You are on page 1of 81

SEMINAR PEMERIKSAAN FISIK

KOORDINASI,GAYA JALAN,GERAKAN
INVOLUNTER, TANDA RANGSANG
MENINGEAL, VEGETATIF

PEMBIMBING : dr. IGN Budiarsa ,Sp.S

Ni Nyoman Ayu Trisnadewi


I. KOORDINASI
• Kemampuan untuk dapat melakukan gerakan
kompleks dengan tangkas dan cepat.
• Peranan :
- serebelum  “coordination of movement”
- traktus serebellopetal
- traktus serebelofugalis.
• Syarat : sadar, kooperatif, tidak ada paresis/plegi
• Pasien diterangkan dengan prosedur terlebih
dahulu

Dasar-dasar Ilmu Penyakit


Saraf,Prof.dr.Ngoerah,1991
Nonequilibratory Equilibratory Coordination
Coordination
Gerakan berbeda, gerakan Mempertahankan
relatif halus, dan keseimbangan dan
gerakan ekstrimitas yang koordinasi tubuh secara
bertujuan keseluruhan
- Sadar (kompos mentis)
- Kondisi optimal (tidak  Station : gaya berdiri
dalam keadaan lelah
 Gait : gaya berjalan
atau pengaruh obat)
- Tidak ada kelemahan
tubuh
DeJong’s, The Neurologis Examination
7th, 2013
1. Uji Jari - Hidung
2. Uji Hidung - Jari - Hidung
3. Uji Pronasi – Supinasi (Uji Diadokokinesis)
4. Uji Tumit – Lutut
5. Uji Tepuk Lutut
6. Uji Ibu Jari Kaki Telunjuk
7. Asinergi Serebelar
8. Stewart – Holmes (Rebound Fenomena)

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
Penderita menunjuk hidung dengan mata terbuka dan
tertutup

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
Normal : dapat melakukan gerakan dengan tangkas
dan tepat

Terganggu :
Tidak mampu melakukan sesuai perintah, gerakan
tidak tangkas, tepat dan halus

Dismetri : berhenti sejenak sebelum mencapai hidung


dan mencapai hidung dengan perlahan, gerakan
berlebihan ketika mencapai hidung

DeJong’s, The Neurologis Examination


7th, 2013
Cara melakukan pemeriksaan :
Penderita menunjuk hidungnya
sendiri jari pemeriksa 
hidung penderita

 Jari pemeriksa dipindah-


pindahkan semakin lama
semakin cepat
Normal : dapat melakukan gerakan
sesuai perintah dengan tangkas dan
tepat

Terganggu : gerakan tidak tangkas,


tepat dan halus DeJong’s, The Neurologis Examination
7th, 2013
3. Uji Diadokokinesia

Normal : pergerakan simetris dan tangkas pada kedua


tangan

Terganggu : pergerakan tangan melambat, tidak


simetris dan tidak tangkas pada kedua tangan

DeJong’s, The Neurologis Examination


7th, 2013
Diadokokinesis

DeMyer, 2011
Cara melakukan pemeriksaan :

Penderita menempatkan tumit di atas


lutut  tumit bergerak mengikuti
krista anterior tibia sampai ibu jari

Normal : dapat melakukan


pergerakan sesuai perintah
dengan gerakan tangkas, tepat dan
halus

Terganggu :
Gangguan serebelum : penderita
mengangkat kaki terlalu tinggi,
memfleksikan kaki berlebihan dan
meletakan tumit dibawah lutut
..VIDEO flv
Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.
Ngoerah, 1991
Cara melakukan pemeriksaan :
Menepuk lutut dengan telapak dan
punggung tangan berganti-ganti

Normal : dapat melakukan gerakan


sesuai perintah dengan tangkas dan
tepat

Terganggu: gerakan menjadi


melambat, tidak teratur, gerakan
tidak tangkas, tepat dan halus
Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.
Ngoerah, 1991
Cara melakukan pemeriksaan :
Penderita diminta menyentuh telunjuk
pemeriksa dengan ibu jari kakinya secara
berulang-ulang

