You are on page 1of 44

Asma Bronkial

Oleh :
dr. Tenti
Dokter Internship Indonesia

Pembimbing : dr.Khairunnisa, Sp.A


IDENTITAS
Nama pasien : An. B

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 3 tahun 7 bulan

Alamat : Simpang Citra Palem Pal II RT.19 Muara Bulian

Tanggal : 29 September 2016

Aloanamnesa : Ibu kandung penderita


Anamnesa

 Keluhan utama : Sesak napas

 Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS.


Sesak napas terjadi pada sore hari memberat pada malam hari dan tidak
berubah dengan perubahan posisi, sehingga anak tidak bisa tidur pada
malam tersebut. Saat sesak tidak disertai warna biru pada bibir, akan
tetapi terdengar adanya mengi pada saat bernapas.
Anak mengalami batuk berdahak selama 3 hari, tidak ada pilek, tidak
muntah, tidak demam, riwayat tersedak tidak dialami sebelumnya. Pada
pagi hari sebelum terjadinya sesak, anak tampak bermain kejar-kejaran
bersama anak tetangga. Anak mempunyai riwayat asma, sering kambuh
saat udara dingin, batuk dan kelelahan sejak usia 1, 5 tahun. Serangan
biasanya selang 2-3 bulan baru ada serangan namun dalam 1 bulan ini
serangan hampir tiap minggu, saat serangan anak lebih suka duduk dan
tidak banyak bicara, serangan membaik setelah diasap (nebulizer).
Saat ini tidak ada obat yang rutin diminum anak. Riwayat alergi
makanan dan debu tidak diketahui. Anak memiliki riwayat keluarga
penderita asma yaitu kakak dan nenek. Anak tidak memiliki riwayat
kontak dengan penderita batuk lama.

 Riwayat penyakit dahulu :

Anak pernah dirawat di RS karena sesak napas pada umur 2 tahun


Riwayat kehamilan dan persalinan

Riwayat Natal Riwayat Neonatal


Lahir : Spontan
Riwayat Antenatal BBL : 3800 gram Langsung menangis
ke bidan tiap bulan. PB dan LK: lupa gerakan aktif
Penolong: Bidan warna kulit seluruh
Tempat : RS badan kemerahan.
Riwayat Perkembangan

Tiarap Merangkak Duduk

6 bulan 7 bulan 10 bulan

Berdiri Berjalan

11 bulan 13 bulan
Riwayat Imunisasi

Hepatitis B : 0 bulan

Polio : 0 bulan

BCG :-
DPT Hib :-
Campak :-
Makanan

 Sejak lahir - usia 2 tahun anak mendapatkan ASI dg frekuensi menyusu


sesuka anak.

 usia 5 bulan  mendapat makanan tambahan berupa bubur SUN,


diselingi dengan bubur saring. Setengah mangkok kecil 3 kali sehari.

 Usia 1,5 tahun  makanan seperti orang dewasa 3 kali sehari setengah
mangkok kecil.
Riwayat sosial Lingkungan

 Tinggal bersama kedua orangtua dan kakak, rumah terbuat dari semen
berukuran 8 m x 6 m dengan ventilasi dan penerangan yang cukup.

 Air dari PDAM untuk minum dan memasak, serta untuk mandi dan
mencuci.

 Jarak rumah penderita dengan rumah sebelah 4 meter.

 Tidak ada anggota keluarga yg merokok.


Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum: Tampak sesak

 Kesadaran : Komposmentis GCS : E4-M6-V5

 Tanda vital : Tensi : -

Nadi : 132 x/menit, kualitas cukup, reguler

Suhu : 36 oC

Respirasi : 44 x/menit

 BB/TB : 15 kg/106 cm

 LLLA : 17 cm

 LK : 49 cm
 Mata : CA -/-, SI -/-, edema palpebral -/-, pupil isokor

 Hidung : Simetris, Pernafasan cuping hidung (-), Epistaksis (-), Sekret (-)

 Mulut : Mukosa bibir basah, sianosis tidak ada

 Faring : Hiperemis (-), edema (-), tonsil Merah muda, pembesaran (-),
Abses (-)

 Pembesaran kelenjar leher : (-)

 Kaku kuduk : Tidak ada


Thorak
Dinding dada/Paru
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Retraksi : Ada, lokasi : suprasternal, epigastrial
Pernafasan : abdominothorakal
Palpasi : Fremitus fokal : Simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Suara napas bronkial
Tambahan : Rhonki (-/-) Wheezing (+/+) ekspirasi memanjang

Jantung
Iktus Tidak terlihat, Apeks tidak teraba, thrill tidak ada,
Suara dasar S1 dan S2 tunggal, bising (-)
Abdomen

 Inspeksi: Bentuk : Datar


 Palpasi : Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
 Perkusi : Timpani
 Asites : Tidak ada
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas

 Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema dan tidak ada
parese
 Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema dan tidak ada
parese
 Susunan saraf : Nervi Craniales I – XII tidak ada kelainan
 Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
 Anus : Ada, tidak ada kelainan
Pemeriksaan penunjang

