You are on page 1of 59

OLEH:

Izmy Nurul Chasanah

PEMBIMBING:
dr. Hj. Andi Rismawaty Darma, Sp.A, M. Kes
BAB I LATAR BELAKANG

 Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah


satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan
balita
 Dalam undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009
dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk
mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan
imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.

Ranuh. 2011. Imunisasi Di Indonesia, Edisi 1. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28 mei 2017. Diunduh dari :
www.worldcat.org/title/pedoman-imunisasi-di-indonesia/oclc
I. Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi suatu penyakit.

Ranuh. 2011. Imunisasi Di Indonesia, Edisi 1. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28 mei 2017. Diunduh dari :
www.worldcat.org/title/pedoman-imunisasi-di-indonesia/oclc
II. Tujuan Imunisasi secara umum :
◦ Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit
menular
◦ Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
◦ Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan)
dan mortalitas (angka kematian) pada balita

World Health Organization. Vaccine safety net. Diakses : 30 mei 2017. http://www.who.int/
III. Manfaat Imunisasi

• Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh


ANAK
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian

• Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan


bila anak sakit
KELUARGA • Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila
orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman

• Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa


NEGARA yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan Negara

Sutter RW, Bahl S, Deshpande JM, Verma H, Ahmad M, Venugopal P, dkk. Immunogenicity of a new routine vaccination schedule for global
prevention: an open-label, randomised controlled trial. Lancet 2015;386:2413-21
IV. Jenis-jenis Imunisasi

Aktif • Vaksin

Pasif • Imunoglobulin

Sutter RW, Bahl S, Deshpande JM, Verma H, Ahmad M, Venugopal P, dkk. Immunogenicity of a new routine vaccination schedule for global
prevention: an open-label, randomised controlled trial. Lancet 2015;386:2413-21
 Sistem imun dan respon imun

• Pertahanan fisik/mekanik
Sistem imun • Pertahanan biokimia
non spesifik • Pertahanan humoral
• Pertahanan seluler

Sistem imun • Sistem imun humoral


spesifik • Sistem imun seluler

Bell R, High K. Alterations of Immune Defense Mechanisms : the Role of Nutrition. Infect Med 1997; 14: 415-424
Bell R, High K. Alterations of Immune Defense Mechanisms : the Role of Nutrition. Infect Med 1997; 14: 415-424
 Respon imun terhadap vaksin

Seluler
Live
attenuated
Humoral
Vaksin

Inactivated Humoral

Bell R, High K. Alterations of Immune Defense Mechanisms : the Role of Nutrition. Infect Med 1997; 14: 415-424
Sel efektor
Sel T naive
Sel T memori

Sel Plasma Antibodi


Sel B
Sel B memori

Bell R, High K. Alterations of Immune Defense Mechanisms : the Role of Nutrition. Infect Med 1997; 14: 415-424
 Zat aktif (antigen) vaksin
Vaksin bakteri Vaksin virus

H  BCG  OPV
i
 Campak
d
u  MMR
p
 Varisella

 Yellow Fever
I
n  Difteria  Meningo  Influenza  Hepatitis B
a  Tetanus  Pneumo  Rabies  Hepatitis A
k
t  Pertusis  Hib  IPV
I
 Cholera  Tifoid
f
•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
 Konstituen vaksin

• Meningkatkan imunogenitas antigen vaksin.


Adjuvan • Aluminium, ASO3, dan ASO4

• Melarutkan vaksin
Diluent • Saline steril dan air steril

• Mempertahankan kestabilan antigen dan


mencegah komponen vaksin menempel pada vial
Stabilizer • Laktosa,sukrosa, monosodium glutamate dan
serum albumin

• Mencegah kontaminasi jamur dan bakteri


Preservative • Thiomersal, 2-phenoxyethanol, dan phenol

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
• Substansi dalam jumlah kecil sebagai sisa dari
proses produksi vaksin
Trace component • Agen pengaktifasi, antibiotik, dan cairan kultur
sel

• Mencegah perubahan pH dan menjaga


Buffer osmolaritas cairan
• Sodium Chloride

• Membantu partikel tetap tersuspensi dalam


cairan serta mencegah pengendapan da
Surfactan penggumpalan
• polysorbate 80

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
1. Vaksin Bacillus Celmette-Guerin (BCG)

• Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan


Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sekelompok bakteria
bernama Mycobacterium tuberculosis complex
Fungsi • Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi
mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau TB
miliar

Cara • Intrakutan, daerah lengan kanan atas


• Jarum 10mm, ukuran 26
pemberian • Bayi : 0,05 cc
& dosis • >1 tahun dan dewasa : 0,1 cc

•Pusponegoro H. Bacillus Celmette-Guerin. Dalam: Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRH, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014. h.363-7.
• Bayi HIV positif dengan/tanpa gejala
• Bayi status HIV, dengan gejala HIV yaitu ibunya positif HIV
Kontra • Keganasan (leukimia,limfoma)
indikasi • Imunodefisiensi primer/sekunder
• Dapat imunosupresif (radio/keoterapisteroid)

• 1-2 minggu setelah pemberian : indurasi & kemerahan


Efek • Berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi luka
samping • Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher

•Pusponegoro H. Bacillus Celmette-Guerin. Dalam: Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRH, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,
penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014. h.363-7.
2. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)

• Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit


sekaligus, yaitu difteri (corynebacterium diphteriae) ,
Fungsi pertusis (bordetella pertussis) , dan tetanus (clostridium
tetani)

• Intramuscular, pertengahan pangkal paha lateral


Cara • 3x : umur 2,3,4 bulan
• Booster : 18 bulan dan 5 tahun
pemberian • Dosis 0,5 cc
& dosis • Tiap 1 ml : 40 Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf
tetanus, Al fosfat 3 mg, dan Thimerosal 0,1 mg

•Rusmil K, Gunardi H, Fadlyana E, Soedjatmiko, Dhamayanti M, Sekartini R, dkk. The immunogenicity, safety, and consistency of an Indonesia
combined DTP-HB-Hib vaccine in expanded program on immunization schedule. BMC Pediatrics 2
•Hadinegoro SRS, Ismoedijanto, Tumbelaka AR. Difteria, Tetanus, Pertusis. Dalam: Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB,
Ismoedijanto, Soedjatmiko, penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014.
h. 271-83.
• Riwayat reaksi alergi sistmik pada pemberian vaksin sebelumnya
Kontra • Riwayat disfungsi sistem saraf pusat (ensephalopathy) sesudah
pemberian vaksin sebelumnya
indikasi • Anak menangis terus menerus > 3 jam
• Riwayat kejang setelah pemberian vaksin sebelumnya

Efek • Ringan : pembengkakan dan nyeri di tempat penyuntikan, demam


• Berat : bayi menangis hebat > 4 jam, kesadaran menurun, kejang,
samping ensefalopati dan syok.

•Rusmil K, Gunardi H, Fadlyana E, Soedjatmiko, Dhamayanti M, Sekartini R, dkk. The immunogenicity, safety, and consistency of an Indonesia
combined DTP-HB-Hib vaccine in expanded program on immunization schedule. BMC Pediatrics 2
3. Vaksin Campak

• Imunisai campak ditujukan untuk memberikan kekebalan


aktif terhadap penyakit campak. Campak, measles atau
Fungsi rubela adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak

• Subkutan (45°), lengan atas


Cara • 3x : 9 bulan 18 bulan, 6 tahun
pemberian • Jika MMR umur 15 bulan & 5-6 tahun : ≠ imunisasi
& dosis campak 18 bulan & 6 tahun
• Dosis 0,5 ml

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
•Halim, Ricky. 2016. Campak pada Anak. Vol 43. Bekasi : RS Hosana Medica Lippo Cikarang. Diakses : 5 juni 2017.
www.cdkjournal.com/index.php/CDK/ article/download/31/28
Kontra • Imunodefisiensi
indikasi • Keganasan (leukimia dan limfoma)

• Terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi


Efek • Demam ringan
samping • Kemerahan selama 3 hari

•Halim, Ricky. 2016. Campak pada Anak. Vol 43. Bekasi : RS Hosana Medica Lippo Cikarang. Diakses : 5 juni 2017.
www.cdkjournal.com/index.php/CDK/ article/download/31/28
Vaksin MR

• Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin


Fungsi hidup yang dilemahkan (live attenuated), berupa
serbuk kering dengan pelarut.