Normal : dapat melakukan gerakan sesuai


perintah dengan tangkas, tepat dan gerakan
halus

Terganggu: gerakan menjadi melambat, tidak


teratur, gerakan tidak tangkas, tepat dan halus

.VIDEO mov
Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.
Ngoerah, 1991
Cara melakukan pemeriksaan :
 Penderita tidur dengan tangan tersilang
 Kemudian minta penderita duduk tanpa bantuan
lengannya

Saat duduk bila kedua kaki bergerak ke atas


(flexion combinee)
 gangguan serebelar

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
Rebound Fenomena

Cara melakukan pemeriksaan :


 Penderita fleksi di sendi siku
Lengan bawah kita tahan
Kemudian kita lepaskan tiba-
tiba

 Bila lengan bawah tidak dapat


ditahan (memukul diri sendiri)
 gangguan serebelar

.VIDEO Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
DeJong’s, The Neurologis Examination 7th, 2013
EQUILIBRATORY
1.Pemeriksaan pada waktu berdiri (Station)
▫ Tes Romberg
▫ Tes Romberg yang dipertajam

2. Pemeriksaan pada waktu jalan (Gait)


▫ Mengikuti garis lurus
▫ Memutari kursi/meja

DeJong’s, The Neurologis


Examination 7th, 2013
INTERPRETASI
• Normal : Mampu melakukan tes sesuai yang
diinstruksikan
• Abnormal :
▫ Disinergia : gg.kecepatan dan skill dlm melakukan
pergerakan yang memerlukan koordinasi bbrp
kelompok otot atau bbrp pergerakan.
▫ Dismetria : kesalahan dlm menentukan atau
mengukur jarak kecepatan, tenaga, kecepatan, serta
arah pergerakan.

DeJong’s, The Neurologis Examination 7th, 2013


GAYA BERJALAN
GAYA BERJALAN (GAIT)
• Gait adalah cara bagaimana seorang berjalan
• Sikap ini berbeda-beda pada orang normal
• Kita dapat mengenali seseorang dari cara
berjalannya.

DeJong’s, The Neurologis


Examination 7th, 2013
FASE BERJALAN
Siklus berjalan meliputi :
• Fase berdiri (stance phase )
▫ Initial contact
▫ Loading
▫ Mid-stance
▫ Terminal stance
• Fase melangkah
▫ Pre-swing
▫ Initial swing
▫ Mid-swing
▫ Terminal swing
DeJong, 2013
FASE BERJALAN
CARA PEMERIKSAAN
• Inspeksi
• Pemeriksaan pada posisi berdiri (Station)
• Pemeriksaan pada gaya jalan (Gait)

Kita harus menilai sejak pasien masuk ke ruang


pemeriksaan
CARA PEMERIKSAAN

Hal-hal yang dinilai dari pemeriksaan ini :


1. Kecepatan dari jalannya
2. Lebar antara kedua tungkai
3. Jarak antar kedua tungkai waktu melangkah
4. Ayunan lengan

DeJong’s, The Neurologis Examination 7th, 2013


Gaya Berjalan
1. Langkah Spastik
2. Steppage gait
3. Waddling gait
4. Langkah orang mabuk
5. Wide-based gait
6. Gaya jalan pemungut puntung rokok
7. Marche a petit pas
8. Langkah Pincang
1. Penderita hemiplegi
sirkumduksi : kaki
spastik membuat suatu
gerakan setengah
lingkaran

2. Penyakit Little
Scissor gait : kedua kaki
satu sama lain saling
bersilangan
Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.
Ngoerah, 1991
Steppage gait = Foot drop gait = langkah
Ayam
High stepping horse = langkah kuda sirkus

