You are on page 1of 19

Kewarganegaraan

Bangsa dan Negara

Agus Rahmansah Permana.S.Sos.,M.H

09092017
A. Pengertian tentang Bangsa
• Istilah “bangsa” dalam bahasa Inggris disebut “Nation”.Kata Nation berasal dari kata
“Natio”(Latin) yang berarti “lahir”. Nation berarti suatu kelahiran, suatu keturunan, suatu
suku bangsa yang memiliki kesamaan keturunan, orang-orang yang sama keturunan.
• Kata “bangsa” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta “wangsa” yang berarti orang-orang
yang satu keturunan atau satu “trah” (Jawa). Secara etimologis bangsa berasal dari kata
“wangsa” artinya orang-orang yang berasal dari satu keturunan.
• Istilah “nation”(Inggris) maupun “wangsa”(Sansekerta) memiliki kesamaan makna.
Berdasarkan hal ini, disimpulkan bangsa menunjuk pada persekutuan hidup dari orang-
orang atau kelompok manusia yang memiliki kesamaan keturunan.
• Dalam perkembangan konsep, bangsa sebagai persekutuan hidup manusia yang berasal
dari kesamaan keturunan tidaklah memadai. Faktor kesamaan keturunan ini dikritik oleh
Hans Kohn seorang filsuf dan sejarawan Yahudi Amerika (1984) sebagai faktor-faktor yang
tidak bersifat hakiki untuk menentukan ada tidaknya atau untuk merumuskan bangsa.
Menurutnya, meskipun faktor-faktor objektif itu penting, namun unsur yang terpenting itu
adalah kemauan bersama yang hidup nyata. Adanya kemauan hidup bersama sebagai
faktor pembentuk bangsa oleh Hans Kohn disebut sebagai faktor subjektif.
• Dengan hal tersebut diatas, konsep bangsa memiliki 2 pengertian (Badri Yatim,1999), yaitu
bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.
1. Bangsa menurut arti Sosiologis Antropologis
• Bangsa dalam pengertian Sosiologis Antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat
yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu
kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi mereka menjadi satu bangsa karena
disatukan oleh kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa dan sebagainya. Ikatan demikian
disebut ikatan primordial.
• Persekutuan hidup masyarakat semacam ini dalam suatu negara dapat merupakan
persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas. Bangsa
dalam pengertian sosiologis antropologis ini dapat disejajarkan dengan pendapat Hans
Kohn sebagai bangsa yang disatukan oleh faktor objektif.
• Dalam satu negara dapat terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya, Amerika Serikat terdiri dari
berbagai bangsa, seperti WAPS(White Anglosaxon Protestan), Negro(African American),
bangsa Indian(Native American), Cina, Yahudi, dan lainnya yang dulunya merupakan kaum
pendatang. Srilangka terdiri dari bangsa Sinhala dan Tamil. Yugoslavia dahulu terdiri dari
banyak bangsa, seperti Serbia, Bosnia, Montenegro. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
bangsa yang tersebar dari Aceh sampai Irian Jaya, seperti Batak, Minangkabau, Sunda,
Dayak, Banjar, dan sebagainya.
• Dapat pula sebuah bangsa tersebar dibeberapa negara. Misalnya, bangsa Arab tersebar di
berbagai negara disekitar Timur Tengah. Bangsa Yahudi terdapat di beberapa negara Eropa
dan Amerika Serikat.
2. Bangsa menurut arti Politis
• Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama
dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke
luar dan ke dalam. Mereka diikat oleh suatu kekuasaan politik, yakni negara.
• Jadi, bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang sudah bernegara. Bangsa itu mengakui
serta tunduk pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan. Setelah mereka bernegara
maka terciptalah bangsa. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia(arti politis) setelah
terciptanya negara Indonesia.
• Bangsa dalam arti politis (bangsa yang bernegara) dapat saja terbentuk oleh faktor-faktor
objektif bangsa pembentuknya atau sebuah negara didirikan oleh dan untuk satu bangsa.
Contoh, bangsa israel terbentuk karena kesamaan agama, yakni yahudi
• Saat ini, umumnya negara bangsa terbentuk dari keragaman banyak bangsa didalamnya.
