You are on page 1of 73

MANAJEMEN SDM KESEHATAN

DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA

Edi Purwanto, SST,


M.Kes 1
LATAR BELAKANG
• beragamnya bencana
• kompleksnya permasalahan
• ketersediaan sdm kesehatan tidak merata

manajemen sdm kesehatan dalam


penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana.
Penyebab masalah SDM Kesehatan : Mobilisasi
tenaga terlambat, Tenaga tidak siap,
Pemanfaatan yang tidak efisien, Pelaksanaan
pelatihan tidak kontinu, Koordinasi tidak ada.
Pusrengun 2
Definisi

 SDM kesehatan :
Seseorang yg bekerja secara aktif di bidang kesehatan
baik yg memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tdk yg utk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dlm melakukan upaya kesehatan

 Manajemen SDM Kesehatan :


Serangkaian kegiatan perencanaan dan
pendayagunaan tenaga yg bekerja secara aktif di
bidang kesehatan dlm melakukan upaya kesehatan
Tujuan Perencanaan
SDM Kesehatan
Umum : Meningkatnya pengelolaan sdm kesehatan dalam
penanganan bencana (manajemen)

Khusus :
• Tersusunnya pedoman perencanaan SDM kesehatan
• Tersedianya SDM Kesehatan yang mempunyai
kemampuan dalam penanganan bencana
• Meningkatnya kualitas SDM kesehatan

4
Permasalahan SDM
Kesehatan
1. Terbatasnya informasi peta kekuatan tenaga kesehatan
2. Terbatasnya kebijakan penempatan tenaga di daerah
rawan bencana
3. Belum meratanya penyebaran tenaga kesehatan,
khususnya di daerah yang rawan bencana
4. Terbatasnya Kemampuan SDM Kesehatan Dalam
Manajemen Penanggulangan Bencana.
5. Belum semua daerah mempunyai Tim Reaksi Cepat
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
6. Belum semua daerah menyelenggarakan
pelatihan/gladi
Pusrengun 5
Upaya Penanggulangan
SDM Kesehatan
1.Pra Bencana (Pencegahan,Mitigasi,Kesiapsiagaan)
 Penyusunan peta rawan bencana
 Penyusunan standar ketenagaan, sarana dan
pembiayaan
 Penempatan tenaga kesehatan disesuaikan dgn
situasi setempat (kerawanan terhadap
bencana)
 Pemberdayaan tenaga kesehatan di sarana
kesehatan (puskesmas dan RS)
 Pembentukan Tim Reaksi Cepat
 Pelatihan-pelatihan dan gladi
2. Pada Saat Bencana (Tanggap Darurat)
 Mobilisasi sdm kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
 Pengorganisasian sdm kesehatan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan
 Koordinasi pengiriman tenaga sesuai kebutuhan

3. Pasca Bencana
 Upaya pemulihan SDM Kesehatan melalui
pendampingan pelayanan kesehatan
 Rekruitmen SDM Kesehatan untuk peningkatan
upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana pada masa yang akan datang.
Manajemen SDM
Kesehatan
MELIPUTI :
1. Perencanaan ketenagaan baik pada tahap pra
bencana, saat bencana dan pasca bencana.
2. Koordinasi mobilisasi tenaga pada saat
bencana (dalam atau luar negeri)
3. Inventarisasi kebutuhan sdm kesehatan
4. Pengembangan dan pelatihan tenaga
penanggulangan bencana

8
Perencanaan SDM
Kesehatan
Terdiri dari
1.Kebutuhan tenaga untuk Tim Reaksi Cepat
2.Kebutuhan tenaga untuk Tim Bantuan
Kesehatan (menentukan jumlah, jenis dan
kualifikasi)
3.Memperkuat SDM pada saat persiapan dan
mitigasi
4.Perencanaan mobilisasi tenaga kesehatan
5.Perencanaan pembiayaan