Cara
• Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan
pemberian dosis 0,5 ml.
& dosis

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
•Halim, Ricky. 2016. Campak pada Anak. Vol 43. Bekasi : RS Hosana Medica Lippo Cikarang. Diakses : 5 juni 2017.
www.cdkjournal.com/index.php/CDK/ article/download/31/28
• terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi
• wanita hamil, Leukemia, anemia berat dan kelainan darah
lainnya
Kontra • kelainan fungsi ginjal berat; decompensatio cordis (gagal
indikasi jantung); setelah pemberian gamma globulin atau transfusi
darah;
• riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn).

• Terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi


Efek • Demam ringan
samping • Kemerahan selama 3 hari

•Halim, Ricky. 2016. Campak pada Anak. Vol 43. Bekasi : RS Hosana Medica Lippo Cikarang. Diakses : 5 juni 2017.
www.cdkjournal.com/index.php/CDK/ article/download/31/28
4. Vaksin Polio
• Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat
Fungsi dikombinasikan dengan vaksin DPT
• 2 macam : IPV & OPV
• 2016 : penggantian tOPV  bOPV
Cara
• OPV : lahir, 2,3,4, and 18-24 bulan (oral) 0,1 ml : 2 tetes
pemberian • IPV : 4 bulan (IM) 0,5 ml
& dosis
• Imunodefisiensi
Kontra • Keganasan (leukimia dan limfoma)
indikasi
Efek • Paralisis : jarang terjadi
samping
•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
•Sutter RW, Platt L, Mach O, Jafari H, Aylward RB. The new polio eradication end game: rationale and supporting evidence. J Infect Dis
2014;210 Suppl 1:S434-8.
5. Vaksin Hepatitis B

• Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh


berkenalan terhadap penyakit hepatitis B, disebakan oleh
Fungsi virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati).

Cara • IM , Paha anterolateral


pemberian • Setelah pemberian vitamin K
& dosis • 0,5 cc anak usia 2,3, dan 4 bulan

Kontra • Hipersensitif pada komponen vaksin


indikasi • Infeksi berat yang disertai kejang

• Rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar


Efek tempat penyuntikan
samping • Biasa hilang setelah 2 hari
•Burns CC, Diop OM, Sutter RW, Kew OM. Vaccine-derived polioviruses. J Infect Dis 2014;210 Suppl 1:S283-93.
•Kosalaraksa P, Thisyakorn U, Benjaponpitak S, Chokephaibulkit K, Santos-Lima E. Immunogenicityand safety study of a new DTaP-IPV-Hep B-
PRP-T combined vaccine compared to a licensed DTaP-IPV-Hep B//PRP-T comparator, both concomitantly administered with a 7-valent
pneumococcal conjugate vaccine at 2, 4, and 6 months of age in Thai infants. Int J Infect Dis 2011;15:e249-56
6. Vaksin Pneumokokus

• Vaksin pneumokokus (PCV : Pneumococcal Conjugate


Vaccine) adalah vaksin berisi protein konjugasi yang
Fungsi bertujuan mencegah penyakit akibat infeksi bakteri
Streptococcus pneumoniae atau lebih sering disebut
kuman pneumokokus

Cara
• IM , bayi : anterolateral panggul, anak : otot deltoid
pemberian • 0,5 cc anak usia 2,4, dan 6 bulan
& dosis
Kontra • Tidak ada kontraindikasi, sebaiknya tidak diberikan pada
indikasi anak yang demam

Efek • Pembengkakan dan nyeri di tempat penyuntikan, demam


samping

•Sekilas vaksin pneumokokus. 2017. IDAI. Diakses : 11 juli 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus


7. Vaksin influenza : trivalent inactivated influenza (TIV)
• Biasanya vaksin ini terdiri dari 3 jenis virus influenza
Fungsi yaitu: dua influenza tipe A (H3N2 dan H1N1) dan satu
influenza tipe B

• IM paha anterolateral / deltoid


Cara • Umur 6-35 bulan : 0,25 ml
pemberian • Umur ≥ 3 tahun : 0,50 ml
& dosis • Umur ≤ 9 tahun pertama kali harus mendapat 2 dosis
dengan interval minimal 4 minggu.