Negara modern lebih berdasar pada faktor-faktor subjektif bangsa. Bangsa dalam
pengertian politis terbentuk tanpa memiliki kesamaan keturunan atau kesamaan faktor
objektif lainnya, seperti ras, bahasa, daerah, tradisi, dan agama. Meskipun mereka berbeda
asal usulnya, mereka dapat menjadi satu bangsa.
• Orang-orang dalam kesatuan political unity mungkin tidak mengenal secara dekat satu
sama lain bahkan tidak berhubungan, tetapi mereka merasakan hidup bersama dan tunduk
dalam suatu komunitas politik.
• Dengan adanya perkembangan bangsa dalam arti politis ini maka bangsa dalam arti
sosiologis antropologis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah etnic atau suku, suku
bangsa atau paruh bangsa. Ini untuk membedakan dengan istilah bangsa yang sudah
beralih dalam arti politis. Akan tetapi, kita masih mendengar istilah bangsa dalam arti
sosiologis antropologis untuk menunjuk pada persekutuan tersebut. Misalnya, bangsa Moro
di Filipina, Bangsa Yahudi di israel, Amerika Serikat, Perancis, Kanada, dsb, Bangsa Kurdi
di Turki, Iran, Irak dsb, dan bangsa Tamil di India, Srilanka dsb.
• Bangsa Indonesia (dalam arti politis) memiliki bangsa (dalam arti sosiologis antropologis)
seperti suku bangsa batak, Minangkabau, Jawa, Betawi, Madura, Dayak, dsb. Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang heterogen, karena ada banyak bangsa didalamnya.
• AT Soegito (2004) dengan mengutip pendapat Jacobsen dan Lipman, menyatakan bangsa
memiliki dua arti, yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan(cultural unity) dan bangsa
dalam pengertian politik kenegaraan(political unity). Cultural unity adalah bangsa dalam
pengertian antropologi/sosiologi sedangkan political unity adalah bangsa dalam pengertian
politik kenegaraan.
• Mereka yang tergabung dalam cultural unity mungkin merupakan persekutuan yang
mayoritas dan minoritas. Mereka pun juga tercakup di satu negara atau berada di banyak
negara
• Dewasa ini sukar kita dapatkan secara murni cultural unity yang ada di satu negara, karena cultural
unity sudah menyebar di banyak negara, hal ini disebabkan oleh adanya migrasi, akulturasi, dan
naturalisasi. Sekarang ini banyak bangsa menyebar di banyak negara sehingga sebuah negara
terdiri dari banyak bangsa. Negara tersebut menjadi bangsa yang heterogen, dan suatu negara
yang relatif homogen semakin sedikit.
• Anggota sebuah political unity, mungkin berbeda corak dan latar kebudayaannya, tetapi mereka
menjadi satu bangsa dalam pengertian politik. Para anggota political unity berdiam di satu
daerah/wilayah yang sama, yang merupakan satu pemerintahan, serta tunduk pada kekuasaan
tertinggi.
• Bersatunya mereka dalam political unity bukan lagi atas dasar unsur-unsur etnik atau faktor-faktor
objektif sebagaimana cultural unity, tetapi berasal pada unsur etik atau faktor subjektif. Unsur-unsur
yang menyatukan mereka sebagai unity baik cultural unity maupun political unity merupakan
identitas mereka.
B. Mengenal Ras Bangsa-bangsa
• Ras berasal dari bahasa latin radix,”akar” adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk
mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri
fenotipe(tampang luar), asal usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi
• Selain itu pengertian ras terkadang mengacu pada pemilikan perangai/sikap, pemilikan kualitas
perangai/sikap kelompok tertentu, menyatakatan kehadiran penduduk dari geografis tertentu. Bisa
juga ras mengacu pada tanda-tanda aktivitas sebuah kelompok yang mempunyai gagasan, ide dan
cara berpikir tertentu. Ras juga sering dikaitkan dengan masalah keturunan, keluarga, dan
hubungan kekeluargaan sebuah kelompok.