Pusrengun 9
Tim Reaksi Cepat
(TRC)
TIM YANG DIHARAPKAN DAPAT SEGERA BERGERAK
DALAM WAKTU 0-24 JAM SETELAH ADA INFORMASI
KEJADIAN BENCANA
PELAYANAN MEDIK:
• Dokter Umum/BSB SURVEILANS
• Dokter Spesialis Bedah Epidemiolog/Sanitarian
• Dokter Spesialis Anastesi
• Perawat Mahir (Bedah/Gawat PETUGAS
Darurat) KOMUNIKASI
• Tenaga D III/IV
PETUGAS
• Apoteker / Ass. Apoteker
LOGISTIK
• Sopir Ambulans
Pusrengun 10
Tim RHA
(Rapid Health Assesment)
TIM YANG BISA DIBERANGKATKAN
BERSAMAAN DENGAN TIM GERAK CEPAT

• DOKTER UMUM
• EPIDEMIOLOG
• SANITARIAN

Pusrengun 11
Tim Bantuan
Kesehatan
TIM YANG DIBERANGKATKAN BERDASARKAN
KEBUTUHAN SETELAH TIM GERAK CEPAT DAN TIM RHA
KEMBALI DENGAN LAPORAN HASIL KEGIATAN MEREKA
DI LAPANGAN

• DOKTER SPESIALIS
• DOKTER UMUM
• APOTEKER & ASISTEN APOTEKER
• PERAWAT MAHIR
• BIDAN (D3 KEBIDANAN)
• SANITARIAN (SKM/D3 KESLING)
• AHLI GIZI (D3/D4 GIZI/SKM)
• TENAGA SURVEILANS (D III/IV KESEHATAN/SKM)
• ENTOMOLOG (D III/IV KESEHATAN/SKM/SARJANA
BIOLOGI)
Pusrengun 12
JUMLAH KEBUTUHAN SDM KES DI LAPANGAN
UTK JML PENDUDUK/ PENGUNGSI 10.000 –
20.000 ORANG
• Dokter Umum  4 orang
• Perawat  10 - 20 orang
• Bidan  8 – 16 orang
• Apoteker  2 orang
• Asisten Apoteker  4 orang
• Pranata Laboratorium  2 orang
• Epidemiolog  2 orang
• Entomolog  2 orang
• Sanitarian  4 – 8 orang
13
TRIASE

Hijau
AREA

EVAKUASI

TRIASE

Merah Kuning
POS MEDIS LANJUTAN STANDAR
TRIASE GAWAT DARURAT
1. Seorang Dokter IGD, Ahli Anestesi / Bedah.
2. Perawat, Tenaga Medis Gawat Darurat, Atau Tenaga
Pertolongan Pertama.
3. Petugas Administrasi
TRIASE NON GAWAT DARURAT
1. Perawat Berpengalaman, Paramedis/Tenaga Medis
Gawat Darurat.
2. Dibantu Tenaga Pertolongan Pertama.
3. Petugas Administrasi (Diambil Dari Tenaga
Pertolongan Pertama).
TEMPAT PERAWATAN GAWAT DARURAT
PJ : Dokter Spesialis, Konsultan /Dokter Terlatih.

Tugas PJ :
1. menjamin suplai ke pos medis lanjutan,
2. melakukan koordinasi dengan bagian lain dalam pos
medis lanjutan,
3. mengatur pembuangan alat dan bahan yang telah
dipakai dan
4. Melakukan komunikasi radio.
5. Berfungsi sebagai manajer bagi pos medis lanjutan
tersebut.
TEMPAT PERAWATAN MERAH TERDIRI DARI :
• Ketua Tim : Ahli anestesi, dokter IGD/ perawat
berpengalaman, penata anestesi, an/atau perawat IGD.
• Tenaga Bantuan : Tenaga Medis Gawat Darurat Atau
Tenaga Pertolongan Pertama.
• Tenaga Pengangkut Tandu

TEMPAT PERAWATAN KUNING TERDIRI DARI :


