You are on page 1of 34

Astri Ningsih, S.

Ked
712016091

Dokter Pebimbing :
dr. Rizal Daulay, Sp.OT

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
ANATOMI
A. Struktur tulang dan sendi

i. Tulang penyususn sendi lutut  femur, patella, tibia, dan fibula


ii. Artikulasi sendi lutut  sendi medial & lateral femorotibial, sendi
patellofemoral
B. Struktur otot dan jaringan penunjang lain
i. Otot pada sendi lutut :
1. Anterior  kuadrisep, tibialis anterior

2. Posterior  plantaris, popliteus, soleus, semimembranosus,


semitendinosus, bisep femoris, gastroknemius
3. lateral  bisep femoris, gastrokneminus, tibialis anterior, vastus lateralis

4. medial  grasilis, sartorius, semimembranosus, semitendinosus, vastus


medialis, gastroknenius kaput medial
ii. Ligamen
1.Ligamen krusiatum anterior
2.Ligamen krusiatum posterior
3.Ligamen kolateral lateral
4.Ligamen kolateral medial
5.Ligamen posterior

iii.Struktur penting lain


Fossa poplitea
1. Arteri dan vena poplitea
2. Nevus tibialis, nervus peroneus komunis, nervus kutaneus suralis medial dan
lateral
Teknik pemeriksaan dilakukan dengan bagian lutut
pasien terpapar baik dan selalu dibandingkan kedua sisi
A. Posisi pasien

1. Posisi berdiri

PERHATIKAN  deformitas, alignment dari mekanisme ekstensor (ligamen kuadrisep,


patella dan legamentum patekum)

2. posisi duduk

PERHATIKAN  bentuk kedua lutut, kesimetrisan kedua lutut dan tuberositas tibia,
patella alta dan patella baja, Q-angel(quadriceps angel)

3. Posisi berbaring

PERHATIKAN

a. Look  deformitas, bengkak, hipotropi otot kuadrisep, memar, parut luka lama atu
sinus/fistel

b. Feel  temperatur kulit, jaringan lunak dan garis tulang, nyeri tekan, penebalan sinovial

c. Move  lingkup gerak sendi (felksi dan ekstensi), rotasi internal dan eksternal (normal
tidak lebih dari 10%), krepitus, gerakan dengan beban kompartemen
d. Pemeriksaan khusus

i. Terapi ciran intraartikular

 Cross fluctuation  jika ada efusi yang luas

CARA  tangan kiri menekan dan mengosongkoan kantong suprapatellar


sementara tangan kanan bersebrangan di bwah patella, lalu masing-masing
tangan meremas secara bergantian, dorongan cairan ditransmisikan di seluruh
sendi.
 Patellar tap

CARA  kantong suprapatellar dikompresi dengan tangan kiri untuk meremas


cairan dari kantong ke dalam sendi. Dengan sisi lain patela kemudian diketuk
lalu menarik mendur ke arah kondilus femoralis

INTERPRETASI 

Tes positif – patela yang dirasa mengejutfemur dan memantul ke arah luar
• Bulge test  pada cairan sendi yang sedikit
CARA  tangan kiri menekan sisi atas patela, tangan kanan memeras cairan
pada kantong suprapatellar ke arah. Kompartemen medial dikosongkan
dengan menekan pada aspek medial sendi, kemudin tangan di angkat dan sisi
lateral dikompresi dengan ujung jari
INTERPRETASI 
Positif – tampak penonjolan pada sisi medial sebagai tanda terdapat cairan yang
terdorong ke arah berlawanan
 Juxta patellar hollow test
CARA  biasanya, lekukan para patellar menghilang bila ada cairan
intraartikular dan posisi lutut di fleksikan.
ii. Patello femoral joint
 Friction test
CARA  menekan ringan patela ke arah femur dari atas ke bawah sehingga
terasa krepitasi
INTERPRETASI  terasa sakit jika bagian tengan tulang rawan artikular
rusak
 Apprehension test
CARA  menekan patela sisi lateral dengan ibu jari sambil meregangkan lutut
perlahan-lahan dapat menyebabkan anxietas dan ketahanan tajam untuk
gerakan lebih lanjut
TUJUAN  mengetahui patella subluksasi atau dislokasi berulang
iii. Tes stabilitas