• Pada dasarnya ras itu ibarat suku dan etnis ibaratnya bangsa, jadi etnis dan ras itu akan selalu
berkaitan. Karena ras atau suku menempati suatu wilayah. Suku dan ras terkait dengan faktor
biologis serta sosiologis. Ras miliki faktor biologis orang seperti warna kulit,rambut atau mata. Suku
miliki faktor sosiologis seperti budaya, kebangsaan dan bahasa.
• Tapi secara umum Ras adalah pengelompokan berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan ciri-ciri
sosiokultural. Dengan kata lain, ras berarti segolongan penduduk suatu daerah yang mempunyai
sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk daerah lain. Pada umumnya ras dibagi
menjadi 3, yaitu: mongoloid, kaukasian dan negroid. Namun ada juga sebuah ras yang tidak dapat
diklasifikasikan, yaitu ras khusus. Jadi untuk keseluruhannya ras dibagi menjadi 4 golongan.
Menurut A.L. Krober, Ras dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Ras Mongoloid (Berkulit Kuning)
Adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara,
Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, Beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara,
Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut
“berkulit kuning”, namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap
berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri-ciri:
– Rambut berwarna hitam, lurus
– Bercak mongol pada saat lahir
– Lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit.
Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras
Kaukasoid. Contohnya penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia.
Ras mongoloid meliputi: Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur);
Malayan Mongoloid Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli
Taiwan); American Mongoloid(penduduk asli Amerika).
2. Ras Negroid (Berkulit Hitam)
Adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di wilayah selatan gurun sahara.
Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta
Timur Tengah. Ciri-ciri:
- Berkulit hitam
- Berambut keriting
- Bibir tebal
Anggota ras negroid biasa disebut “berkulit hitam”, akan tetapi anggota ras Khoisan dan ras
Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.
Contohnya yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia. Ras negroid meliputi:
African Negroid (Benua Afrika) Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal
orang Semang, Filipina);Melanesian (Papua dan Melanesia)
3. Ras Kaukasoid (Kulit Putih)
Adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah,
Pakistan, dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara,
sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut “berkulit putih”, namun ini tidak selalu benar. Oleh
beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras
Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras
Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid. Ciri-ciri:
– Berkulit putih kemerahan
– Rambut bergelombang
Contohnya yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia.
Ras Kaukasoid meliputi: Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik); Alpine (Eropa Tengah dan
Eropa Timur); Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran); Indic
(Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka)
4. Ras-ras khusus
Adalah ras manusia yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, antara lain:
Bushman (Penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan); Veddoid (Penduduk di
daerah pedalaman Sri Lanka ); Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia); serta Ainu
(Penduduk di daerah Pulau Karafuto dan Hokkaido, Jepang).
• Di Indonesia terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa yang diperkirakan
sebanyak 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS(badan Pusat Statistik) pada Tahun 2010.
• Indonesia merupakan Negara kesatuan yang memiliki masyarakat majemuk yang terdiri dari
banyak suku bangsa yang menyebar dari Sabang (ujung Sumatra Utara) sampai Merauke
(ujung Papua).
 Pembagian Ras Penduduk Indonesia
Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi 4 (empat)
kelompok ras, yaitu:
a.Kelompok ras Papua Melanezoid, terdapat di Papua/ Irian, Pulau Aru, Pulau Kai.
b.Kelompok ras Negroid, antara lain orang Semang di semenanjung Malaka, orang Mikopsi
di Kepulauan Andaman(Samudera Hindia).
c. Kelompok ras Weddoid, antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatra
Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano, dan
orang Mentawai di KepulauanMentawai.
d. Kelompok ras Melayu Mongoloid, yang dibedakan menjadi 2(dua) golongan.
1) Ras Proto Melayu (Melayu Tua) antara lain Suku Batak, Suku Toraja, Suku Dayak.
2) Ras Deutro Melayu (Melayu Muda) antara lain Suku Bugis, Madura, Jawa, Bali.
• Di samping kelompok ras di atas, masyarakat Indonesia juga terdiri dari kelompok warga
keturunan Cina (ras Mongoloid), warga keturunan Arab, Pakistan, India, ras Kaukasoid, dan
sebagainya yang hidup berdampingan membaur menjadi satu warga negara Indonesia.
• Masyarakat Indonesia tidak mengenal superioritas suatu ras dan tidak menganut paham
rasialisme. Salah satu perekat suku bangsa yang berbeda-beda di Indonesia adalah bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia
(bahasa kepulauan).