Penderita mengangkat lututnya tinggi-tinggi


 agar jari kaki yang menyentuh lantai
terangkat  kaki seolah-olah dijatuhkan
kelantai  jari-jari dahulu  tumit

Co/ polineurodegenerasi def.vitB1

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
3. Wadding gait 4. Langkah Orang Mabuk

• Wadding gait = gaya jalan • Gaya berjalan


bebek sempoyongan

 Penderita dengan • Pada penderita yang


kelemahan otot gelang terlalu banyak minum
panggul alkohol

 Co/ DMP

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf,


Prof.dr. Ngoerah, 1991
Wide-based gait = gaya jalan mengangkang = ataksia serebelar

Berdiri : penderita meletakkan tungkai kanan berjauhan


dengan tungkai kirinya, kedua kaki berjauhan

Berjalan : tidak bisa berjalan dalam satu garis lurus (tidak


bisa meletakkan satu kaki didepan kaki lainnya)

 Jatuh ke arah sisi hemisfer serebelum yang rusak

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
• Saat berjalan penderita selalu memperhatikan kakinya
(mata selalu melirik ke arah kaki)

• Mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan menjatuhkan ke


lantai

• ex. Tabes dorsalis.

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
Marche a petit pas = langkah menggeser

Langkah jalan kecil-kecil  makin lama makin cepat


 Sulit mengontrol untuk berhenti hingga menabrak
tembok

 Penyakit parkinson

Video

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
 Penderita nyeri di panggul
 Penderita koksitis
 Penderita dengan salah satu kaki lebih pendek

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
Gaya Berjalan Abnormal
Gait Disorder Gait Characteristics Usual Associated
Findings
Spastic Tungkai kaku, bersilangan Hiperefleksia, respon
seperti gunting (scissoring) ekstensor plantar
Cerebellar ataxia Wide based / mengangkang Heel-to-shin ataxia, tanda
, terhuyung-huyung, miring serebelar lainnya
(drunken sailor)
Sensory ataxia Wide based / mengangkang Romberg +, terganggunya
,steppage propioseptif
Hemiparetic Pada tungkai yang spastik, Kelemahan, hiperefleksia,
sirkumduksi, sering dengan respon ekstensor plantar
foot drop
Parkinsonian Langkah kecil-kecil, postur Tremor, rigiditas,
fleksi, menyeret bradikinesia
Marche à petits Langkah kecil-kecil, jalan Demensia, tanda-tanda
pas menyeret yang lambat gangguan lobus frontal
Gaya berjalan abnormal
Gait Disorder Gait Characteristics Usual Associated
Findings

Foot drop (unilateral Langkah yang tinggi untuk Kelemahan dorsoleksi


atau menghindarkan ibu jari kaki kaki
bilateral) menggesek lantai, menepuk
lantai dua kali dengan ibu jari
kaki sebelum tumit
Myopathic Gerakan panggul “seksi”, Kelemahan otot-otot
waddling (gaya jalan bebek gelang panggul
angsa), hiperlordosis lumbal
NON-NEUROLOGIC Pemendekan dari fase berdiri
GAIT DISORDERS pada tungkai yang terlibat dan
(Antalgic Gait) menghindari jadi tumpuan
berat badan
Non organic (Histeria) Tidak terdeskripsikan, aneh, Tidak mengkonfirmasi
dan sangat bervariasi kelainan pada pennyakit
tertentu
Sumber : William W. Campbell. 2013. De Jong Neurologic Examination.
GERAKAN INVOLUNTER
 gerakan yang muncul dan tidak dapat dikendalikan
oleh penderita

- Terjadi spontan
- Tidak bisa dikendalikan
- Meningkat saat stres dan cemas
- Berkurang/hilang saat tidur
Gangguan pada 
basal ganglia :
- nukleus kaudatus
- putamen
- globus palidus
Substansia nigra
Nukleus Subtalamik