Kontra • ≠ 6 bulan : sering menyebabkan demam


indikasi • Penyakit saluran nafas ringan bisa diberikan

• Ringan : pembengkakan dan nyeri di tempat penyuntikan,


Efek demam ringan
samping • Muncul seelah pemberian, selama 1-2 hari.

•Setiawan, I Made. 2008. Vaksin virus influenza. Volume 58. No. 12. Jakarta : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
8. Vaksin Varisella

• Dikenal sebagai vaksin Chicken pox, adalah vaksin yang


Fungsi melindungi terhadap cacar air. Vaksin ini merupakan virus
hidup varisela-zoster yang dilemahkan

Cara
• 0,5 ml secara subkutan
pemberian • Diberikan 1x selang 12 bulan – 18 tahun
& dosis

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
• wanita hamil
• orang yang mengalami reaksi alergi yang serius terhadap
vaksin varicella di masa lalu
• orang-orang yang alergi terhadap gelatin, neomisin.
Kontra • orang yang menerima dosis tinggi steroid
indikasi • orang menerima pengobatan untuk kanker dengan sinar-x
atau kemoterapi
• serta orang-orang yang telah menerima produk darah atau
transfusi selama 5 bulan terakhir.

• Ringan : pembengkakan dan nyeri di tempat penyuntikan,


Efek demam ringan
samping • Kadang ruam ringan di tempat penyuntikan
• risiko jangka pendek terkena herpes zoster (shingles)

•Melengkapi/ mengejar imunisasi bagian III. 2015. IDAI. Diakses : 11 juli 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-
mengejar-imunisasi-bagian-iii
9. Vaksin Hepatitis A

• Vaksin ini berisi virus hepatitis A yang tidak aktif


Fungsi (inactivated vaccine), yang akan merangsang tubuh untuk
membuat antibodi sehingga terbentuk kekebalan aktif

Cara
pemberian • Intramuscular pada deltoid
& dosis
No Strain Virus Dosis anak per Batas umur Interval merk
0,5 ml (EI.U) (th) (bln)

1 GBM 80 15 6-18 Avaxim


2 HM175 720 18 6-12 Havrix
3 CR 326F 25 18 6-18 Vaqta

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
•CCD. Updated Recommendations from the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) for Use of Hepatitis A Vaccine in Close
Contacts of Newly Arriving International Adoptees. MMWR 2009; 58 (36):1006–7
• Ada reaksi alergi pada pemberian dosis pertama, maka
Kontra dosis kedua tidak perlu diberikan
indikasi • Sedang dalam kondisi sakit yang sedang atau berat
• Sedang dalam kondisi hamil

• Nyeri dan bengkak di tempat suntikan


Efek • Nyeri kepala
samping • Kelelahan, demam, dan mual

•CCD. Updated Recommendations from the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) for Use of Hepatitis A Vaccine in Close
Contacts of Newly Arriving International Adoptees. MMWR 2009; 58 (36):1006–7
10. Vaksin Rotavirus

• Vaksin rotavirus melindungi anak dari rotavirus, yaitu virus


penyebab utama diare yang parah pada bayi dan anak kecil
Fungsi di seluruh dunia. Virus ini menyebabkan diare parah,
demam, muntah, dehidrasi, dan kadang kematian

• Oral. Dosis I diberikan pada usia 6-14 mgg 6 hari


Cara • Dosis II tidak lebih dari 24 mgg
• Rotarix (RV1) : usia 2 dan 4 bulan. Interval minimal 4
pemberian minggu
& dosis • rotaTeq(RV5) : usian 2,4 dan 6 bulan. Interval minimal 4-
10 minggu

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
•Harsono, Aryanto. 2013. Vaksinasi Rotavirus (RV). Surabaya : Fakultas Kedoktera UNAIR.
• Bayi berumur lebih kecil dari 6 minggu.
• Anak yang memiliki reaksi alergi pada
vaksin rotavirus sebelumnya atau yang mengalami alergi
Kontra pada salah satu komponen vaksin
indikasi • Anak yang memiliki riwayat intussusception
• Anak yang mengalami Severe combined
immunodeficiency (SCID)