 Ligamen kolateral

CARA  pemulihan ligamen kolateral medial dan lateral dilakukan dengan


cara menurunkan lutut ke arah valgus dan varus : ini paling baik dilakukan
dengan menyelipkan kaki pasien di bawah lengan dan menahan lama lutut
dengan kuat menggunakan satu tangan pada tiap sisi sendi, kaki kemudian
membentuk sudut bergantian ke arah abduksi dan adduksi

INTERPRETASI  gerakan medio lateral normal pada 30 derajat, tetapi jika


lebih (dibanding dengan sisi yang normal) menunjukkan adanya robekan
ligamen kolateral.
 Ligamentum krusiatum : drawer test, lachman test

a. Test drawer

CARA  kedua lutut dalam posisi yang sama, kaki di fiksasi oleh pemeriksa
dengan cara duduk di atasnya, kemudian menggunakan kedua tangan
menggenggam kuat ujung atas tibia dan mengguncang belakang dan ke depan
untuk melihat ateroposterior yang melayang

INTERPRETASI  lutut stabil jika tidak ada gerakan melayang


b. Tes lachman
CARA  lutut paien di tekuk 20 derajat dengan satu tangan menggenggam
paha bawah dan yang lain memegang betis bagian atas, permukaan sendi
digeser ke arah depan dan belakang pada satu sama lain.
INTERPRETASI  lutut stabil jika tidak ada gerakan melayang
 cedera ligamen kompleks : pivot shift test

CARA  pasien berbaring terlentang dengan kedua kaki keadaan tenang. Pemeriksa
mengangkat kaki dengan lutut di ekstensi penuh dan tibia diputar ke dalam. Gaya
valgus di aplikasikan ke arah. Gaya valgus diaplikasikan ke sisi lateral dari sensi lutut
yang fleksi, sebuah gerakan mendadak ke arah bawah dari tibia tampak dan merasa
seolah sendi terlokasi. Tes ini kadang-kadang sangat menyakitkan
iv. Tes cedera meniskus
 test McMurray
CARA  lutut tertekuk sejauh mungkin, satu tangan memantapkan sendi dan
yang lainnya berputar kaki medial dan lateral sementara lutut perlahan-lahan
diluruskan. Tes ini diulang beberapa kali, dengan lutut menekankkan.
INTERPRETASI  positif – terdengan bunyi “klik”
 Tes Thessaly

CARA  pasien keadaan berdiri dengan lutut dalam fleksi 20 derajat, kaki
yang lain menumpu beban tubuh secara seimbang. Kemudian pasien
diinstruksikan untuk memutar tubuhnya ke sisi lain dan tiga kali ke sisi yang
lain, sementara lutut dalam keadaan tetap fleksi 20 derajat

INTERPRETASI  psien dengan robekn maniskus terasa nyeri pada sendi


medial atau lateral dan lutut bis terkunci
Pemeriksaan posisi tengkurap
 Apley’s test

CARA  pasien posisi tengkurap, lalu kaku di fleksi 90 derajat, kedua tangan
menggenggam tumit dan telapak kaki. Lalu du putar ke arah luar dan dalam.

 Grinding test

CARA  posisi tengkurap dan kaki fleksi 90 derajat kemudian kaki di tekan ke bawah
dan dokter menekan paha pasien dengan lutut .lalu kaki diputar keluar.

 Distraction test

CARA  posisi tengkurap dan kaku fleksi 90 derajat kemudian kaki ditarik ke atas dan
dokter menekan paha pasien dengan lutut. Lalu kaki di putar keluar.
Pemeriksaan Fisik Sendi Engkel dan Kaki

Anatomi

Tulang di regio kaki

 Tarsalia  talus, kalkaneus, kuboideum, navikulare, dan 3 tulang kuneiform.

 Metatarsal  terdiri dari lima metatarsal, yang diberi angka I-V

 Falangs  14 falangs

Jari kaki pertama  falangs proksimal dan distal

Empat jari lainnya  masing masing terdiri falangs proksimal, medial, dan distal.
Sendi engkel

 termasuk sendi sinovial jenis engsel.