WBC : 10.4 /mmk (n = 6.0 - 12.0 x 103/mmk)

RBC : 4.36 x 106 /mmk (n = 3.50 – 5.50 x 106 /mmk)

HGB : 12.2 g/dL (n = 11.5 – 16.5 g/dL)

PLT : 131 x 103 /mmk (n = 100 – 400 /mmk)

HCT : 33.0 % (n = 35 – 55 %)
Resume

• An. B (P) usia 3 tahun 7 bulan


• KU : Sesak napas

Anamnesa •
Uraian :
Sejak 1 hari SMRS sesak napas (+), memberat pada malam hari,
mengi (+). Batuk (+), pilek (+), aktivitas berlebih sebelumnya (+).
Riwayat asma (+) dan riwayat asma pada keluarga (+)

• Kesadaran : Komposmentis
• Denyut Nadi : 132 kali/menit
PF •

Pernafasan
Suhu
: 44 kali/menit
: 36 oC
• Thorak/paru : Simetris, sonor, suara napas Bronkial, ronkhi (-/-), wheezing
(+/+) ekspirasi memanjang, retraksi (+)
suprasternal, epigastrial
Diagnosis

DD : Diagnosa kerja :
Asma bronkial Asma bronkial serangan
Bronkiolitis ringan sedang persisten

Rhinitis alergik sedang

Aspirasi benda asing


Status Gizi

 BB/U : Normoweight
Therapy

O2 1-2 liter/menit

Nebule Ventolin 1 resp + Nacl 0,9 % 2,5 cc 2 x pemberian terjadi


perbaikan
Selanjutnya  Nebulisasi ventolin 1 resp + NaCl 0,9% 2,5 cc/6
jam

IVFD D5 ¼ NS 15 tetes/menit

Methylprednisolon 3 x 2,5 mg tab

Erytromisin 3 x cth 1
Prognosis • Dubia ad bonam

• Hindari faktor-faktor pencetus timbulnya asma


bronkial
• Membatasi aktivitas fisik yang berlebihan
Pencegahan • Penggunaan masker/ saputangan guna menutup hidung
bila berada di ruangan yang berdebu atau bila terpapar
dengan asap, baik asap kendaraan bermotor, rokok,
dan lain sebagainya.
Follow up
 30 Sept 2016

S : Sesak napas (-), batuk (+), febris (-), muntah (-), makan (<), minum (+), BAB (+),
BAK (+)

O : HR = 122 x/menit, RR = 38 x/menit, T = 36o C.

Thorak : Retraksi (-), Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-),

wheezing (-/-)

A : Asma bronkial serangan sedang episodik sering

P : Erytromisin syr 3 x cth I

Salbutamol syr 3 x 2 cc

Methilprednisolon 3 x 2,5 mg

Seretide MDI 2 x 1 prf (setelah MP habis)


Tinjauan Pustaka

Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi


kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat
berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara
kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam
atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Patofisiologi
Obstruksi saluran respiratorik

 Penyebabnya  kontraksi otot polos bronkus yang diprovokasi


oleh mediator yang dilepaskan sel inflamasi

 Mekanisme penyebabnya :

Mekanisme limfosit T - IgE

Mekanisme limfosit T – nonIgE

Mekanisme imunologi inflamasi saluran napas


Patofisiologi
Faktor genetik

Remodelling

Hiperrespon
Faktor Inflamasi Keterbatasan
sivitas Gejala
lingkungan saluran aliran udara
saluran asma
respiratori
respiratori

Factor
eksaserbasi
Diagnosis
Anamnesis Gejala respiratori : batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada
tertekan, dan produksi sputum.
Gejala timbul secara episodik

Riwayat alergi

Variabilitas, biasanya gejala lebih berat pada malam hari


(nokturnal).
Reversibilitas, gejala dapat membaik secara spontan atau
dengan pengobatan
Timbul bila ada faktor pencetus
TD, RR dan denyut nadi meningkat
PF
Mengi (wheezing) sering terdengar tanpa
stetoskop

Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan


ekspirasi memanjang.
Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow
PP meter.

Skin prick test, eosinofil total darah, pemeriksaan IgE


spesifik.

Uji inflamasi saluran respiratori : FeNO (fractional


exhaled nitric oxide), eosinofil sputum

Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin


atau larutan salin hipertonik
Alur diagnosis
Klasifikasi

Tabel 2.2 Kriteria penentuan derajat asma


Derajat asma Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten Episode gejala asma < 6x/tahun atau jarak antar
gejala ≥ 6 minggu
Persisten ringan Episode gejala asma > 1x/bulan, < 1x/minggu
Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak
tiap hari
Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari
Tabel 2.3 Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Anak berdasarkan serangan

