik Kompresi Uterus Bimanual Internal (KBI)
Kompresi uterus secara bimanual merupakan suatu usaha untuk
menghentikan perdarahan sementara, dengan jalan melipat uterus yang
lunak antara dua tangan (didalam) dan satu tangan diatas yang
melipat uterus dari luar pada fundus uteri. Sementara itu pemasangan
infus dan upaya tranfusi tetap dilaksanakan (Mochtar, 1998).
Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen
dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam
myometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan
perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan
berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali.
Apabila perdarahan tetap terjadi coba kompresi aorta abdominalis
(Saifuddin, 2009).
Teknik Kompresi Aorta Abdominalis
Peralatan yang diperlukan untuk dapat melakukan kompresi aorta
abdominalis tidak ada, kecuali sedapat mungkin menggunakan teknik yang
benar, sehingga aorta benar-benar tertutup untuk sementara waktu sehingga
perdarahan karena atonia uteri dapat dikurangi (Mochtar, 1998).
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan
posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah
umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna
vertebralis. Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat
mengurangi denyut arteri femoralis (Saifuddin, 2009).
Bidan dapat mengambil langkah-langkah untuk menangani
perdarahan atonia uteri sebagai berikut :
• Meningkatkan upaya preventif
• Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana sehingga
memperkecil jumlah grandemultipara dan memperpanjang jarak
hamil
• Melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan dengan overdistensi
uterus, hidramnion dan kehamilan kembar
• Mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun
• bidan dapat segera melakukan rujukan ibu dengan didahului
tindakan ringan
• memasang infus memberikan cairan pengganti
• memberikan uterotonika intramuskular, intravena atau dengan drip
• melakukan massase uterus sehingga kontraksi otot rahim makin cepat
dan makin kuat
• ibu sebaiknya diantar
Perdarahan atonia uteri

sikap bidan
- infus cairan
- uterotonika
- masase uterus
- kompresi aorta
abdominalis
- kompresi bimanual uterus

Upaya preventif
- merujuk ke pusat dengan
- meningkatkan keaadaan umum
fasilitas untuk menetapkan ibu
penanganan yang legeartis
- merujuk ibu yang mengalami
- diantar petugas overdistensi (hidraamnion , janin
besar, kehamilan kembar)
- mengurangi peranan pertolongan
persalinan oleh dukun
Sumber : Saifuddin, 2010
D:\kampus ABB\semester IV\KGD\bu eca\AKADEMI KEBIDANAN
BHAKTI BANGSA.docx

You might also like