• Peningkatan iritabilitas
Efek • Diare
samping • Muntah

•Harsono, Aryanto. 2013. Vaksinasi Rotavirus (RV). Surabaya : Fakultas Kedoktera UNAIR.
11. Vaksin HPV

• 2 jenis vaksin HPV yaitu bivalen dan tetravalen yang


beredar. Bivalen mengandung 2 tipe virus HPV (16 dan 18)
yang dapat mencegah kanker leher rahim, sedangkan
Fungsi tetravalen mengandung 4 tipe virus HPV (6,11,16,dan 18)
yang dapat mencegah sekaligus kanker leher rahim dan
juga kutil kelamin atau genital ward

• Dianjurkan untuk remaja > 10 tahun


Cara • Intramuskular daerah deltoid
• Bivalent HPV : 0,5 ml. bulan 0,1, dan 6 bulan setelah
pemberian penyuntikan pertama
& dosis • Quadrivalent HPV : 0,5 ml. bulan 0,2 dan 6 setelah
penyuntikan pertama.

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
Sekilas tentang vaksin HPV. 2017. IDAI. Diakses : 12 juli 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-tentang-vaksin-hpv
• Belum ada penelitian untuk ibu hamil : dianjurkan untuk
Kontra tidak mendapat suntikan HPV selama hamil
indikasi • Jika sudah menerima suntikan, lanjutkan setelah
melahirkan/ tidak hamil

• Reaksi lokal didaerah bekas suntikan : nyeri, kemerahan


Efek atau bengkak
samping • Demam ringa kurang dari 38°C, hingga 39°C
• Sakit kepala

Sekilas tentang vaksin HPV. 2017. IDAI. Diakses : 12 juli 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-tentang-vaksin-hpv
12. Vaksin Tifoid

• Pemberian imunisasi tifoid berfungsi untuk menghindarkan


Fungsi anak dari serangan demam tifoid atau yang leih dikenal
dengan tifus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi

• Polisakarida Vi (Vaksin tifoid inaktif) :Satu kali pemberian


Cara dengan dosis 0,5 cc dengan cara disuntikkan IM.
pemberian • Ty21a (Vaksin tifoid hidup) : Empat dosis dengan masing-
& dosis masing dosis 0,5 cc dengan pemberian oral.

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
Sekilas tentang vaksin HPV. 2017. IDAI. Diakses : 12 juli 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-tentang-vaksin-hpv
• riwayat alergi berat terhadap salah satu
komponen vaksin sebaiknya tidak mendapatkan
vaksin ini.
• Seseorang yang sakit sedang hingga berat waktu
Kontra jadwal vaksinasi sebaiknya menunggu hingga
indikasi membaik sebelum mendapatkan vaksin
• Immunodefisiensi
• Vaksin tifoid oral sebaiknya jangan diberikan
sampai paling tidak 3 hari setelah konsumsi
antibiotik tertentu.

Efek • Demam, pusing, kemerahan, mual, muntah, nyeri perut.


samping

Sekilas tentang vaksin HPV. 2017. IDAI. Diakses : 12 juli 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-tentang-vaksin-hpv
12. Vaksin HiB

• HiB (Haemophilus Influenzae type B) adalah


Fungsi untuk mencegah penyakit meningitis. Meningitis
sendiri merupakan infeksi radang otak.

Cara • Vaksinasi HiB dapat diberikan secara terpisah


maupun kombinasi dengan vaksin lain. Cara
pemberian pemberiannya diberikan 0,5 ml IM pertengahan
& dosis pangkal paha lateral

Efek • Demam, nyeri, dan bengkak pasca suntikan.


samping

•Panduan pelatihan vaksinologi. Buku pegangan peserta. 2017. JAKARTA : Satgas imunisasi IDAI
Sekilas tentang vaksin HPV. 2017. IDAI. Diakses : 12 juli 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-tentang-vaksin-hpv
•Hartono, Gunardi. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017. Sari Pediatri. Vol. 18. No. 5.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diakses 4 November 2017. Diunduh dari : https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/1120/pdf_1
Vaksin hepatitis B Vaksin HB monovalen pada usia 1 bulan tidak
perlu diberikan apabila anak akan mendapat
vaksin DTP-Hib kombinasi dengan HB