• Ketua Tim : Perawat (Penata Anestesi Atau Perawat
Dari Unit Gawat Darurat) Atau Seorang Paramedis.
• Tenaga Bantuan : Tenaga medis gawat darurat atau
para tenaga pertolongan pertama.
• Tenaga Pengangkut Tandu
TIM PERAWATAN AREA HIJAU
• Ketua Tim : Tenaga Medis Gawat Darurat Yang
Berpengalaman
• Tenaga Bantuan : Tenaga Medis Gawat Darurat Atau
Para Tenaga Pertolongan Pertama.
• Tenaga Pengangkut Tandu
FORMULASI UNTUK MENGHITUNG JUMLAH
KEBUTUHAN SDM KES FASILITAS RUJUKAN/ RS

KEBUTUHAN DOKTER UMUM =


(JML PASIEN / 40) – JML DOKTER UMUM YG ADA DI TEMPAT

KEBUTUHAN DOKTER BEDAH =


{(JML PASIEN DOKTER BEDAH / 5)} – JML DR BEDAH DI
5 TEMPAT

KEBUTUHAN DOKTER ANESTESI =


{(JML PASIEN BEDAH / 15)} – JML DOKTER ANESTESI
5 DITEMPAT
19
UNTUK PELAYANAN KESEHATAN
PENGUNGSI S.D. 5.000 ORG
(DIANJURKAN)
PELAYANAN 24 JAM,
– DOKTER 2 ORANG,
– PERAWAT 6 ORANG,
– BIDAN 2 ORANG,
– SANITARIAN 1 ORANG,
– GIZI 1 ORANG,
– ASISTEN APOTEKER 2 ORANG
– ADMINISTRASI 1 ORANG.
KEBUTUHAN MINIMAL SDM KESEHATAN DI
FASILITAS RUJUKAN/RS (DOKTER UMUM)

DOKTER UMUM = (JML PASIEN/40) – JML DR UMUM YG


ADA DITEMPAT
CONTOH PERHITUNGAN:
 ANDAIKAN JUMLAH PASIEN YANG PERLU
MENDAPATKAN PENANGANAN DOKTER UMUM
ADALAH 80 ORANG/HARI, SEMENTARA JUMLAH
DOKTER UMUM YANG ADA DI RUMAH SAKIT
TERSEBUT ADALAH 1 ORANG, MAKA JUMLAH
DOKTER UMUM YANG MASIH DIBUTUHKAN
ADALAH:
(80/40) – 1 = 2 - 1 = 1 ORANG
KEBUTUHAN MINIMAL SDM KESEHATAN DI
FASILITAS RUJUKAN/RS (DR. SP. BEDAH)
DOKTER BEDAH = {(JML PSN DR.SPB/5)} - JML DR.SPB YG
ADA
5
 DIASUMSIKAN LAMA DOKTER BEDAH YANG
BERTUGAS ADALAH SELAMA 5 HARI BARU
BERGANTI SHIFT DENGAN PENGGANTINYA, RATA-
RATA JUMLAH PASIEN BEDAH SELAMA 5 HARI
ADALAH 75 PASIEN, DAN JUMLAH DOKTER BEDAH
YANG BERADA DI DAERAH TERSEBUT BERJUMLAH 1
ORANG. MAKA JUMLAH DOKTER BEDAH YANG
MASIH DIBUTUHKAN ADALAH :

 75/5 -1 = 3 – 1 = 2 ORANG DOKTER BEDAH


5
KEBUTUHAN MINIMAL SDM KESEHATAN DI
FASILITAS RUJUKAN/RS (DR. SP. ANESTESI)

Dokter anestesi = {(jml psn Dr.SpB/15)} - jml Dr.SpAn yg ada


5
 Diasumsikan lama Dokter Anestesi yg bertugas
adalah selama 5 hari baru berganti shift dengan
penggantinya, rata-rata jumlah pasien bedah selama
5 hari adalah 75 pasien, dan jumlah dokter anestesi
yang berada di daerah tersebut tidak ada. Maka
jumlah dokter anestesi yang masih dibutuhkan
adalah :