 Suku Bangsa Indonesia
Nenek moyang atau induk suku bangsa Indonesia menurut penelitian dan kajian sejarah
berasal dari wilayah Asia. Percampurannya tersebut menghasilkan keturunan beberapa
suku bangsa di Indonesia, yaitu ras Melanesoid dan Melayu.
• Munculnya keragaman suku bangsa tidak seharusnya menjadi faktor pemicu adanya
perpecahan di masyarakat yang diakibatkan perselisihan antarsuku bangsa. Bangsa
Indonesia harus hidup tenteram, rukun, aman, dan damai di tengah-tengah perbedaan yang
ada. Suku bangsa adalah satu kelompok atau kesatuan masyarakat yang terikat secara
sadar dalam suatu sistem aturan budaya masyarakat setempat.
• Pola Persebaran Suku Bangsa di Indonesia
Suku bangsa yang terdapat di Indonesia secara umum dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu suku bangsa asli Indonesia, suku bangsa nonpribumi (asing), dan
suku bangsa pedalaman.
• Kondisi Lingkungan Geografis Indonesia
Faktor geografis yang menunjang adanya keragaman tatanan kehidupan sosial
kemasyarakatan, antara lain sebagai berikut.
a) Letak geografis kepulauan Indonesia berada pada jalur persilangan dunia. Hal ini
memungkinkan masuk dan berkembangnya budaya luar dengan leluasa.
b) Wilayah Wawasan Nusantara yang kita cintai ini terdiri atas beribu-ribu pulau yang
tersebar luas dari Sabang sampai Merauke.
c) Setiap wilayah di Indonesia memiliki potensi dan persebaran kekayaan alam yang
berbeda-beda
• Hal tersebut merupakan Potensi yang menjadi modal awal dan pentingnya bagi
pengembangan wilayah bersangkutan serta dalam hal pengembangan kebudayaan daerah
dan kebudayaan Nasional yang lahir dan berkembang di masyarakat pada dasarnya suatu
kebudayaan yang meliputi kebudayaan yang bersifat daerah dan nasional.
• Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas beberapa suku bangsa (etnis) yang
masing-masing memiliki bahasa dan adat istiadat serta budaya yang berbeda. Menurut hasil
penelitian Hilderd Geertz, Indonesia terdiri dari 300 etnis / suku bangsa yang berbeda-beda.
• Adapun menurut penelitian MA Jaspan, masyarakat Indonesia terdiri atas 366 suku bangsa
/ etnis dengan kriteria pada bahasa daerah, kebudayaan serta susunan masyarakatnya.
• Lain lagi menurut penelitian Van Vollenhoven yang menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia terbagi menjadi 19 lingkaran hukum adat dengan berbagai suku bangsa (etnis)
yang ada di dalamnya.
• Robertson pada tahun 1977 mengemukakan pendapatnya bahwa kelompok etnik adalah
sejumlah besar orang yang memandang diri dan dipandang oleh kelompok lain memiliki
kesatuan budaya yang berbeda. Hal ini terjadi sebagai akibat dari sifat-sifat budaya
bersama dan interaksi timbal balik yang terus menerus. Jika istilah ras berkaitan dengan
ciri-ciri fisik tubuh, etnisitas lebih berkaitan dengan karakteristik budaya suatu kelompok
tertentu. Karakterisrik budaya ini dibentuk dan dihasilkan oleh perbedaan bahasa, agama,
suku bangsa, kedaerahan, dan tempat lahir.
.
• Hal yang membedakan antara etnis yang satu dengan yang lainnya adalah perbedaan bahasa
(bahasa daerah) dan adat istiadat. Perbedaan adat istiadat menunjukkan perbedaan kebudayaan
yang nampak dari pola perilaku atau gaya hidup. Pola perilaku orang Batak yang suka bicara
terus terang, sehingga terkesan tegas dan keras sangat berbeda dengan pola perilaku orang
Jawa Tengah (khususnya Solo dan Jogja) yang suka berbicara hati-hati penuh dengan sindiran
secara halus sehingga berkesan kurang tegas.