Permukaan artikular  ujung distal tibia dan fibula membentuk sebuah lengkuk dalan
yang mencangkup talus.

Simpai sendi

Gerak  dorsofleksi dan plantar fleksi, eversi dan inversi

Otot 

Fleksi  otot gastroknemius, tibialis posterior, fleksordigiti

Dorsifleksi  otot tibialis anterior dan ekstensor digiti.


Sendi Kaki
 Artikulasio subtalaris

 Artikulasio talokalkaneofibularis

 Artikulasio kalkaneokuboidea

 Artikulasio tarsometatarsalis

 Artikulasio intermetatarsalis

 Artikulasio metatarsofalangea

 Artikulasio interphalangea pedis


Ligamentum pada kaki
 Ligamentum kalkaneonavikular plantaris
 Ligamentum plantaris longum
 Ligamentum kalkaneokuboideum plantaris

Biomekanika Kaki
 Arkus (lengkung) medial  great tue, metatarsal, kuneisorm I, naviculare,
talus dan calcaneus
 Arkus lateral  greas toe, metarsal V, kubois, dan calconeus

GEJALA
Nyeri lokal, pembengkakan, deformitas, instabilitas, mati rasa dan parastesia,
tapak kaki rata (flat foot)
TANDA

a. Pemeriksaan pada posisi pasien berdiri


i. posisikan pasien berdiri dan inspeksi dari depan ke belakang
ii. meminta pasien untuk berdiri di atas ujung jari kaki laluberdiri dengan
tumit sebagai tumpuan
iii.Nilai potur kaki pada saat pergerakan
iv.Dilihat dari belakang, normalnya tumit akan sedikit valgus sat berdiri dan
terinversi saat berdiri dengn ujung jari kaki
b. Pemeriksaan pada posisi pasien duduk dan berbaring
 Look  mengobservasi apakah terdapat deformitas, perubahan warna kulit,
nodul, pembengkakan dan kalus
 Feel
a. Periksa adanya nyeri tekan, suhu permukaan kulit, pulsasi arteri dorsalis
pedis, dan adanya gangguan sensasi sensorik
b. Pemeriksaan ankle gractual index
c. Pemeriksaan tendon achilles
 Move  lingkup gerak sendi dan kekuatan otot
Test khusus
 squeeze test
posisi berbaring, menekan tibia dan fibula pada regio kruris bagian tengah.
Hasil positif  terdapat nyeri pada ligamentum sindesmosis
 Silversrold test  untuk memeriksa fungsi otot
 Thompson test  mengkoreksi adanya ruptur tendon achilles. CARA 
menekan otot gastrocnemuvis , maka bila gerakan plantar fleksi mka
kesimpilan thompson test (+) atau achilles putus total
 Impingement test  posisi duduk, pemeriksa memegang kalkaneus dengan
satu tangan dan tangan yang lain memegang kakibagian depan, lalu
menggerakkkan kaki pada posisi plantarfleksi. Pemeriksa menggunakan
jempol untuk memberikan tekanan pada engkel anterolateral. Kaki lalu di
arahkan dari posisi plantar fleksi ke dorsofleksi dengan jempol pemeriksa
tetap memberikan tekanan pada engkel
hasil positif jika akiat tekanan ibujari pemeriksa, nyeri lebih sakit pada
dorsofleksi daripada plantar fleksi.
 Anterior drawer test
pemeriksa memegang anterior distal kruris dengan salah satu tangan dan
memegang kalkaneus, telapak kaki dengan tangan yang lainnya. Kemudian
pemeriksa memposisikan kaki pasien pada posisi plantar fleksi 10-15 derajat
dan menarik tangan yang memegang kalkaneus dan telapak kaki ke arah
anterior. Hasil positif bila talus terdorong ke depan yang menunjukkan adanya
instabilitas anteroposterior.
 Talar tilt sign  tes untuk mengethuiadanya robekan pada ligamen
kalkaneofibular dan ligamen talofibular anterior. Pemeriksa merotasi kaki
belakang pada posisi varus dan midfoot inversi. Robekan pada ligamen