 75/15 -0 = 1 orang dokter Anestesi


5
• Dilakukan sesuai kebutuhan
dengan memperhatikan alat
transportasi, bantuan hidup
dan peralatan.
• Mampu bergerak cepat
menghantar SDM ke lokasi dan Mobilisasi
menyediakan logistik untuk
SDM pada saat
• Koordinasi bantuan sesuai bencana
kualifikasi dan kebutuhan
(baik LN maupun DN)
• Menyusun sistem pergantian
(tour of duty)

24
Pengembangan dan
pelatihan
• Pelatihan (standar kebutuhan)
• Pertemuan ilmiah (analisis kebutuhan)
• Kegiatan supervisi dan bimbingan teknis
(alert system)
• Pertukaran pengalaman (penyegaran)
• Simulasi penanggulangan

25
Penilaian Cepat Masalah Kesehatan
Rapid Health Assessment)
Pengertian :
Serangkaian keg. yg. meliputi pengumpulan informasi
subyektif dan objektif guna mengukur kerusakan dan
mengidentifikasi kebutuhan dasar penduduk yg
menjadi korban dan memerlukan ketanggapdaruratan
segera (WHO, 1999).

• Segera Dilakukan
• Langkah awal saat bencana
Olehcermat,
• Harus cepat, : Edi Purwanto, SST,
dan tepat, shg M.Kes
hasilnya
2016
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan
Rapid Health Assessment (RHA)

Untuk Menilai :
1. Bencana apa yang terjadi
2. Dimana Lokasi bencananya
3. Siapa yang terkena Dampak
4. Dampak yg terjadi maupun yg kemungkinan
terjadi thd kesehatan
5. Seberapa besar kerusakan thd sarana permukiman
yg berpotensi menimbulkan mslh kesehatan)
Mengapa Perlu dilakukan (RHA)
Sebagai dasar bagi upaya kesehatan yang tepat dalam
penanggulangan selanjutnya

Kapan melakukan (RHA)


1. Secepat mungkin (hg bbrp jam pasca bencana)
2. Waktu dipersingkat (jika ada pertimbangan faktor
keamanan)
3. Bila bencana ada di bbrp lokasi, bentuk bbrp tim
(menggunakan instrumen & waktu yg sama)
Siapa yg melakukan (RHA)
1. Jajaran kesehatan Puskesmas
2. Dinkes Kab. Kota
3. Oleh tim propinsi/pusat (jk 1& 2 tdk bs)

Tim Penilaian Kesh. Kab/Kota, propinsi & Pusat


1. Minimal unsur medis, epidemiologis, dan kesehatan
lingkungan.
2. Memiliki kemampuan analisis yang baik dibidangnya
3. Memiliki motivasi dan loyalitas tinggi
4. Dapat bekerjasama dengan daerah bencana
Tunjuk satu orang sebagai ketua.
Dimana Dilakukan RHA
1. Daerah yang terkena Bencana
2. Daerah yg menjadi Lokasi Penampungan

Langkah-langkah melakukan RHA


1. Pengumpulan Data
2. Analisa Data
3. Penyajian Data dan Rekomendasi
4. Penyampaian Informasi
Tahap I : Pengumpulan Data
1. Melakukan Observasi lapangan di lokasi bencana
(luas, evakuasi penduduk, infrastruktur, sumber air
bersih, pemukiman, pembuangan kotoran, dll). Buat
Peta Sederhada/Kasar Daerah Bencana
2. Wawancara (pejabat dan TOMA)
3. Pengumpulan data sekunder (dari instansi terkait)

Tahap II : Analisis Data


Secara Komprehensif dan spesifik pada kebutuhan
pelayanan medis korban, kesling dan penyakit menular
berpotensial wabah
Tahap III : Penyajian Data dan Rekomendasi
1. Pelayanan Kesehatan (termasuk rujukan)
2. Logistik dan perbekalan kesehatan
3. Air bersih dan kesling
4. Pangan dan Gizi
5. Penyakit Menular yang perlu diwaspadai

