You are on page 1of 37

Teknologi Sediaan Liquid

Emulsi
Disusun Oleh

 Yesi Fitriana :1513206004


 Fitria Dwi Setyorini :1513206012
 Binti Jariyah :1513206019
Yang akan dibahas

 Pengertian
 Tipe Emulsi
 Persyaratan
 Keuntungan
 Teori terjadinya Emulsi
 Macam – macam emulgator dan alat yg digunakan
 Metode pembuatan
 Formulasi
 Evaluasi
 De-stabilitas Emulsi
Pengertian Emulsi

 Adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair


atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan emulgator atau
surfaktan yang sesuai (FI ed III).
 Adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk
tetesan kecil (FI ed IV).
FASE MINYAK FASE AIR
( LIPOFILIK ) ( HIDROFILIK )

KOCOK

EMULSI

EMULGATOR
atau
SURFAKTAN
1. Emulsi Tipe O/W
Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam
air
air sebagai fase eksternal,minyak sebagai fase internal
2. Emulsi Tipe W/O
Emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam
minyak
Minyak sebagai fase eksternal,air sebagai fase internal
Tipe Emulsi
Minyak / Air = Oil / Water
M/A = O/W
M
A
Air / Minyak = Water / Oil
A/M = W/O

 Menurut konsistensi
a. Cair, misal: emulsi minyak ikan
b. Semisolida, misal: krim
Persyaratan

 Syarat
 Stabil dan homogen scr fisika dan kimia
 Fase dalam punya uk. Partikel yg lbh kecil & sama
besar mendekati uk. Partikel koloid
 Tidak terjadi creaming atau cracking
 Rasa, bau, warna menarik
Keuntungan sediaan emulsi

1. Menutupi rasa minyak yang kurang enak


2. Minyak dalam butir halus  mudah dicerna
3. Memudahkan pemakaian untuk obat luar
- Pengolesan  tipe A/M
- Pencucian  tipe M/A
4. Meningkatkan stabilitas obat lebih mudah terhidrolisis dalam air
5. bioavabilitas besar
 kerugian

1. Sulit diformulasikan karena harus


mencampur 2 fase yang tidak tercampur
2. mudah ditumbuhi bakteri karena
adanya air
3. kestabilitas fisika dan kimia terjadi
dalamwaktu yang lama
Teori terjadinya emulsi

1. Teori Tegangan Permukaan (teori surface tension)


2. Teori Oriented Weight
3. Teori Interfasial Film (plastic film)
4. Teori Electric double Layer (Lapisan Listrik Rangkap)
1. Teori Tegangan Permukaan
(teori surface tension)

 Daya Kohesi (tarik menarik molekul yang sejenis) setiap


zat tidak selalu sama, sehingga pada permukaan suatu
zat cair (bidang batas antara air dan udara) akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan
daya kohesi.
 Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut
dinamakan tegangan permukaan
 Penambahan emulgator akan menurunkan
/menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang
2. Teori Oriented Weight

 Setiap molekul emulgator dapat dibagi menjadi 2 kelompok :


- Kelompok hidrofilik
- Kelompok Lipofilik
 Masing2 kelompok akan bergabung dengan zat cair yang
disenanginya, dengan demikian seolah2 emulgator tersebut
merupakan tali pengikat antara air dengan minyak
 Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu
keseimbangan dalam setiap jenis emulgator.
H.L.B = Hidrofilic Lipofilic Balance

Angka yang menunjukkan perbandingan


antara kelompok hidrofil dengan kelompok
lipofil.
Semakin besar harga HLB berarti semakin
banyak kelompok yang suka pada air
sehingga emulgator tersebut lebih mudah
larut dalam air dan demikian pula sebaliknya.
Daftar Harga HLB
Harga HLB Kegunaan

1–3 Anti Foaming Agent

4 -6 Emulgator Tipe W/O

7–9 Wetting Agent

8 – 18 Emulgator Tipe O/ W

13 – 15 Detergent

15 - 18 Solubilizing Agent
3. Teori Interfasial Film (plastic film)

 Emulgator akan diserap pada batas antara air dan


minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan
membungkus partikel fase dispers.
 Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha
antara partikel yang sejenis untuk penggabungan
menjadi terhalang. Sehingga fase dispers menjadi stabil
Syarat emulgator agar memberikan stabilitas
maksimal kepada emulsi :

Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak


Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan
partikel fase dispers
Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat
menutup semua permukaan partikel dengan segera
4. Teori Electric double Layer
(Lapisan Listrik Rangkap)

 Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan
sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan
yang berlawanan dengan lapisan didepannya.
 Dengan demikian seolah-olah setiap partikel minyak dilindungi
oleh dua benteng lapisan listrik yang berlawanan
 Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel
minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu
molekul yang besar, karena susunan yang sama.
 Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak-menolak,
MACAM-MACAM EMULGATOR

1. Emulgator alam
a. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
- Gom Arab, Tragacanth, Agar, Chondrus
b. Emulgator berasal dari hewan
- Kuning telur, adeps lanae
c. Emulgator dari tanah mineral
- Mg Al Silikat, Bentonit
2. Emulgator buatan
- Sabun, tween 20, Span 20, Benzalkonium klorid
Beberapa alat yang digunakan dalam
pembutan Emulsi :