kalkaneofibular menghasilkan mobilitas berlebihan pada manuver ini.
 Windlass test
posisikan lutut pasien fleksi 90 derajat tanpa menopang beban tubuh,
pemeriksa menstabilkan engkel dan meregangkan secara pasif sendi
metatarsofalangs I, sementara sendi interfalangs I fleksi. Hasil positif bila
maneuver ini mengakibatkan rasa nyeri daerah kalkaneus.
Pemeriksaan Fisik Torakolumbal
Anatomi
1. Struktur tulang, sendi, dan ligamen
tulang
 Vertebra torakal
 Vertebra lumbal
Sendi
 Diskus intervertebralis
 Sendi zygophopyseal
Ligamen
 Ligamen longitudinal anterior
 Ligamen longitudinal posterior
 Ligamen flavum
 Ligamen supraspinatus
 Ligamen interspinosus
2. Struktur otot dan jaringan penunjang lain
 Otot bagian dalam
- Erektor spinalis
- Transversospinalis
- Interspinal
- Intertransversarius
 Otot bagian superfisial
- Latisimus dorsii
- romboid
Pemeriksaan Umum
 Look  perhatikan warna kulit, parut luka, postur dan lengkung tulang
belakang, level bahu skapula pelvis
 Feel  nilai nyeri tekan pada daerah tonjolan prosesus spinosus, dinatara
prossus spinosus, otot paravertebral
 Move  pengukuran range of metion gerak pasif, pengukuran range of metion
gerak aktif
Pemeriksaan Khusus
Nerve root impingement
 Straight leg test  lakukan fleksi sendi panggul dengan tungkai lurus pada
posisi telentang. Dinyatakan normal jika tidak ada nyeri saat tes dilakukan dan
sendi lutut melewati minimal 70 derajat
 Kernig’s test  lakukan fleksi sendi hip 90 derajat dan fleksi sendi lutut 90
derajat.kemudian ekstensikan lutut pada posisi tersebut. Dinyatakan normal
jika tidak ada nyeri pada tes dilakukan dan sendi lutut melewati setidaknya 135
derajat
 Valsava test  nyeri torakolumbar saat valsava mengindikasikan adanya nerve
root impingement
 Milgram test  mirip dengan straight leg test, hanya saja dilakukan pada
kedua kaki bersamaan. Gagal atau adnya nyeri saat melakukan tes ini
mengindikasikan adanya nerve root impingement
 Quadrant tes  psien berdiri dengan pemeriksa memegang bahu pasien.
Pasien diminta untuk ekstensi punggung, lateral bending dan rotasi ke arah
keluhan. Nyeri menjalar menunjukkan kompresi serabut saraf sedangkan nyeri
lokal menunjukkan patologi sendi intervertebralis
 Browstring sign  lakukan ekstensi sendi hip pasif hingga nyeri muncul, fleksi
lutut kira-kira 20 derajat untuk meredakan nyeri, kemudian lakukan
penekanan pada area poplitea. Hasil positif mengindikasikan skiatika
Test untuk kelainan lainnya
 Schoeber test  pasien berdiri tegak, buat garis antara 2 sendi sakroiliak.
Kemudian buat garis tegak lururs 10 cmpada pertengahan garis sebelumnya.
Minta pasien untuk membungkuk ke depan lalu ukur jarak kedua garis
tersebut pada saat pasien membungkuk. Selisih kurang dari 5 cm
menunjukkan keberadaan patologi spinal
 Faber test  lakukan fleksi, abduksi, dan eksorotasi. Sendi hip tungkai yang
terkena. Nyeri menindikasikan patologi sakroiliak atau kelainan pada M.
Iliopsoas
 gaenlen;’s test  pasien berbaring di tepi samping meja periksa dengan salah
satu tungkai menggantung. Lakukan fleksi hip dan lutut pada tungkai
kontralateral. Lakukan penekanan hingga hiperekstensi pada tungkai yang
menggantung dan fleksi pada tungkai yang dfleksikan. Nyeri pada tes
mengindikasikan disfungsi sakroiliak.

You might also like