 Tujuan :
1. memulihkan fungsi keg. pelayanan kesehatan di
daerah bencana
2. Mencegah KLB peny. Menular akibat
pengungsian
Tahap III : Penyajian Data dan Rekomendasi

 Ditetapkan :
1. Jalur komunikasi pusat dan daerah bencana
lengkap dengan kontak person yg sewaktu waktu
dpt dihubungi
2. Berkoordinasi dgn instansi terkait utk upaya-
upaya yg berpengaruh thd kesehatan spt air
bersih (PU), listrik (PLN), sampah (Dinas
Kebersihan), dll.
Tahap IV : Penyampaian Informasi

 Disampaikan melalui jalur komunikasi yg masih


memungkinkan untuk digunakan seperti telepon,
faks, HP, dll

 Informasi disampaikan dgn tingkat administrativi yg


lebih tinggi
Form Rapid Heath Assessment
Petunjuk Pengisian
MAN LOG
MANAJEMEN
LOGISTIK
Oleh : Edi Purwanto, SST, M.Kes
MANAJEMEN LOGISTIK PADA BENCANA
Logistik : segala sesuatu yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidup
manusia, baik pangan, sandang, papan,
dan turunannya.

Manajemen logistik merupakan bagian dari proses


supply chain yang berfungsi untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan
keefektifan penyimpanan dan aliran barang,
pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan
(point of origin) hingga titik konsumsi (point of
consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan para pelanggan.
Lanjutan.............
• Penanganan logistik korban gempa dan tsunami di
Kepulauan Mentawai :
Banyak kantong pengungsian yang belum tersentuh
bantuan. Padahal, mereka sangat membutuhkan
selimut, makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Sulitnya distribusi bantuan ini, antara lain,
disebabkan sulitnya akses transportasi (baik darat
maupun laut).
Lanjutan.............
Kesuksesan pasokan logistik bencana berdasar pada
empat hal utama, yakni ;
1. Tempat atau titik masuknya logistik,
2. Gudang utama,
3. Gudang penyalur,
4. Dan gudang penyimpanan terakhir.

Keempat pilar ini akan ditentukan oleh faktor


informasi-komunikasi, jalur dan sistem distribusi,
sarana transportasi, dan manajemen persediaan atau
”stock management”.
C. POLA PENYELENGGARAAN MANAJEMEN
LOGISTIK
Lembaga yang terlibat :
1. Tingkat Nasional,
2. Tingkat Provinsi,
3. Tingkat Kabupaten/Kota.
C. POLA PENYELENGGARAAN MANAJEMEN
LOGISTIK
1. Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat diwakili oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
BNPB mempunyai kemudahan akses dan
koordinasi dengan organisasi yang membantu
system manajemen logistik dan peralatan
untuk bencana.
Fungsi Manajemen Logistik Tingkat Nasional :
a. Seluruh lembaga mematuhi dan melaksanakan
sistem manajemen logistik yang telah ditetapkan
b. Dukungan lembaga lain dikoordinasikan sesuai dgn
sistem manajemen logistik dan peralatan.
c. Menghimpun fakta dan informasi dari berbagai
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan,
melalui media massa yang mudah diakses.
d. Menjalankan Pedoman Manajemen Logistik dan
Peralatan Penanggulangan Bencana scr konsisten.
e. Berfungsi sebagai PJ atas tugas dan koordinasi
seluruh sumberdaya yang berkaitan dengan logistik.
f. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pendistribusian bantuan dari luar negeri,
dengan sistem satu pintu.
g. Menjadi koordinator dalam hal informasi
dan komunikasi penanggulangan bencana.
h. Menjadi pemegang sistem komando
bencana dalam hal logistik dan peralatan.
2. Tingkat Provinsi
a. Memiliki tg jwb jawab, tugas & wewenang di areanya
b. Sbg titik kontak utama bagi operasional di area
bencana yg meliputi 2/lebih kota yang berbatasan.
c. Mengkoordinasikan pelayanan dan pendistribusian
bantuan logistik di area bencana.
d. Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi
situasi di area bencana
e. Memelihara koordinasi semua lembaga dan
melaporkannya kepada kepala BNPB
f. Membantu dan memandu manajemen logistik di
area bencana.
g. Menjalankan pedoman manajemen logistik secara
konsisten.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
a. Mengelola dan mengkoordinasikan aktifitas
manajemen logistik.
b. Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas,,
personil, peralatan, bahan/material lain yg
dibutuhkan pos komando di area bencana.
c. Berkoordinasi dengan instansi/ lembaga terkait di
pusat operasi BPBD.
d. Menjalankan pedoman manajemen logistik secara
konsisten.
D. 5 Hal yg hrs dilakukan Agar Manajemen
Logistik Berjalan Baik