• Secara rinci dapat kita uraikan tentang perbedaan antara suku bangsa yang satu dan lainnya,
dalam hal :
a. Perbedaan bahasa daerah.
b. Perbedaan tata susunan kekerabatan, misalnya ada yang menganut patrilineal(keturunan dari
pihak ayah), matrilineal(keturunan dari pihak ibu), dan parental(keturunan dari pihak ayah dan
ibu).
c. Perbedaan adat istiadat, misalnya dalam upacara perkawinan, upacara adat, hukum adat, dll.
d. Perbedaan sistem mata pencaharian.
e. Perbedaan teknologi, misalnya bentuk arsitektur rumah/ bangunan adat, peralatan kerja
tradisional.
f. Perbedaan kesenian daerah.
• Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan bahasa dan adat istiadat adalah:
a.Keadaan dan letak geografis yang berbeda.
b.Pemukiman penduduk yang terpisah-pisah di pulau-pulau terpencil yang menghambat kontak
dengan daerah lain.
c. Latar belakang sejarah yang berbeda.
d. Lingkaran hukum adat dan kemasyarakatan yang berlainan.
C. Pengertian tentang Negara
• Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat pada saat itu.
• Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M, merumuskan negara dalam bukunya
‘Politica’, bahwa negara disebut sebagai negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah
warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu menurutnya
keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik, demi
terwujudnya cita-cita seluruh warganya.
• Nicollo Machiavelli (1469-1527), dalam bukunya ’IL Principle’ yang dahulu merupakan buku
referensi pada raja. Machiavelli memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam
suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau
raja. Pemimpin negara/raja sebagai pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya
mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau kesusilaan. Kekacauan timbul
dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara. Ajaran Machiavelli yang pada
saat itu sangat terkenal adalah tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara. Akibat
ajaran ini muncullah berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter, yang
jauh dari nilai-nilai moral.
• Teori negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang kuat dari
filsuf lain seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan Rousseau
(1712-1778). Mereka mengartikan negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari
perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah
membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik, serta hak kemerdekaan.
• Dalam keadaan alamiah sebelum terbentuknya negara, hak-hak tersebut belum ada yang
menjamin perlindungannya, sehingga dalam status naturalis, yaitu sebelum terbentuknya
negara, hak-hak itu akan dapat dilangggar. Konsekuensinya dalam kehidupan alamiah
tersebut terjadilah perbenturan kepentingan berkaitan dengan hak-hak masyarakat tersebut.
• Pengertian Negara Modern Roger H.Soltau (1961), mengemukakan bahwa negara adalah
sebagai alat agency atau wewenang/authority yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat
• Menurut Harold J.Lasky (1947), bahwa negara adalah merupakan suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah
lebih agung dari pada individu atau kelompok, yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk
tercapainya suatu tujuan bersama. Masyarakat merupakan suatu negara manakala cara
hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun kelompok, ditentukan suatu wewenang
yang bersifat memaksa dan mengikat.
• Menurut Miriam Budiardjo (1985), mengemukakan, bahwa negara adalah suatu daerah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut
dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui
penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
• Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para sarjana tentang
negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua negara memiliki unsur-unsur yang mutlak
harus ada. Unsur-unsur negara meliputi: wilayah atau daerah teritorial yang sah, rakyat
yaitu suatu bangsa sebagai pendukung pokok negara dan tidak terbatas hanya pada salah
satu etnis saja, serta pemerintahan yang sah diakui dan berdaulat.
• Ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua negara memiliki
kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta susunan
negara, setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing.
• Bangsa dan Negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan dilatar belakangi oleh
kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda dan Jepang. Oleh
karena itu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya
kesatuan nasib, yaitu bersama-sama dalam penderitaan dibawah penjajahan bangsa asing
serta berjuang merebut kemerdekaan.
• Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang
membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa,
adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya.
• Menurut Notonagoro (1975) Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945, yakni:
 Alenia I : Menjelaskan latar belakang terbentuknya negara dan bangsa Indonesia,
yaitu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat segala bangsa di dunia.
 Alenia II : Menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan.
 Alenia III : Menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia Indonesia sebagai bangsa
religius yang kemudian menyatakan kemerdekaan.