1. Dengan mortir dan stamfer


emulsi skala kecil, mortir dengan permukaan kasar
2. Botol
penggojokan yang terputus-putus
3. Dengan Mixer
fase dispers dihaluskan oleh pisau mixer yang berputar dengan
kecepatan tinggi , fase dispers berbentuk kecil
4. Dengan Homogenizer
Fase dispers dilewatkan dalam celah sempit, sehingga partikel
mempunyai ukuran yang sama
Metode pembuatan emulsi

Metode Gom Kering


 Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi
dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan ½ jumlah
volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga diperoleh
perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian
emulgator.
 Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu
ditambahkan air sebagian dan diaduk /digerus dengan cepat
dan searah hingga terbentuk korpus emulsi. Setelah terbentuk
korpus emulsi kemudian sisa air ditambahkan sedikit demi
Metode Gom Kering
2. Metode gom basah
 Disebut pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan
emulsi dengan musilago atau melarutkan gum sebagai
emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama
seperti metode gom kering.
 Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus
dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air
misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian
air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit
sambil terus diaduk dengan cepat.
3. Metode botol
 Disebut pula metode Forbes. Metode ini digunakan untuk emulsi
dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan
kekentalan yang rendah.
 Metode ini merupakan variasi dari metode gom kering atau
metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan
kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.
 Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah
minyak. Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat,
suatu volume air yang sama banyak dengan minyak ditambahkan
sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi utama
terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang
tepat.
Contoh formulasi

 Coconut oil 40ml


 Tween 20 12 g
 Span 80 12 g
 Syrup simplex 10ml
 Metyl paraben 1%
 Aquadestilata ad 100ml
- Coconut oil 40ml
1
- Nipagin 𝑥 100 = 1𝑔
100
- Syrup simplex 10ml
20
- Tween 𝑥 12 = 2.4 ml
100
80
- Span 𝑥 12 = 9.6 ml
100
- Aquadest = 100 – (40+1+10+2.4+9.6)
= 100 – 63
= 37 ml

Perhitungan :
Cara kerja
1. Disetarakan timbangan
2. Dikalibrasi wadah 100 ml
3. Diukur coconut oil 40ml sisihkan
4. Diukur span 9.6 ml sisihkan
5. Dibuat mortir dalam keadaan panas dengan diberi air panas ad mortir panas.
6. (3+4)  masukkan kedalam mortir panas  aduk ad hom  sisihkan
7. Diukur sirup simplek 10mlsisihkan
8. Ditimbang metyl paraben 1g  sisihkan
9. Diukur tween 2.4 ml  sisikan
10. Diukur aquadestilatas 37ml  sisihkan
11. (7+8+9)  mortir 2 aduk ad hom  sisihkan
12. fase air dimasukkan kedalam fase minyak setetes demi setetes ad terbentuk
corpus emulsi
13. 12  masuk wadah  beri etiket  packaging
Cara mendeteksi tipe emulsi

1. Dengan pengenceran fase


Emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air
Emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak

2. Dengan pengecatan/pemberian warna


 Emulsi + larutan sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi
w/o, karena sudan III larut dalam minyak.
 Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi
tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.
3. Dengan kertas saring
Kerta saring dijenuhkan dengan COCl2  keringkan  biru – merah
muda. Emulsi m/a  membentuk cincin air, emulsi a/m  tidak ada
cincin air.
4. Dengan konduktifitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan
tahanan 10 K ½ watt, lampu neon ¼ watt, dihubungkan secara seri.
Elektroda diceupkan dalam cairan emulsi. Lampu neon akan menyala
bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati
bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o.
5. Uji Fluorosensi
Minyak  dipaparkan sinar UV berfluorosensi.
Emulsi  dipaparkan lampu UV  semuanya
berluorosensi (a/m), jika dipaparkan lampu UV 
fluorosensinya berbintik – bintik (m/a).
6. Uji Arah Creaming
Arah creaming kebawah  a/m, arah creaming
keata  m/a.
Destabilisasi Emulsi

Sistem emulsi dapat di-destabilisasi melalui mekanisme


berikut:
 Creaming
 Flocculation
 Coalescence
 Ostwald Ripening
Creaming
 Selama penyimpanan, adanya perbedaan densitas antara
minyak dan air, terdapat kecenderungan fase minyak
untuk terkonsentrasi di atas sistem emulsi
Flocculation
 Flocculation diartikan sebagai proses dimana dua atau
lebih droplet saling menempel tanpa kehilangan identitas
Coalescence
 Coalescence merupakan proses ketika dua atau lebih
droplet bergabung dan membentuk droplet yang lebih
besar
Ostwald Ripening
 Ostwald ripening terjadi pada emulsi dimana droplet
bertabrakan dengan yang lain dan membentuk droplet
yang lebih besar dan yang lebih kecil
 Droplet berukuran kecil cenderung menjadi makin kecil
Terimakasih

You might also like