H1A013045 Pendahuluan • Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fisiologik. • Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebra dan diskus intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta dapat tahan terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya, dan yang menahan tekanan tersebut adalah nukleus pulposus. Definisi dan Epidemiologi • Berpindahnya nukleus pulposus atau anulus fibrosus melewati celah diskus intervertebralis. • keadaan dimana terjadi penonjolan discus intervertebra ke arah posterior dan atau lateral yangdapat menimbulkan penekanan atau penyempitan radiks saraf-saraf spinal, penekanan medula spinalis dengan berakibat timbulnya berbagai gejala neurologis. • Rupturnya diskus intervertebralis umumnya disebabkan oleh trauma, penyakit degeneratif diskus, atau keduanya. • Faktor resiko yang berpengaruh adalah usia, jenis kelamin, riwayat trauma sebelumnya, aktivitas yang banyak mengangkat dan membungkuk, olahraga dengan beban berat dalam jangka waktu yang lama, dan berat badan berlebih. • Laki-laki lebih sering mengalami daripada perempuan, dengan insidens tertinggi pada kelompok umur 30-50 tahun. • Gangguan yang berhubungan dengan tulang belakang akibat HNP merupakan salah satu kondisi klinis yang paling sering ditemui dalam bidang kedokteran. • Di negara-negara barat, nyeri punggung bawah (LBP) saja mempengaruhi hingga 80% dari populasi di masa hidup mereka, dengan prevalensi tahunan sekitar 15%-20%. Di Cina, prevalensi LPB setiap tahunnya adalah sekitar 8%. • Lokasi yang paling sering terkena adalah diskus lumbosakralis L4-L5 dan L5-S1, sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. • Herniasi diskus kadang terjadi pada area servikal, umumnya di C5-C6 dan C6-C7, sering terjadi pada usia 20-40 tahun. • Herniasi torakal sangat jaramg terjadi, sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanita dan pria sama. Patofisiologi • Pada herniasi diskus, ligamen dan kapsul posterior diskus umumnya mengalami robekan, sehingga memungkinkan nukleus pulposus untuk keluar dan menekan radiks saraf • mempengaruhi suplai pembuluh darah dan menyebabkan inflamasi pada radiks saraf (radikulitis) karena nukleus menghasilkan senyawa kimia yang dapat mengiritasi saraf sekitarnya • Kadang cedera pada diskus yang longgar dapat menyebabkan kapsul diskus dan nukleus pulposus menonjol ke radiks saraf atau menekan korda spinalis. Penekanan beberapa akar saraf dapat ditemukan pada L5-S1, dimana dapat menekan kauda equina yang menyebabkan sindrom kauda equina • Melalui proses degenerasi pada fibrokartilago diskus intervertebralis (IVD) yang menyebabkan hilangnya integritas struktur annulus fibrosus (AF) sekitarnya, diskus secara bertahap mengering, kehilangan kekuatan dan ketahanannya sehingga mudah menginduksi terjadinya herniasidari nukleus pulposus (NP) • Secara biologis, sel diskus di AF dan NP secara aktif mengatur homeostasis IVD, menjaga keseimbangan antara proses anabolik dan katabolik. • Regulator anabolik termasuk faktor pertumbuhan polipeptida, seperti insulin-like growth factor (IGF), transforming growth factor- β(TGF-β) dan bone morphogenetic proteins (BMP), sedangkan mediator katabolik meliputi berbagai sitokin, enzim, dan aggrecan. LDH dapat merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara proses biologis, atau hilangnya stabilitas keseimbangan metabolism pada diskus normal. Manifestasi Klinis • Penekanan atau inflamasi atau keduanya pada saraf tulang belakang akibat herniasi diskus akan diikuti dengan penyebaran secara dermatomal disebut sebagai radikulopati. • Pada area lumbosakralis: nyeri menjalar sepanjang arah kaki, yang meningkat ketika mengedan atau penegangan, termasuk saat batuk dan bersin, dan umumnya ketika berdiri atau duduk dalam jangka waktu yang lama; keterbatasan jangkauan gerak pada tulang belakang lumbar; nyeri saat palpasi di sepanjang penjalaran; penurunan atau hilangnya refleks pergelangan kaki; dan kelemahan kaki. Lebih jarang yaitu berkembangnya sindrom kauda equina. • Pada herniasi diskus servikal bawah: nyeri dan parestesia pada lengan atas, lengan bawah, dan tangan sepanjang penyebaran saraf yang terlibat. Gerakan dan penegangan pada leher dapat meningkatnya rasa nyeri. Jangkauan pergerakan leher menjadi berkurang. Kelemahan ringan dan atrofi pada otot bisep dan trisep dapat terjadi; refleks bisep dan trisep