1. Kesiapan kader.
2. Fungsi perencanaan.
3. Ketersediaan sarana dan prasarana.
4. Keterlacakan dan akuntabilitas.
5. Kerja sama dan kolaborasi dengan
sektor swasta
1. Kesiapan Kader
• Diperlukan kader yang terampil dan terlatih.
• Kader dipenuhi lewat dua jalur, yakni tenaga
tetap dan tenaga sukarelawan.
• Masyarakat sekitar dapat diberdayakan
menjadi sukarelawan setelah mendapat
bekal pendidikan yang cukup.
• Mereka akan menjadi garda terdepan dalam
proses penyiapan rantai pasok dari awal
sampai dengan titik tujuan bencana.
2. Fungsi Perencanaan
fungsi perencanaan saat pra bencana bertujuan
untuk mengetahui :
a. Jumlah korban yang membutuhkan logistik
b. Jumlah logistik,
c. Jenis kebutuhan (papan, pangan, sandang)
d. Cara menyampaikan bantuan,
e. Kapan bantuan harus diberikan
f. Siapa penanggung jawab kelompok
penerima bantuan.
3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
• Meliputi penyediaan sarana dan prasarana untuk
proses penyimpanan (gudang) dan proses distribusi.
4. Keterlacakan Dan Akuntabilitas
• Harus dicarikan solusi bagaimana membangun
sistem yang menyuguhkan data stok dan posisi
bantuan secara ”real time”.
• FEMA USA, misalnya, telah memiliki Logistic
Visibility Tools (LogVIZ) yang mampu menampilkan
data secara cepat, akurat, transparan, dan
terkoneksi secara baik.
5. Kerja Sama dan Kolaborasi
• Kerja sama dan kolaborasi dengan sektor swasta
sangatlah penting.
Renungan

• ”The most deadly killer in


humanitarian emergency is not
dehydration, measles,
malnutrition or the weather… but
it is bad a management.” (John
Tedflor, Senior Officer UNHCR)
E. PROSES MANLOG DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA
7 Tahap Proses Manlog :
1. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
2. Pengadaan dan/atau Penerimaan
3. Pergudangan dan/atau Penyimpanan
4. Pendistribusian
5. Pengangkutan
6. Penerimaan di tujuan
7. Pertanggungjawaban
E. KLASIFIKASI LOGISTIK
Menurut PAN American World Organization :
• Medicines (Obat – obatan)
• Health Supplies/ kit (Peralatan kesehatan)
• Water and Environmental Health (kesehatan air & lingk.)
• Food (makanan)
• Logistic administration (administrasi logistik, pencatatan)
• Shelter – electrical - construction (huntara-listrik-bangunan)
• Personal needs/edukasi (kebutuhan personal & pendidikan)
• Human resources (sumber daya manusia)
• Agriculture/ livestock (stok pangan)
• Unclassified/ others ( lainnya)
• Sedangkan yang tergolong dalam logistik
medis adalah poin pertama dan kedua yaitu
obat – obatan dan peralatan kesehatan.

