You are on page 1of 20

OTOSKLEROSIS &COLESTETOMA

Oleh :
 Ayi Fatimah
 Hidayah Dwi Heriyanti
 Nopita Sari

PROGAM STUDI DIPLOMA 3 STIKep PPNI JAWA BARAT


2017
OTOSKLEROSIS

Otosklerosis adalah gangguan atau kondisi


yang terutama mempengaruhi sanggurdi (stapes) ,
salah satu ossicles tulang kecil di telinga tengah.
Otosklerosis terjadi karenya adanya bagian
tulang yang tumbuh abnormal pada sekitar stapes. Hal
ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang
parah.
MANISFESTASI KLINIS

Gejala utama dari adanya penyakit Otosklerosis adalah


terganggunya pendengaran.Gejala lain dari Otosklerosis ini
penderita biasanya akan mengalami gangguan tinnitus (suara
yang tidak normal dapat didengar ) dan vertigo.
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks.


Ada 2 fase patologik yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu :
Fase awal otospongiotic
Gambaran histologis: terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit yang
merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat tulang disekitar
pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran lumen pembuluh darah dan
dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat terlihat sebagai gambaran kemerahan
pada membran timpani.
Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan vascular dari lesi
yang mencapai daerah permukaan periosteal.
Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah ini menjadi kaya akan
substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur dan
menghasilkan pembentukkan spongy bone. Penemuan histologik ini dengan
pewarnaan Hematoksilin dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles of
Manasse.
Fase akhir otosklerotik
Fase otosklerotik dimulai ketika osteoklas secara perlahan diganti
oleh osteoblas dan tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area resorpsi
sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan
fiksasi kaki stapes pada fenestra ovale sehingga pergerakan stapes terganggu
dan oleh sebab itu transmisi suara ke koklear terhalang.
Hasil akhirnya adalah terjadinya tuli konduktif
Jika otosklerosis hanya melibatkan kaki stapes, hanya sedikit fiksasi yang
terjadi. Hal seperti ini dinamakan biscuit footplate. Terjadinya tuli sensorineural
pada otosklerosis dihubungkan dengan kemungkinan dilepaskannya hasil
metabolisme yang toksik dari luka neuroepitel, pembuluh darah yang terdekat,
hubungan langsung dengan lesi otosklerotik ke telinga dalam. Semuanya itu
menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran
basal.
PENGOBATAN

Pengobatan dapat dilakukan dengan pengangkatan tulang stapes dan


menggantinya dengan tulang buatan dapat mengembalikan pendengaran
penderita.

Ada 2 pilihan prosedur, yaitu:


• Stapedektomi (pengangkatan tulang stapes dan penggantian dengan protese).
• Stapedotomi (pembuatan lubang pada tulang stapes untuk memasukkan
protese).

Bila penderita enggan melakukan pembedahan, dapat digunakan alat


bantu dengar.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
2. Penggambaran tentang masalah telinga sebelumya khususya
telinga bagian tengah (termasuk adanya infeksi dan kehilangan
pendengaran)
3. Riwayat pengguanaan obat sebelumya (alergi terhadap obat)
4. Riwayat keluarga tentang penyakit telinga (pendengaran)
5. Kaji adanya nyeri pada telinga (otalgia)
6. Kaji adanya eritema
7. Kaji adaya secret pada telinga (otore)
8. Kaji adanya tinnitus dan vertigo
Diagnosa Keperawatan
1. Persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan penurunan atau hilang
pendengaran
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa pada
tulang teliga
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
4. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya vertigo
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya vertigo
6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
dan muntah.
7. Kurang pegetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognisi dan tidak
mengenal informasi
8. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunga dengan pembedahan telinga ekstensif
9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder
terhadap pembedahan telinga.
COLESTETOMA

Kolestetoma adalah kista epitelial berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi


tersebut dapat berasal dari kanalis auditoris extemus atau membrana timpani.
Apabila terbentuk terus menerus dapat menyebabkan terjadinya penumpukan
sehingga menyebabkan kolesteatom bertambah besar bersifat desktruksif pada
kranium yang dapat mengerosi dan menghancurkan struktur penting pada tulang
temporal.
ETIOLOGI

Kolesteatoma diperkirakan terjadi karena tuba eustachian


yang tidak berfungsi dengan baik karena terdapatnya infeksi pada
telinga tengah. Tuba eustachian membawa udara dari nasofaring ke
telinga tengah untuk menyamakan tekanan telinga tengah dengan
udara luar.
Normalnya tuba ini kolaps pada keadaan istirahat, ketika
menelan atau menguap, otot yang mengelilingi tuba tersebut kontraksi
sehingga menyebabkan tuba tersebut membuka dan udara masuk ke
telinga tengah. Saat tuba eustachian tidak berfungsi dengan baik udara
pada telinga tengah diserap oleh tubuh dan menyebabkan di telinga
tengah sebagian terjadi hampa udara.
Keadaan ini menyebabkan pars plasida di atas colum maleus
membentuk kantong retraksi, migrasi epitel membran timpani melalui
kantong yang mengalami retraksi ini sehingga terjadi akumulasi keratin.
PATOFISIOLOGI

