Professional Documents
Culture Documents
2
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Bayi lahir SC dari ibu G1P0A0 dengan usia kehamilan 40-41 minggu
di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Berat badan lahir
2900 gram.
RIWAYAT KEHAMILAN
Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama, ibu kontrol secara
teratur di posyandu dan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali.
Riwayat ISK disangkal dan didapatkan keputihan selama hamil.
RIWAYAT KELAHIRAN/PERSALINAN
RIWAYAT ANTOPOMETRI
BB : 2900 gram
PB : 47 cm
KESADARAN
Composmentis
TANDA VITAL
Nadi = 154x/menit
Pernapasan = 80x/menit
Suhu = 36.5o C
STATUS GENERALIS
Kepala Normocephal
Mata Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung Nafas cuping hidung (+)
Mulut Sianosis (-)
Tenggorokan Dbn
Telinga Normotia
Leher Pembesaran KGB (-)
Toraks Normochest, Simetris kanan kiri, Retraksi dinding dada
Paru
(+), Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
Abdomen Bising usus (+)
Genitalia & Anus Dbn, belum BAB
Ekstremitas Akral hangat, deformitas (-), capillary refill time < 3 detik
Kulit Sianosis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Golongan Darah O
Rhesus +
Rontgen Thorax
DIAGNOSA
Epidemiologi
18
FAKTOR RISIKO •Neonatus yang lahir dengan SC terutama dengan usia gestasi kurang dari 38
minggu berisiko terjadinya penimbunan cairan dalam paru-paru karena tidak
Elektif seksio sesarea yang belum in partu melewati seluruh proses persalinan, akibatnya dapat menghambat
pertukaran gas dalam paru. Oleh karena itu, maka neonatus lebih sulit untuk
menghirup oksigen dengan semestinya dan neonatus bernapas lebih cepat.
•Neonatus yang lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung untuk
Neonatus dengan berat badan lahir rendah mengalami partus presipitatus sehingga tidak mengalami tekanan pada jalan
lahir.
•TTN yang terjadi dianggap dipengaruhi oleh kelainan atopik mengingata danya
Lahir dari ibu dengan asma
riwayat atopik (asma) pada ibu.
•Sedasi pada ibu akan menyebabkan efek sedasi pada neonatus sehingga
Sedasi pada ibu yang berlebihan neonatus tidak menangis kuat saat lahir, sedangkan tangisan pada neonatus
berperan dalam penyerapan cairan dalam paru-paru sebanyak 30%.
19
Pada paru-paru janin yang
Epitel paru-paru mengsekresikan Cl Pada saat lahir, paru yang matang
imatur terdapat imaturitas
dan cairan selama kehamilan tetapi mengubah fungsinya dari sekresi
expresi EnaC. Glukokortikoid
baru mengembangkan kemampuan Cl- menjadi absorbsi Na+ karena
dapat mempercepat penggantian
untuk menyerap Na+ secara aktif respon dari katekolamin yang
fungsi dari sekresi cairan menjadi
pada akhir kehamilan. bersirkulasi dalam darah.
absorpsi cairan.
Pemeriksaan Fisik
Bayi baru lahir dengan TTN meliputi takipnea dengan grunting, flaring, and retraksi.
Bayi sering digambarkan sebagai memiliki ”quiet” tachypnea “
Kasus yang ekstrim dapat memperlihatkan sianosis.
Sebuah studi yang menyelidiki faktor risiko untuk durasi takipnea pada pasien dengan takipnea
transient yang baru lahir melaporkan bahwa tingkat pernapasan puncak lebih dari 90 napas per menit
selama 36 jam pertama kehidupan dikaitkandengan takipnea berkepanjangan yang berlangsung lebih
dari 72 jam.
22
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Laboratorium
Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya didapatkan.
Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2>55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun
jika terjadi,merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain.
Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah
terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan polisitemia.
Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.
Pemeriksaan Radiologi
Hiperexpansi paru, khas pada TTN dan garis prominen di perihiler
Pembesaran jantung ringan hingga sedang
Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral
Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura.
Temuan karakteristik termasuk perihilar menonjol, yang berkorelasi dengan kendurnya sistem limfatik
Terdapat sedikit efusi pleura yang terlihat
Patchy Infiltrat atau gambaran infiltrat yang halus pada kedua lapang paru secara homogen dan
tersebar merata
23
DIAGNOSIS (left) shows streaky,
perhilar linear densities
(white circles),
indistinctness of the blood
vessels and fluid in the
minor fissure (black
arrow), all signs of
increased fluid in the
lungs.