Bayi paling sedikit harus mendapat satu dosis


Vaksin polio
vaksin IPV (inactivated polio vaccine)
bersamaan (simultan) dengan OPV-3 saat
pemberian DTP-3

Vaksin DTP Vaksin DTP dosis pertama dapat berupa vaksin


DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin
lain, diberikan paling cepat pada bayi usia 6
minggu
Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan
vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP6 dapat
diberikan vaksin Td/Tdap pada usia 10-12 tahun.
Vaksin Td booster diberikan setiap 10 tahun

•Hartono, Gunardi. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017. Sari Pediatri. Vol. 18. No. 5.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diakses 29 mei 2017. Diunduh dari : https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/1120/pdf_1
Vaksin influenza Saat ini tersedia vaksin influenza inaktif
trivalen dan quadrivalen

Vaksin MMR MMR dapat diberikan pada usia 12 bulan,


sesuai anjuran Advisory Committee on
Immunization Practices

Vaksin human papiloma Apabila diberikan pada remaja usia 10-13


virus (HPV) tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan
interval 6-12 bulan; respons antibodi setara
dengan 3 dosis

•Hartono, Gunardi. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017. Sari Pediatri. Vol. 18. No. 5.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diakses 29 mei 2017. Diunduh dari : https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/1120/pdf_1
Vaksin Japanese Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan
encephalitis (JE) pada daerah endemis atau turis yang akan
bepergian ke daerah endemis tersebut.
Untuk perlindungan jangka panjang dapat
diberikan booster 1-2 tahun berikutnya

Vaksin dengue Vaksin dengue yang disetujui oleh WHO


saat ini adalah vaksin hidup tetravalen
untuk anak berusia 9 – 16 tahun. Vaksin
diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 6, dan 12
bulan. Dosis vaksin 0,5 ml setiap
pemberian

•Hartono, Gunardi. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017. Sari Pediatri. Vol. 18. No. 5.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diakses 29 mei 2017. Diunduh dari : https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/1120/pdf_1
Ketentuan Hukum:
1. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk
ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan
mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
2. Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal
dan suci.
3. Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau
najis hukumnya haram.

•Fatwa Majelis Ulama Indonesia.2016. No 4. Tentang Imunisasi. Jakarta : Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Diakses 5 November 2017.
Diunduh dari : www.depkes.go.id/resources/download/Fatwa-Tahun-2016-TentangImunisasi.pdf
4. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan kecuali:
•digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat;
•belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan
•adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak
ada vaksin yang halal.
5. Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian,
penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, berdasarkan
pertimbangan ahli yang kompeten dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya
wajib.
6. Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan ahli yang
kompeten dan dipercaya, menimbulkan dampak yang membahayakan.

•Fatwa Majelis Ulama Indonesia.2016. No 4. Tentang Imunisasi. Jakarta : Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Diakses 5 November 2017.
Diunduh dari : www.depkes.go.id/resources/download/Fatwa-Tahun-2016-TentangImunisasi.pdf
BAB III KESIMPULAN & SARAN

Imunisasi merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kekebalan


tubuh seseorang. Dengan imunsasi bayi dan balita akan terhindar dari berbagai macam
penyakit, serta menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang dapat diakibatkan
oleh penyakit-penyakit tersebut nantinya.
Kandungan yang terdapat pada imunisasi tidak berbahaya selama
memperhatikan cara, indikasi dan kontra indikasi dari penggunaan imunisasi tersebut.
Dari segi agama imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk
ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu
penyakit tertentu. Dan apabila vaksin imunisasi yang digunakan berbahan haram
dan/atau najis hukumnya menjadi haram. Jadi, setiap individu wajib mendapatkan
imunisasi untuk mengurangi resiko terserang penyakit-penyakit tertentu yang dapat
mengancap nyawa di kemudian hari
Diperlukan kesadaran dari orang tua untuk mendukung program
pemerintah dalam hal pemberian imunisasi pada bayi, balita maupun anak, agar
terbentuk kekebalan tubuh yang nantinya akan melindungi dari berbagai macam
penyakit dan dapat meningkatkan kualitas hidup dan masa depan anak-anaknya
nantinya

You might also like