DeJong’s, The Neurologis Examination 7th,


2013
Adams and Victor’s Principles of Neurology 8th
GERAKAN INVOLUNTER
• Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan :
▫ Bagian tubuh yang terkena
▫ Perluasan dari gerakan atau distribusinya
▫ Pola, ritme, keseragaman, multiragam dan regularitas
dari gerakan
▫ Kecepatan dan frekuensi dari setiap gerakan
▫ Amplitudo gerakan
▫ Hubungan dengan postur, istirahat, aktivitas volunter,
involunter, kelelahan.
▫ Respon terhadap panas dan dingin
▫ Hubungan emosional
▫ Ada tidaknya gerakan saat tidur
DeJong’s, The Neurologis Examination 7th, 2013
GERAKAN INVOLUNTER
• Hipokinetik
• Hiperkinetik
GERAKAN INVOLUNTER
HIPOKINETIK
• Pada penyakit parkinson
• Adanya bradikinesia-akinesia
• Wajah seperti topeng
• Kurangnya senyum dan kedipan mata
• Tidak adanya ayunan lengan pada waktu berjalan
• Postur tubuh cenderung condong ke depan

DeJong’s, The Neurologis


Examination 7th, 2013
GERAKAN INVOLUNTER
HIPERKINETIK
• Atetosis • Tremor
• Balismus • Tic
• Khorea • Fasikulasi
• Distonia • Miokloni
ATETOSIS
• Gerakan yang lebih lamban, terus-menerus,
amplitudonya lebih besar daripada Khorea
• Cirinya : involunter, ireguler, kasar, ritmik, dan
menggeliat
• Ektremitas ( bag. Distal , jari tangan dan kaki,
tangan), leher, trunk .
• Menghilang bila tidur
• Gerakan volunter dan koordinasi terganggu
• Unilateral atau bilateral (double atetosis)

DeJong’s, The Neurologis Examination


7th, 2013
Atetosis

DeJong’s, The Neurologis Examination 7th, 2013


KHOREA
• Gerakannya spontan, mendadak, singkat,
cepat, tersentak-sentak
• Ciri : involunter, ireguler, tidak bertujuan,
random, non-ritmik hiperkinesia
• Dapat muncul waktu istirahat
• Meningkat aktivitas, tekanan, stres emosional
• Menghilang waktu tidur

DeJong’s, The
Neurologis Examination
7th, 2013
Khorea

.Chorea

Netter, 2011
BALISMUS
• Gerakan involunter yang tidak bertujuan
• Lebih cepat, kuat dan mengenai bag. proksimal
dari ekstrimitas
• Ekstremitas yang terkena akan menimbulkan
gerakan kontinyu, hebat, mengayun, berputar,
melilit
• Muncul selama pasien bangun dan menghilang
waktu tidur
• Biasanya unilateral
.VIDEO hemiballismus.flv
DeJong, 2013; Netter, 2011; Sidharta, 1985
DISTONIA
• Spontan, involunter, tidak teratur, otot bertonus
tinggi.
• Dapat mengenai wajah, kelopak mata, pita suara,
leher, tubuh, ekstrimitas
• Gerakannya pelan, aneh, menggeliat, berputar,
terpelintir.
• Gerakannya menyebabkan terpelintirnya axis
dari tulang belakang  torsi dari kolumna
vertebra
• Spasme; movement; posture
DeJong, 2013; Netter, 2011; Sidharta, 1985
TIC
• Gerakan berulang, cepat, dan irregular
• Gerakan ini dapat dihilangkan dengan
konsentrasi ke suatu hal
• Begitu dialihkan konsentrasinya akan timbul
kembali
• Dipicu oleh emosi dan ketegangan
• Menghilang bila tidur
DeJong, 2013; Netter, 2011; Sidharta, 1985
FASIKULASI
• Gerakan yang halus, cepat, twitching karena
kontraksi dari fasikulus otot
• Timbul karena kelelahan dan kedinginan
• Dipicu dengan stimulus mekanis pada otot
• Tetap dapat timbul selama tidur
• Juga dapat timbul pada orang normal