Asma serangan ringan sedang Asma serangan berat Serangan asma dengan ancaman
henti napas
 Bicara dalam kalimat  Bicara dalam kata  Mengantuk
 Lebih senang duduk daripada  Duduk bertopang lengan  Letargi
berbaring  Gelisah  Suara napas tidak terdengar
 Tidak gelisah  Frekuensi napas meningkat
 Frekuensi napas meningkat  Frekuensi nadi meningkat
 Frekuensi nadi meningkat  Retraksi jelas
 Retraksi minimal  SpO2 : < 90%
 SpO2 : 90 – 95 %  PEF1 ≤ 50% prediksi atau
 PEF1 > 50% prediksi atau terbaik
terbaik
Tabel 2.4 Klasifikasi Asma berdasarkan derajat kendali

A. Penilaian Klinis (dalam 6 – 8 minggu)


Manifestasi klinis Terkendali Terkendali sebagian Tidak terkendali
dengan/tanpa obat (Minimal satu
pengendali kriteria terpenuhi)
(bila semua kriteria
terpenuhi)
Gejala siang hari Tidak pernah >2 x/minggu Tiga atau lebih
( ≤ 2x/ minggu ) kriteria terkendali
Aktivitas terbatas Tidak ada Ada sebagian

Gejala malam hari Tidak ada Ada

Pemakaian pereda Tidak ada >2 x/minggu


( ≤ 2x/ minggu )
Tata
laksana
Analisa Kasus
 KU sesak napas

 Timbul secara episodik dan berulang hampir tiap minggu, saat serangan anak lebih
suka duduk dan tidak banyak bicara. dan cenderung pada malam/dini hari (nokturnal)
Variabilitas terjadi terutama saat dingin (musiman) dan aktivitas fisik berlebih Faktor
pencetus serta bersifat reversibel dengan pengobatan Reversibilitas asma bronkial

 Diduga karena adanya proses inflamasi sehingga menimbulkan penyempitan atau


obstruksi pada saluran napasnya.

 Faktor resiko eksaserbasi pada pasien  Predisposisi genetik, adanya hiperesponsif


saluran napas, kelelahan dan adanya Infeksi pada saluran napas atas.
 PF  TTV  peningkatan frekuensi jantung (132 kali per menit) dan
adanya napas cepat (44 kali per menit).

 Thorax : inspeksi  retraksi suprasternal, epigastrial.

 Auskultasi  wheezing (+/+) ekspirasi memanjang

Menandakan adanya keterbatasan aliran udara


Anamnesa

Asma bronkial
serangan ringan
Pemeriksaan Fisik
sedang persisten
sedang

Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis banding pada asma

 Rhinitis alergika  tidak adanya penyumbatan hidung, bersin-bersin, mata yang terasa
gatal dan mengeluarkan air mata yang berlebihan.

 Bronkiolitis  pada asma wheezing akan timbul secara periodik atau episode dan
dicetuskan oleh adanya alergen baik dari lingkungan maupun yang nonspesifik
sedangkan pada bronkiolitis tidak demikian

 Sumbatan benda asing  tidak ditemukan akanya tanda-tanda adanya sumbatan benda
asing

Dari anamnesis dan Pf dapat disingirkan


 Pada kasus ini pasien diberi terapi O2 1-2 liter/menit
 Diberikan Nebulisasi ventolin 1 resp + NaCl 0,9% 2,5 cc di IGD sebanyak 2 x
pemberian dan terjadi perbaikan gejala  serangan ringan sedang
 Selanjutnya Nebulisasi ventolin 1 resp + NaCl 0,9% 2,5 cc/6 jam  ventolin
(salbutamol) merupakan short acting β-2 agonist  relaksasi otot polos
saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas
pembuluh darah dan modulasi pelepasan mediator dari sel mast.
 Pemberian IVFD D5 ¼ NS 15 tetes/menit untuk memenuhi kebutuhan cairan
pasien.
 Methylprednisolon 3 x 2,5 mg pulvis merupakan steroid oral  pemberian
steroid sistemik dapat mempercepat perbaikan serangan dan mencegah
kekambuhan
 Erytromisin 3 x cth 1  antibiotik golongan makrolida, bekerja dengan
menghambat sintesis protein bakteri, bersifat bakteriostatik atau bakterisid,
tergantung jenis bakteri dan kadarnya dalam darah.
 Setelah dirawat 1 x 24 jam, kondisi pasien stabil membaik, keluhan sesak (-), batuk
(+), pemeriksaan fisik wheezing -/-, retraksi (-). Pasien diperbolehkan pulang dan
kontrol 3 hari lagi. Pasien diberi terapi pulang berupa Erytromisin 3 x cth I,
Salbutamol syr 3 x 2 cc, Methylprednisolon 3 x 2,5 mg pulvis, Seretide MDI 2 x 1
prf (setelah MP habis)

 Seretide (salmeterol 25 mcg, fluticasone propionate 50 mcg. Salmeterol merupakan


agonis β-2 kerja lama inhalasi yang mempunyai kerja lama (> 12 jam). Fluticasone
merupakan steroid inhalasi.
 Pada kasus ini, pasien tidak mengalami komplikasi yang bisa
membahayakan pasien. Prognosis pasien pada kasus ini cukup
membaik, hal ini berdasarkan pada perkembangan yang ditampakkan
oleh pasien.

You might also like