dapat berkurang. • Kadang tanda yang melibatkan gangguan traktus kortikospinal dan sensori dapat terlihat, seperti kelemahan gerak ekstremitas bawah, terganggunya respons sensori ekstremitas bawah, dan refleks Babinski yang positif. Diagnosis 1. Anamnesis: • kapan mulai timbul nyeri • bagaimana timbul nyeri • lokasi dan sifat nyeri • apakah nyeri diawali dengan kegiatan fisik tertentu • apakah ada riwayat trauma sebelumnya 2. Pemeriksaan Fisik: Inspeksi: cara berjalan, duduk, dan berdiri Palpasi: mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya kelainan tulang belakang 3. Pemeriksaan Neurologis pemeriksaan sensorik: mencari ada/tidaknya gangguan sensorik pemeriksaan motorik: mencari ada/tidaknya kelemahan otot (paresis), atrofi, dan fasikulasi otot pemeriksaan reflek: tes lasaque 4. Pemeriksaan Penunjang • Radiologi (foto polos): melihat penyempitan pada sendi vertebra • CT scan: melihat letak protusi diskus • MRI: melihat perubahan tulang dan jaringan lunak di sekitar vertebra serta herniasi • Myelogram: melihat lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisisk sebelum pembedahan • Elektromyografi: melihat lokasi lesi meliputi bagian radiks saraf spinal • Epidural venogram: melihat lokasi herniasi Tatalaksana • Terapi Konservatif : membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu setelah mendapatkan terapi konservatif - Tirah baring - Medikamentosa (analgetik dan NSAID) - Rehabilitas Medik: Traksi Pelvis Diatermi/kompres panas atau dingin Korset lumbal Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS) Latihan dan modifikkasi gaya hidup • Tindakan Operatif, dengan indikasi: • terapi konservatif gagal mengatasi rasa nyeri hebat sehingga mengakibatkan aktifitas penderita terbatas • kompresi radiks saraf yang disertai gangguan motorik progresif • serangan berulang sehingga mengganggu pekerjaan penderita • dijumpai kompresi kauda equina
Jenis operasi yang dilakukan adalah disektomi, yaitu membuang
jaringan diskus intervertebra yang mengalami herniasi yang menekan radiks saraf. Disektomi perkutaneus merupakan salah satu jenis tindakan yang sering dijumpai, yang sekarang telah berkembang menjadi endoskopi disektomi perkutaneus. Tindakan ini merupakan pendekatan operatif diskud yang memiliki tingkatan invasif paling minimal. Dilakukan dengan anestesi lokal dan hanya memerlukan sayatan kulit sebesar 8mm. Kesimpulan Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radiks spinalis sehingga menimbulkan gangguan. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai disk intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu. Untuk mendiagnosis HNP butuh pemeriksaan radiologi. MRI merupakan pilihan dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki spesitifitas dan sensitivitas yang tinggi. Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah terapi konservatif terlebih dahulu, dan tidakan operatif jika terdapat indikasi. Daftar Pustaka • Cahyaningsih I., Handayani R., & Setyaningsih. 2015. The Comparison of Gabapentin and Amitriptilin Effectivity as Pain Therapy in Herniated Nucleus Pulposus. • Camacho Elder., Aquaroli R., Marchii L., et al. 2015. Conservative Treatment of Pain and Disability due to Spinal DegenerativeChanges using Controlled Biofeedback Decompression Mechanical AxialTraction. J Spine; 4:4. • Huether SE., & McCance KL. 2012. Understanding Pathophysiology. USA: Elsevier. • Ikhsanawayi A., Tiksnadi B., Soenggono A., et al. 2015. Herniated Nucleus Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General HospitalBandung Indonesia. Althea Medical Journal;2(2). • Muto M. 2013. Interventional Neuroradiology of The Spine. Italia: Springer. • Rizvi MR. 2016. Novel Treatment Strategies for Intervertebral Disc Degeneration. Saudi Journal for Health Sciences - Vol 4, Issue 1. • Sun I., Kasapoglu B., Genc A., et al. 2014. Cervical Disc Herniation Mimicking Spinal Epidural Abscess. • Trafimow D., & Trafimow JH. 2016. The Shocking Implications of Bayes’ Theorem for Diagnosing Herniaed Nucleus Pulposus Based on MRI Scans. • Zhu Z., Huang P., Chong Y., et al. 2014. Nucleus Pulposus Cells Derived IGF-1 and MCP-1 Enhance Osteoclastogenesis and Vertebraedisruption In Lumbar Disc Herniation. Int J Clin Exp Pathol;7(12):8520-8531. • Sairyo K., Matsuura T., Higashino K., et al. 2013. Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy for Athletes. J Spine; S5.