DeJong’s, The Neurologis Examination 7th,


2013
TREMOR
• Tremor adalah serentetan gerakan involunter,
agak ritmis, tidak bertujuan dan getaran yang
timbul terjadi karena berkontraksinya otot-otot
yang berlawanan secara bergantian
• Dapat timbul unilateral dan bilateral
• Mengenai bagian distal dari ekstrimitas

DeJong, 2013; Netter, 2011; Sidharta, 1985


TREMOR
• Dibagi 2 :
▫ Resting tremor
▫ Action tremor : muncul saat bergerak
RESTING TREMOR
• Seringnya timbul waktu relaksasi
• Berkurang waktu bagian tubuh tersebut digunakan
Co/ Parkinson Disease
Parkinson Diseases
• Non-intentional, resting, dan statik tremor
• Tremor ini lambat, kasar, dan amplitudo 2-6 Hz
• Gambaran pill rolling
• Muncul waktu istirahat
• Berkurang bila melakukan suatu gerakan dan waktu
tidur Video - Tremor.flv
DeMyer, 2011; DeJong 2013
Pembagian tremor
1. Tremor pada penyakit parkinson
2. Tremor senilis : tidak ada rigiditas dan akinesia.
3. Tremor serebellar : intention tremor
4. Tremor essensial : tremor cepat, halus, ritmis.
5. Tremor toksik : tirotoksikosis, hipoglikemia, uremia
6. Tremor fisiologis : cemas, emosi, kedinginan
7. Tremor asteriksis : flappping tremor ( gerakan fleksi
dan ekstensi tangan silih berganti)

Dasar-dasar ilmu penyakit saraf, Prof,dr.Ngoerah, 1991


MIOKLONUS
• Gerakan tunggal, berulang, aritmik, asinergi,
tersentak-sentak, muncul mendadak, kontraksi
involunter dari otot  tidak sampai
menimbulkan gerakan.

• Otot dari ekstrimitas dan tubuh

Netter, 2011
TANDA RANGSANG MENINGEAL
Tanda ini muncul karena tertariknya
radiks-radiks saraf tepi yang hipersensitif
karena adanya :
1. Radang pada selaput otak (meningitis)
2. Perdarahan di ruang sub arakhnoid

DeJong’s, The
Neurologis Examination
7th, 2013
1. Kaku Kuduk (Rigiditas Nukhae)
2. Tanda Kernig
3. Tanda Brudzinski I (Tanda Brudzinski
Leher)
4. Tanda Brudzinski II (Tanda Brudzinski
kaki kontralateral)
5. Tanda Brudzinski III (Tanda Brudzinski
Pipi)
6. Tanda Brudzinski IV ( Tanda Brudzinski
Simfisis) DeJong’s, The
Neurologis
Examination 7th, 2013
Cara Pemeriksaan :
1. Penderita tidur terlentang tanpa bantal
2. Gerakan fleksi kepala penderita secara pasif

 Tanda kaku kuduk (+)


apabila saat melakukan gerakan tadi
terdapat tahanan

DeJong’s, The
Neurologis
Examination 7th, 2013
Cara pemeriksaan :
1. Penderita tidur terlentang
2. Gerakan secara pasif, fleksi sendi panggul dan
sendi lutut  ekstensi sendi lutut

 (+) Nyeri, tahanan, dan tidak bisa meluruskan


lutut
 (+) Tidak dapat meluruskan sendi lutut > 135o
 nyeri

DeJong’s, The
Neurologis Examination
7th, 2013
DeJong’s,
The Neurologis
Examination 7th,
2013
Tanda Brudzinski I (Tanda Brudzinski Leher)
Cara melakukan pemeriksaan :
1. Pasien tidur terlentang
2. Posisikan tangan kiri dileher pasien dan tangan kanan
di dada pasien
3. Fleksikan cepat secara pasif leher semaksimal mungkin