 Alenia IV : Menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu
adanya rakyat Indonesia, pemerintahan negara Indonesia yang disusun
berdasarkan Undang-Undang Dasar negara, Wilayah negara serta dasar
filosofis negara yaitu Pancasila.
D. Teori Terjadinya Negara
Menurut pandangan para ahli asal mula terjadinya negara dapat dibedakan menjadi empat
pendekatan, yaitu pendekatan primer, pendekatan sekunder, pendekatan fakta sejarah dan
pendekatan teoritis.
1. Terjadinya Negara Secara Primer
Menurut pendekatan primer, terjadinya negara dimulai dari masyarakat hukum yang paling
sederhana, kemudian berevolusi ketingkat yang lebih maju, seperti:
a) Suku
Perkembangan awal dimulai dari kehidupan manusia dalam lingkungan keluarga yang
kemudian menjadi kelompok-kelompok dan akhirnya menjadi suku-suku. Suku dipimpin oleh
seseorang yang disebut Primus inter peres, yang artinya orang yang pertama berkuasa dan
berpengaruh di antara yang sederajat.
b) Kerajaan
Pada fase ini, suku-suku berkembang semakin besar dan luas. Suku terkuat menaklukan suku-
suku lain yang lebih kecil dan lemah dan suku terkuat membawahi kepala-kepala suku lainnya,
dan kemudian didaulat untuk menjadi pemimpin tertinggi dari suku-suku tersebut dengan sebutan
raja. Sejak saat itulah terbentuk kerajaan.
c) Negara Nasional
Pada fase ini negara nasional pada awalnya dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara
absolut. Kekuasaan dalam negara dipegang sepenuhnya oleh raja, rakyat dipaksa untuk tunduk
dan taat pada kemauan dan kehendak raja. Zaman terus berkembang dan berubah, sejak
terjadinya Revolusi Perancis banyak kerajaan-kerajaan di Eropa dan belahan dunia lainnya
mengalami perubahan dari kerajaan yang absolut menjadi kerajaan yang konstitusional, kerajaan
parlementer, atau pemerintahan republik.
d) Negara Demokrasi
Fase ini merupakan fase terakhir dari proses perkembangan terjadinya negara secara primer,
dimana rakyat telah memiliki kesadaran untuk mengatur dirinya sendiri melalui partisipasi rakyat
secara aktif. Partisipasi rakyat aktif tersebut disebut demokrasi, yang artinya pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
2. Terjadinya Negara secara Sekunder
Menurut pendekatan sekunder terjadinya negara merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri. Negara lahir karena adanya revolusi rakyat yang menghendaki kemerdekaan, dan
lahirlah negara. Contoh lahirnya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
3. Terjadinya Negara Berdasarkan Fakta Sejarah
Berdasarkan pendekatan fakta sejarah, terjadinya negara didasarkan pada kenyataan yang
benar-benar terjadi dalam sejarah, yang dibedakan sebagai berikut:
i. Penduduk
Hal ini terjadi jika suatu wilayah, yang tidak bertujuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki
oleh suku atau kelompok tertentu. Contoh : Liberia yang dimerdekakan tahun 1947.
ii. Peleburan
Hal ini terjadi jika meleburnya negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah dengan
mengadakan perjanjian untuk saling menyatu menjadi negara baru. Contoh : terbentuknya
federasi kerajaan Jerman tahun 1871.
iii. Penaikan
Hal ini terjadi jika suatu wilayah terbentuk akibat naiknya lumpur sungai yang kemudian
menjadi delta. Contoh : negara Mesir terbentuk dari delta Sungai Nil.
iv. Penyerahan
Hal ini terjadi jika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan perjanjian akibat
kalah dalam perang (PDI). Contoh: Austria menyerahkan Sleewijk kepada Prusia (Jerman).
v. Penguasaan
Hal ini terjadi jika suatu wilayah telah dikuasai oleh suatu bangsa kemudian di caplok dengan
bangsa lain dan mendirikan negara. Contoh: lahirnya negara Israel pada tahun 1948 dengan
cara menguasai atau mencaplok wilayah palestina.
vi. Pembentukan baru
Hal ini terjadi jika suatu negara baru lahir diatas negara yang pecah karena sesuatu peristiwa
dan kemudian negara yang lama tersebut lenyap. Contoh; lahirnya negara Venezuela dan
Colombia Baru karena pecahnya atau lenyapnya Colombia Lama.
vii. Pemisahan (Sparatise)
Suatu negara lahir dengan jalan memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya.