24
DIAGNOSIS BANDING
•Jika neonatus mengalami pneumonia atau sepsis, akan didapat pada riwayat
kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti korioamnionitis, ketuban pecah dini,
Pneumonia/sepsis. dan demam. Differensial count menunjukkan tanda neutropenia atau leukositosis
dengan jumlah abnormal dari sel immature. Tes antigen urin dapat positif bila
neonates mengalami group B streptococcal.
Hyaline Membrane •Gawat napas pada neonatus kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat
setelah lahir, ditandai adanya takipnea, merintih, pernafasan cuping hidung,
Disease/Respiratory retraksi dada, dan sianosis yang menetap atau menjadi progresif dalam 48 –
Distress Syndrome(RDS) 96 jam pertama kehidupan
25
PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan pada TTN hanyalah suportif. Ketika cairan paru – paru terabsorbsi oleh sistem
limfatik neonatus, maka kondisi paru – paru akan membaik
1) Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas dibersihkan dari lendir
atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama diperlukan, serta memastikan pernafasan dan
sirkulasi yang adekuat. Oksigen yang diberikan sebaiknya oksigen lembab dan telah dihangatkan.
Pemberian oksigen dapat dimulai dengan high flow nasal (HFN) kanul aliran 4-8 liter/menit FiO2 21%
- 40%. Bila tidak berespon, dapat diberikan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dengan PEEP
7 cm H2O FiO2 ≤ 40%.
Pemakaian CPAP juga dapatlangsung dipertimbangkan bila memenuhi salah satu kriteria berikut ini:
1. Frekuensi napas > 60x/menit
2. “Merintih (grunting)”
3. Retraksi dada
4. Saturasi oksigen <93% (preduktal)
5. Kebutuhan Oksigen >60%
6. Sering mengalami apnea 26
PENATALAKSANAAN
2) Pemasangan orogastric tube (OGT)
diharuskan pada penggunaan bantuan nafas dengan tujuan dekompresi distensi gastrointestinal dan untuk
memulai trophic feeding, dimulai dengan 10 cc/kgBB/hari. Enteral feeding tetap diberikan untuk
mempertahankan flora normal usus dan membantu perkembangan villi – villi usus.
Ketika TTN teratasi, takipnea berkurang, kebutuhan oksigen berkurang,
dan rontgen thorax menunjukkan resolusi dari garis perihilar (perihilar
3) Keadaan hipotermi maupun hipertermi harus dihindari. Temperatur bayi harus dijaga dalam rentang
streaking). Dalam waktu 24 sampai 48 jam, napas neonatus yg mengidap
36,5−37,5 C.
TTN biasanya membaik dan kembali normal, dan dalam waktu 72 jam
hingga 120 jam, semua gejala TTN hilang.
4) Prinsip lain perawatan neonatus yang mengalami distress nafas adalah minimal handling. Hal ini dapat
dicapai dengan penggunaan monitor sekaligus untuk menilai keadaan kardiorespiratorik, temperatur, dan
saturasi oksigen pada neonatus.
5) Penggunaan obat pada TTN adalah minimal. Sulit untuk menyingkirkan sepsis atau pneumonia secara
klinis, dengan tanda distress pernafasan, terutama bila tidak ada faktor risiko infeksi pada neonatus. Untuk
itu, antibiotik empirik dapat diberikan pada 36 jam pertama kehidupan neonatus hingga sepsis dapat
disingkirkan (kultur negatif). Pemilihan antibiotik inisial
27 yang dianjurkan adalah ampicillin dan gentamicin.
PROGNOSIS
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah kelainan yang dapat sembuh
sendiri dengan prognosis yang sangat baik. Namun, TTN sering diikuti dengan
penyakit respiratori lainnya, seperti peningkatan risiko wheezing pada masa kanak –
kanak.
28
DAFTAR PUSTAKA
Waldo E Nelson, MD et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta:EGC
Abdul L et al. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta:CV Sagung Seto
Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Tuttle D. Neonatology: management, procedures, on-
call problems, diseases, and drugs. United States od America: McGraw-Hill Companies;
2009.p.54,717-2
Effendi SH, Firdaus A. Diagnosis dan penatalaksanaan kegagalan nafas pada neonatus.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; 2010.h.5-12
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi. Jakarta:
Badan penerbit IDAI; 2012.h.417-21
Machado LU, Fiori HH, Baldisserotto M, Ramos Garcia PC, Vieira AC, Fiori RM.
Surfactant deficiency in transient tachypnea of the newborn. J Pediatr. Nov 2011;159(5):750-4.
29
THANK YOU
30