 Deskuamasi epitel skuamosa (keratin) jaringan glanulasi yang mensekreSi enzim proteolitik
 Dapat memperluas diri dengan mengorbankan struktur disekelilingnya
 Erosi tulang terjadi oleh dua mekanisme utama :
a. Efek tekanan -> remodelling tulang
b. Aktivitas enzim -> meningkatkan proses osteoklastik pada tulang ->meningkatkan
resorpsi tulang.
 Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman -> infeksi
 Infeksi -> pelepasan sitokin yang menstimulasi sel sel keratinosit matriks kolesteatoma
 menjadi biperproliferatif, destruktif, dan mampu beiangiogenesis.
 Desakan massa + reaksi asam oleh pembusukan bakteri -> nekrosis tulang ->komplikasi
PATOGENESIS
1. Teori Invaginasi : timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membran timpani pars flacida
karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba.
2. Teori Imigasi: terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dan liang telinga atau dari
pinggir perforasi membrana timpani ke telinga tengah. Migrasi ini berperan penting dalam
akumulasi debris keratin dan sel skuamosa dalam retraksi kantong dan perluasan kulit ke
dalam telinga tengah melalui perforasi membran timpani.
3. Teori Metaplasi: akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berlangsung lama.
4. Teori lmplantasi: akibat adanya implantasi epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga
tengah waktu operasi, setelah blust injury, pemasangan ventilasi tube atau setelah
miringotomi. Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, yang
paling sering adalah Pseudomonas aerogenusa. Pembesaran kolesteatom menjadi lebih
cepat apabila sudah disertai infeksi, kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ di
sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Erosi tulang melalui dua
mekanisme.
a. desakan atau tekanan yang mengakibatkan remodeling tulang atau nekrosis tulang.
b. aktivitas enzimatik tepi kolesteatom yang bersrfat osteoklastik yang menyebabkan
resorpsi tulang.
KLASIFIKASI

a. Kolesteatom Kongenital.
membrana timpani utuh tanpa tanda tanda infeksi.
ditemukan pada daerah petrosus mastoid, oerebellopontm
angle, anterior mesotimpanum atau pada daerah tepi tuba
austachii, dan seringkali teridentifikasi pada usia 6 bulan hingga
5 tahun.

b. Kolesteatoma Akuisital
Terbagi kedalam 2 macam :
1) Primer : terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane
timpani, akan tetapi telah terjadi retraksi membran timpani.
2) Kolestetoma Akuisital Sekunder : terbentuk setelah perforasi
membran timpani. Terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit
dan liang telinga dan pinggir perforast membiana timpani.
MANIFESTASI KLINIS

 Otorrhea tanpa rasa nyeri yang terus menerus atau sering berulang.
 Gangguan Pendengaran
 Pusing
 Pada pemeriksaan fisik ada drainase dan jaringan granulasi di liang
telinga dan telinga tengah tidak responsive terhadap terapi antimikroba

Perasaan pusing atau kelemahan otot dapat terjadi di salah l sisi wajah atau
sisi telinga yang terinfeksi.
PENGOBATAN

Hampir semua kolesteatoma harus dibersihkan. Kadangkala dilakukan pengecualian


apabila keadaan umum pasien sangat buruk sehingga membuat prosedur pembedahan
terlalu berisiko. Beberapa pasien yang memiliki kolesteatoma di satu satunya telinga yang
dapat mendengar. dengan alasan yang rasional. enggan untuk menjalani operasi. Risiko
kehilangan pendengaran akibat dari operasi penyingkatan umumnya lebih kecil daripada
risiko yang berhubungan dengan membiarkan kolesteatoma di situ.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1). Aktivitas
• Gangguan keseimbangan tubuh
• Mudah lelah
2)Sirkulasi
• Hipotensi, hipertensi, pucat ( menendakan adanya stres )
3) Nutrisi
• Adanya mual
4) System pendengaran
• Adanya suara abnormal (dengung)
5) Pola istirahat
•Gangguan tidur/kesulitan tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
2. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan infeksi
pada gendang telinga.
3. Resiko kerusakan interaksi sosial berhubungan denagan
hambaatan komunikasi.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
PERENCANAAN
1). Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
 Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 1 X24 jam diharapkan klien
dapat istirahat dan tidur.
 Kriteria hasil : Ganguan nyeri teradaptasi
Dapat tidur dengan tenang
 Intervensi
• Kaji nyeri yang dirasakan
• Monitor tanda tanda vital
• Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan yang dirasakan
• Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/obat tidur

2). Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan infeksi pada gendang telinga.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu
menunjukan adanya penurunan rasa nyeri.
 Kriteria hasil: Nyeri dapat teradaptasi
Dapat istirahat dengan nyaman
 Intervensi
•Monitor dan kaji karakteristik nyeri
•Monitor tanda-tanda Vital
• Ciptaka lingkungan yang tenang dan nyaman
3). Resiko kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan komunikasi.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan meminimalkan kerusakan
interaksi sosial.
 Kriteria hasil: kerusakan interaksi sosial dapat diminimalkan.
 Intervensi
• Kaji kesulitan mendengar
• Kaji seberapa parah gangguan pendengaran yang dialami
• Anjurkan menggunakan alat bantu dengar setiap diperlukan
• Bila mungkin ajarkan komunikasi nonverbal

4). Cemas berhubungan dengan kurangnya infomasi tentang penyakitnya.


 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga klien tidak cemas.
 Kriteria Hasil: Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien terhadap penyakitnya
meningkat.
 Intervensi :
• Kaji tingkat kecemasan
• Berikan penyuluhan tentang kolesteatoma
• Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
• Anjurkan klien untuk rileks. dan menghindari stress.
TERIMAKASIH  

You might also like