Contoh: Belgia lepas dari Belanda tahun 1939.
viii. Proklamasi
Suatu negara lahir dengan cara perjuangan (revolusi) untuk mengusir penjajah dan berhasil
memproklamasikan kemerdekaan. Contoh: Amerika lahir dan lepas dari penjajahan Inggris
tahun 1776 - Indonesial lahir dan lepas dari penjajahan Belanda tahun 1945.
4. Terjadinya Negara Berdasarkan Pendekatan Teori-teori
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang proses tentang terjadinya atau
terbentuknya negara. Teori-teori itu antara lain sebagai berikut:
a) Teori Ketuhanan
Menurut teori ini negara terjadi atau terbentuk tidak lain karena kehendak Tuhan. Negara
menganut teori ini dalam konstitusi/UUD-nya mencantumkan kata By the Grace of God
(Atas berkat rahmat Allah)
b) Teori Perjanjian Masyarakat
Teori ini mengemukakan bahwa negara terjadi karena adanya perjanjian masyarakat
(semua warga negara) untuk membentuk negara. Teori ini dibedakan menjadi dua:
- Pactum Unions: perjanjian masyarakat diadakan oleh semua warga negara untuk
membentuk negara.
- Pactum Subjection: Perjanjian masyarakat yang diadakan oleh warga negara dengan
penguasa untuk menyerahkan sebagian hak-haknya kepada penguasa. Tokoh-tokoh
penganut Pactum Subjection adalah Thomas Hobbes (ia menghendaki Monarki Absolut,
John Locke (ia menghendaki Monarki Konstitusional) dan J.J Rousseau (ia menghendaki
Demokrasi/Republik)
c) Teori Kekuasaan/Kekuatan
Teori ini menyatakan bahwa negara pertama kali terbentuk karena kekuasaan dengan jalan
penaklukan. Kekuasaan diciptakan oleh orang-orang kuat yang berani memaksakan
kehendaknya kepada orang-orang yang lemah. Tokoh-tokohnya antara lain: Leon Duguit,
seseorang karena keistimewaannya (fisik. kecerdasan, ekonomi dan lain-lain) dapat
memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Karl Marx, negara terbentuk dari kekuasaan
atas kemenangan kaum proletar terhadap kaum borjuis.
d) Teori Historis
Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara
evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.
e) Teori Organis
Menurut Dede Rosyada, dkk(2005) mengemukakan konsepsi organis tentang hakikat dan
asal mula negara adalah suatu konsep biologis yang melukiskan negara dengan istilah-
istilah ilmu alam. Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau
binatang individu yang merupakan komponen-komponen negara dianggap sebagai sel-sel
dari makhluk hidup itu. Kehidupan dari negara dapat disamakan sebagai tulang belulang
manusia, Undang-Undang sebagai urat syaraf, raja(kaisar) sebagai kepala dan para individu
sebagai daging makhluk itu.
f) Teori Kedaulatan hukum
Teori kedaulatan hukum menurut Mienu (2010) menyatakan semua kekuasaan dalam
negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H.Krabbe dalam buku Die Moderne
Staats Idee.
g) Teori Hukum Alam
Menurut pandangan teori ini, negara terjadi atas kekuasaan atau kehendak alam. Kehendak
alam berlaku pada setiap waktu, tempat dan bersifat universal dan tidak berubah. Tokoh-
tokohnya antara lain: Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino.
E. Unsur-unsur Negara
Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur pokok (konstitutif) dan
unsur deklaratif. Unsur pokok adalah unsur yang paling penting, karena merupakan syarat
wajib yang harus dimiliki oleh calon negara. Unsur deklaratif adalah unsur tambahan yang
boleh-boleh saja tidak dimiliki oleh suatu negara. Terkait unsur negara, pada tahun 1933
terdapat suatu konvensi yang mengatur tentang apa-apa yang harus dimiliki untuk
membentuk suatu negara, disebut Konvensi Montevideo. Menurut konvensi ini, unsur-unsur
berdirinya sebuah negara adalah sebagai berikut:
 Rakyat
 Wilayah yang permanen
 Penguasa yang berdaulat
 Kesanggupan berhubungan dengan negara lain.