F. Faktor yang Mempengaruhi Penyediaan Logistik


Medis
1. Tipe bencana
2. Jumlah korban/ pengungsi/ populasi
3. Periode bencana
DAPUR
UMUM
Oleh : Edi Purwanto, SST, M.Kes
Pengertian
pelayanan PMI untuk menyediakan/menyiapkan
makanan kepada korban bencana/ konflik dan dapat
didistribusikan dalam waktu yang cepat dan tepat

Syarat Penyelenggaraan DU :
1. Pengungsi tidak memiliki perlengkapan memasak.
2. Bahan mentah tidak mgk untuk didistribusikan.
3. PMI Cabang memiliki kapasitas untuk
menyelenggarakan pelayanan dapur umum.

Pelaksana DU : PMI, TNI, KARANG TARUNA, TAGANA, dll


BAGAIMANA PENYELENGGARAAN DU ???
• PMI membentuk regu DU yg t.d anggota SATGANA.
• Dapat melibatkan angg. PMR sbg tenaga pendukung
• 1 DU = 1 regu = 15 – 25 orang.
• Ditunjuk 1 orang sebagai ketua regu
• 1 unit DU melayani maksimal 500 jiwa.
• Sedapat mungkin melibatkan masyarakat/pengungsi
• bila > 500 jiwa, maka dibentuk 1 regu DU baru
• 2 regu/lebih dihimpun dlm kelompok, dipimpin
oleh Ketua Kelompok
• 2 kelompok DU/lebih dihimpun dalam satu wilayah
kerja atau sektor dan dipimpin oleh Kepala Sektor
LOKASI PELAYANAN DU ???
• Dekat dgn Posko & mudah diakses oleh pengungsi
• Lingkungan higienis, aman dan dekat sumber air
• Bisa memanfaatkan bangunan yang sudah ada atau
mendirikan tenda serta dijaga kebersihannya

PELAKSANAAN PELAYANAN DU ???


• Penyediaan untuk 2x makan/hari
• Pendistribusian pagi (10.00) dan sore (16.00)
• Distribusi menggunakan Kartu Distribusi (KD)
• Pengambilan oleh KK dengan menunjukkan KD
• Penyajian dgn piring, daun, kertas nasi, dll
PELAKSANAAN PELAYANAN DU ??? (Lanjutan…)
• Lama pelayanan DU 1 – 3 hari untuk seluruh korban
• Untuk hari ke 4 – 7 diberikan secara selektif
• Setelah 7 hari, bantuan berupa bahan mentah
• Pelayanan PMI maksimal 14 hari, bila memungkinkan
dapat melampaui 14 hari sesuai kemampuan
Contoh Kartu Distribusi
KARTU DISTRIBUSI PELAYANAN DAPUR UMUM

Nomor Dapur Umum : …………………………………………………………

Nama Kepala Keluarga : …………………………………………………………

Jumlah Jiwa : …………………………………………………………

Alamat/lokasi Pengungsian : …………………………………………………………

TANGGAL MAKAN PAGI MAKAN SIANG KETERANGAN


Peralatan Pokok Standar 1 Regu???
No Peralatan Pokok Jumlah
1 Langseng ukuran 25 kg 2
2 Drum air aluminium 50 liter 2
3 Panci ukuran besar 2
4 Wajan ukuran besar 2
5 Serok 1
6 Susuk wajan 2
7 Sendok nasi 2
8 Sendok sayur 2
9 Panci untuk tempat nasi 2
10 Ceret/teko besar 3
11 Baskom besar 3
Peralatan Penunjang Standar 1 Regu???
No Peralatan Penunjang Jumlah
1 Ember plastik pakai tutup 2
2 Ember plastik biasa 3
3 Centong air dari plastik 2
4 Cobek batu 2
5 Pisau dapur 3
6 Golok 1
7 Talenan 2
8 Ayakan bambu/plastik 2
9 Drum air 1
10 Meja, tikar, tampah, tempat
sampah, pembungkus nasi, dll
ALAT MASAK :
Kompor gas elpiji, kompor minyak tanah, tungku
batu sederhana, lengkap dgn peralatan
pendukungnya

Pengaturan menu harus memperhatikan :