 (+) Saat fleksi kepala penderita  fleksi involunter pada


kedua tungkai
 Penderita hemiplegi dengan iritasi meningeal 
perhatikan fleksi involunter pada sisi yang tidak
lumpuh
DeJong’s, The
Neurologis Examination
7th, 2013
Tanda Brudzinski I

DeJong’s,
The Neurologis
Examination 7th, 2013
Tanda Brudzinski II (Tanda Brudzinski Kaki Kontralateral)
Cara melakukan pemeriksaan :
1. Pasien tidur terlentang
2. Gerakan secara pasif, fleksi sendi panggul dan sendi lutut
 ektensi lutut
3. Perhatikan kaki yang lain (kontralateral)

 (+) Fleksi involunter tungkai kontralateral

DeJong’s, The
Neurologis Examination
7th, 2013
Tanda Brudzinski III (Tanda Brudzinski Pipi)
Cara melakukan pemeriksaan :
1. Pasien tidur terlentang
2. Tekan pada kedua pipi tepat dibawah os
zigoma
3. Perhatikan sendi siku dan lengan
 (+) Fleksi involunter sendi siku dan lengan
menghentak ke atas

DeJong’s, The
Neurologis
Examination 7th, 2013
Tanda Brudzinski Simfisis
Cara melakukan pemeriksaan :
1. Pasien tidur terlentang
2. Tekan pada simfisi pubis
3. Perhatikan tungkai bawah

 (+) Fleksi involunter kedua tungkai bawah

DeJong’s,
The Neurologis
Examination 7th, 2013
PEMERIKSAAN VEGETATIF
PEMERIKSAAN VEGETATIF
1. Sindrom Horner
2. Gangguan fungsi kandung kencing
3. Gangguan fungsi rektum
4. Gangguan fungsi genitalia
5. Gangguan vasomotorik
6. Gangguan sudomotorik
7. Gangguan arektor pilorum
1. SINDROM HORNER
• Kerusakan pada sentrum siliospinale(C8-T2) :
mengatur vasokontriksi, sekresi keringat, piloarektor
dari separuh kepala dan leher ipsilateral
 Vasodilatasi & sekresi (-), piloarektor (-) daerah
wajah ipsilateral.

• Miosis (paresis M.dilatator pupilae)


Ptosis (paresis M.Tarsalis Superior)
Enofthalmus (paresis M.orbitalis)

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr. Ngoerah, 1991


2. GANGGUAN FUNGSI KENCING
• Inervasi kandung kencing, rektum, dan genitalia :
a. Simpatetik : kornu lateralis T10-L3 
N.Hipogastrikus
b. Parasimpatetik : kornu lateralis S2-S3
N.Pelvikus
c. Somatik : kornu anterior S3-S4  N.Pudendus

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf,


Prof.dr. Ngoerah, 1991
Kandung kencing

• Impuls N.pelvikus  kontraksi M.detrusor,


relaksasi M.sfingter internus  miksi
• Impuls N. Hipogastrikus  kontraksi M.sfingter
internus dan relaksasi M.detrusor
• somatik : impuls dari N.pudendus  M.sfingter
eksternus (sadari).

Dasar-Dasar Ilmu penyakit


Saraf, Prof.dr. Ngoerah, 1991
Tipe gangguan fungsi kandung kencing
• Lesi akut pada konus  ≠N.pelvikus  Retensi
urine  inkontinensia paradoksa  kandung
kencing otomat  banyak urin residu

• Lesi akut pada MS (atas konus)  diaskhizis


≠N.pelvikus retensi urine  inkontinensia
paradoksa  kandung kencing otomat  tanpa
urin residu.

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.