 Pengakuan.
 Unsur Pokok Negara (Konstitutif)
Berdirinya suatu negara terdiri atas unsur-unsur pembentuknya yang tidak dimiliki oleh
organisasi lain. Unsur pembentuk berdirinya suatu negara, yaitu rakyat, wilayah, pemerintah
yang berdaulat. Ketiga unsur ini disebut unsur pokok yang menjadi syarat mutlak
terbentuknya negara. Suatu negara tidak dapat disebut sebagai negara jika salah satu unsur
ini tidak ada. Unsur pokok negara ini disebut juga unsur konstitutif atau unsur pembentuk.
Berikut ini penjelasan secara terperinci masing-masing unsur tersebut:
1. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada peraturan di
negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat adalah unsur penting bagi
terbentuknya suatu negara. Rakyat sendiri dikategorikan menjadi; penduduk dan bukan
penduduk serta warga negara dan bukan warga negara. Penduduk adalah orang-orang yang
berdomisili atau menetap dalam suatu negara. Bukan penduduk adalah orang yang
sementara waktu berada dalam suatu negara. Warga negara adalah orang-orang yang
berdasarkan hukum menjadi anggota suatu negara. Bukan warga negara adalah orang-orang
yang tinggal dalam suatu negara, tetapi tidak menjadi anggota dari negara tersebut. Jadi,
unsur yang pertama adalah harus ada rakyat dulu
2. Wilayah
Setelah rakyat, unsur selanjutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur wilayah
adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pembentukan suatu negara. Tanpa adanya
wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah inilah yang akan ditempati oleh rakyat dan
penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah suatu negara adalah kesatuan ruang yang meliputi
daratan, lautan, udara, dan wilayah ekstrateritorial.
 Daratan: Daratan adalah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu Negara. Wilayah
daratan suatu Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang diatur oleh hukum Negara dan
perjanjian dengan Negara tetangga.
 Lautan: Lautan adalah wilayah suatu Negara yang terdiri dari laut teritorial, zona tambahan,
ZEE dan landasan benua (kontinen). Laut teritorial suatu Negara adalah batas sepanjang
12 mil laut diukur dari garis pantai. Zona tambahan yaitu 12 mil dari garis luar lautan teritorial
atau sekitar 24 mil dari garis pantai suatu Negara. ZEE atau Zona Ekonomi Eksklusif yaitu
wilayah lautan sepanjang 200 mil laut diukur dari garis pantai. Sedangkan, landasan benua
adalah wilayah lautan yang terletak di luar teritorial, berjarak sekitar 200 mil laut diukur dari
garis pantai yang meliputi dasar laut dan daerah dibawahnya
 Udara: udara adalah seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu Negara, baik
daratan maupun lautan.
 Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu negara adalah tempat di mana menurut hukum
internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu negara meskipun letaknya berada di
negara lain. Misalnya, kantor kedutaan besar Indonesia di luar negeri disebut sebagai
wilayah ekstrateritorial Indonesia.
3. Pemerintahan
Unsur selanjutnya yang membentuk Negara adalah pemerintahan. Unsur pemerintah yang
dimaksudkan disini adalah pemerintahan yang sah dan berdaulat. Pemerintahan yang sah
berarti pemerintah yang diakui oleh rakyat untuk menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan,
pemerintahan yang berdaulat berarti memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur jalannya
Negara
 Unsur Deklaratif Negara
Selain unsur pokok, terdapat pula unsur lain yang menjadi pembentuk suatu negara, yaitu
pengakuan dari negara lain. Adapun pengakuan dari negara lain merupakan unsur negara
yang bersifat deklaratif atau bersifat menerangkan keberadaan suatu negara. Suatu negara
baru penting untuk menerangkan keberadaannya agar dikenali oleh negara lainnya. Fungsinya
adalah agar negara baru tersebut dapat menjalin hubungan diplomatis dengan negara lainnya,
begitupun sebaliknya.

You might also like