1. Memenuhi syarat 4 sehat (makanan pokok, lauk
pauk, sayur mayur, buah – buahan)
2. Biaya relatif murah
3. Dapat diterima baik dewasa maupun anak – anak
4. Disesuaikan dengan kebiasaan wilayah setempat
Pedoman WHO Ensuring Food Safety in
Aftermath of Natural Disaster
1. Harus sesuai utk konsumsi manusia, baik gizi dan budaya.
2. Sebaikx dlm bentuk kering & penerima tau cara menyiapkan
3. Stok dicek teratur (pisahkan stok yg rusak)
4. Petugas terlatih dlm hygiene dan prinsip meyiapkan makanan
5. Petugas dalam keadaan sehat
6. Petugas terlatih menjaga kebersihan DU & sekitarnya
7. Air dan sabun tersedia untuk kebersihan personal
8. Makanan disimpan dlm wadah, terlindung dari tikus, dll
9. Pindahkan makanan ke tempat kering (pada kasus banjir)
10.Buang makanan kaleng yang rusak/bocor
11.Cek makanan kering dari kerusakan fisik, jamur, dll
12.Air bersih untuk menyiapkan makanan
13.Sarana cuci tangan dan alat makan harus disiapkan
PANDUAN KUNCI KEAMANAN
PANGAN (WHO)

1. Jaga kebersihan makanan


2. Pisahkan bahan mentah dan makanan yg sudah
dimasak
3. Masak secara menyeluruh
4. Jaga makanan pada suhu aman
5. Gunakan air dan bahan mentah makanan yg aman
MANAJEMEN
HUNIAN
SEMENTARA
(HUNTARA)
Oleh : Edi Purwanto, SST, M.Kes
• Peraturan Kepala BNPB No. 7/2008 Tentang Pedoman
Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

• Undang-Undang No. 24/2007 tentang Penanggulangan


Bencana pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa setiap
orang yang menjadi korban bencana berhak
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.

• PP No. 22/2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan


Bantuan Bencana pasal 28, ayat (1) bahwa bantuan
pemenuhan kebutuhan dasar diberikan kepada korban
bencana dalam bentuk penampungan sementara,
bantuan pangan, sandang, air bersih dan sanitasi, dan
pelayanan kesehatan.
• Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan kebutuhan
dasar korban bencana diberikan dengan memperhatikan
standar minimal kebutuhan dasar dan memperhatikan
prioritas kepada kelompok rentan.

• Standar Minimal Kebutuhan Dasar adalah tingkat


minimal yg harus dipenuhi dalam pemenuhan kebutuhan
penampungan/hunian sementara, bantuan pangan,
sandang, air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan.

• Kelompok Rentan adalah bayi, anak usia dibawah lima


tahun, anak-anak, ibu hamil atau menyusui, penyandang
cacat, orang sakit, dan orang lanjut usia.
• Huntara : tempat tinggal sementara selama korban bencana
mengungsi, baik berupa tempat penampungan massal,
keluarga, atau individual (Peraturan Kepala BNPB No. 7/2008).

• Prinsip-prinsip dalam pemberian bantuan :


1. Cepat dan Tepat.
2. Prioritas.
3. Koordinasi dan Keterpaduan.
4. Berdaya Guna dan Berhasil Guna.
5. Transparansi dan Akuntabilitas.
6. Kemitraan.
7. Pemberdayaan.
8. Non Diskriminatif.
9. Non Proletisi (dilarang menyebarkan agama /keyakinan)
• Huntara diberikan dalam bentuk tenda-tenda, barak, atau
gedung fasilitas umum/sosial, seperti tempat ibadah, gedung
olah raga, balai desa, dan sebagainya, yang memungkinkan
untuk digunakan sebagai tempat tinggal sementara.

• Standar Minimal Bantuan :


1. Berukuran 3 (tiga) meter persegi per orang.
2. Memiliki persyaratan keamanan dan kesehatan.
3. Memiliki aksesibititas terhadap fasilitas umum.
4. Menjamin privasi antar jenis kelamin dan berbagai kelompok
usia.

You might also like