Ngoerah, 1991
3. GANGGUAN FUNGSI REKTUM
• Inervasi :
1. N.Pelvikus : menggiatkan peristaltik rektum,
relaksasi M.Stingter ani internum
2. N. Hipogastrik : relaksasi peristaltik rektum,
kontraksi M.Sfingter ani internum
3. N.pudendus : kontraksi M.sfingter ani eksternus
secara volunter.
• Fase akut lesi konus dan lesi MS : lenyap impuls dalam
N.pelvikus 
a. Lenyapnya peristaltik rektum
b. Kontraksi M.sfingter ani internum  retensio alvi
Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.
Ngoerah, 1991
4. GANGGUAN FUNGSI GENITALIA
• N.pelvikus : ereksi
• N.hipogastrikus : kontraksi M.vas deferen dan
vesicula seminalis  ejakulasi
• N pudendus : kontraksi ritmis
M.bulbokavernosus  mengeluarkan semen

• Lesi pada konus  gg.ereksi dan ejakulasi


• Lesi lintang (terutama servikal) : priapismus

Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf,


Prof.dr. Ngoerah, 1991
5.Gangguan Sudomotorik
• Test QSART  mengukur keringat yang keluar
terhadap respon iontophoresis pd kulit
• Sweet imprint test  mengukur keringat yang
keluar dengan melihat jejak droplet keringat
pada plastik atau cetakan silikon.
• TST  menganalisis respon keringat terhadap
peningkatan suhu badan.

DeJong’s, The Neurologis


Examination 7th, 2013
6. GANGGUAN AREKTOR PILORUM

• Lesi lintang mendadak pada Ms (Th) fase akut :


- paraplegia flaksid
- Gg. Sensibilitas
- gg. Miksi, defekasi, gg.fungsi genetalia.
- vasodilatasi, anhidrosis, tidak terdapat piloarektor

Fase kronis : pulih bahkan muncul vasokontriksi,


hiperhidrosis, bulu mudah berdiri.
Dasar-Dasar Ilmu penyakit Saraf, Prof.dr.
Ngoerah, 1991
Daftar Pustaka
• I Gst. Ng. Gd. Ngoerah. 1990. Dasar-dasar Ilmu
Penyakit Saraf. Airlangga University Press
• William W. Campbell. 2013. De Jong Neurologic
Examination. Lippincott Williams & Wilkins
• Jose Biller. 2011. De Myer’s Neurologic
Examination 6th edition. McGraw-Hill
• H. Royden Jones. Netter’s Neurology 2nd edition.
2012. Elsevier Saunders
• Sidharta P. 1990. Tata Pemeriksaan Klinis dalam
Neurologi. Jakarta : PT. Dian Rakyat
• Allan H. Ropper. 2005. Principles of Neurology 8th
edition. Mcgraw-Hill
Sweat imprint
• finger drag
• Opthalmoskopis optik
• Tinctorial
• silastic method

DeMyer, 2004
Starch-Iodine Methods of Minor
Reaksi kimiawi : keringat + tepung amilum + iodium 2%
 ungu / biru gelap / violet black.

Persiapan & Syarat :


1. Buat larutan iodium 2%  2 gram iodine murni + 10
cc castrol oil + 100 cc alkohol murni.
2. Suhu ruangan 37 °C dengan kelembaban 40-50%.
3. Lumuri tubuh dengan larutan iodium 2%, tubuh harus
kering (tidak boleh berkeringat)  biarkan sampai
mengering.
DeMyer, 2004; Modul Anamnesis,
2008
4. Tepung amilum (tepung beras halus) diratakan tipis-
tipis pada tubuh
5. Minum obat penurun panas.
6. Penderita dipapar panas (“alat khusus” penutup
badan) selama 60 menit.

Interpretasi:
• Daerah yang mengalami gangguan berkeringat tidak akan
mampu mengubah warna putih tepung amilum menjadi
ungu.
• Perbatasan antara putih dan ungu  merupakan topik lesi
yang dicari.

DeMyer, 2004; Modul Anamnesis,


2008
Ben M W, 2009

You might also like