You are on page 1of 56

KULIAH EKSIPIEN DALAM SEDIAAN FARMASI

Tujuan
Mahasiswa mampu menentukan eksipien yang tepat
dalam suatu formula agar dihasilkan obat yang
berkualitas, stabil dan aman sesuai tujuan pengobatan.

Pokok Bahasan
Bagaimana caranya mendapatkan eksipien yang sesuai
dengan sediaan, ditinjau dari fungsi dalam setiap jenis
formula sediaan obat. Persyaratan eksipien agar
dihasilkan obat yang sesuai dengan profil pelepasan
yang diinginkan serta stabil dan aman dalam
penggunaan.
Pustaka Acuan

1. Marriot,J., Wilson K, Langley,C,


Belcher,D.Pharmaceutical compounding and dispensing, 2005.

2. Rowe,R.C., Sheskey,P.J. Handbook of Pharmaceutical


excipient, 2005.

3. Katdare, A., Chaubal. M.V. 2006. Excipient development for


farmaceutical, biotechnology, and drug delivery systems. Taylor
& Francis Group, New York, London.

4. Kwon, GS (ed.). 2005. Polymeric Drug Delivery System. Taylor


& Francis Group, Bocaraton, FL.
5. dll
What are pharmaceutical excipients?

Pharmaceutical excipients are substances


other than the pharmacologically active
drug or prodrug which are included in the
manufacturing process or are contained in a
finished pharmaceutical product dosage
form.
Pharmaceutical excipients classified?

They are classified by the functions they perform in a


pharmaceutical dosage form. Principal excipient classifications
(functions) are the following:
 Binders
 Disintegrants
 Fillers (diluents)
 Lubricants
 Glidants (flow enhancers)
 Compression aids
 Colors
 Sweeteners
 Preservatives
 Suspensing/dispersing agents
 Film formers/coatings
 Flavors
 improved performance dissolution profile
 Mempengaruhi taranport obat dalam tubuh
 Menghindari rusak obat sebelum sampai pada target
 Meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas zat aktif
 Meningkatkan stabitas zat aktif obat
 Membantu mempertahankan bentuk polimorf atau
konformasi zat aktif
 Menjaga pH dan osmolaritas cairan dalam formula
 Sebagai antioksidan, bahan pengemulsi
 Sebagai propelan dalam aerosol
 Mencegah dissosiasi zat aktif
 Memberikan penampilan sediaan menjadi menarik
KENAPA EKSIPIEN PENTING DALAM
PRODUK FARMASI

1. Keamanan
2. Mempermudah proses pembuatan suatu sediaan
3. Berdampak pada kualitas produk
- Mempengaruhi taranport obat dalam tubuh
- Menghindari rusak obat sebelum sampai pada target
- Pempengaruhi lepas obat dari sediaan
- Rasa dari sediaan dapat menjadi lebih enak
- Memberikan penampilan sediaan menjadi menarik
- Meningkatkan kelarutan zat aktif
- Meningkatkan stabitas zat aktif obat
Improving excipient fungtionality
Banyak cara yang dapat digunakan dalam
meningkatkan sifat fungsional eksipien
Tergantung pada sifat yang dinginkan.
1. Modifikasi fisik
2. Modifikasi kimia
3. Gabungan keduanya
Excipient compatibility studies
Kekompakan zat aktif dengan eksipien sangat
penting untuk zat aktif baru, baik terjadinya
interaksi fisika, kimia dan fisiologikal/
biofarmasetikal.
Interaksi antara eksipien dengan zat aktif dapat
memberikan implikasi terhadap:
1. Stabilitas obat khususnya bila adanya air.
2.Produk jadi
3.Pelepasan obat baik in vitro/invivo
4. Aktivitas terapeutik zat aktif
5. Profil side efek zat aktif.

Reaksi kimia yang perlu diperhatikan adalah antara


amin primer dan gula pereduksi yang dikatalis oleh ion
Mg, menyebabkan reaksi antara glycosidic hydroxyl
group dari gula pereduksi dengan amin primer
membentuk basa Schif’s.

Hindari penggunaan senyawa yang mempunyai


glycosidic hydroxyl group dari gula pereduksi dengan
zat aktif yang mempunyai gugus amin primer (hormon,
enzim dll).
Beberapa eksipien dalam formulasi digunakan
dalam bentuk campuran untuk mendapatkan
eksipien baru yang dikenal sebagai co-processed
compound.

Eksipien semacam ini memberi keuntungan


dalam meningkatkan performance khususnya
pada tipe aplikasi.

Co-processing adalah konsep baru untuk


merubah sifat fungsional suatu eksipien dengan
tidak menghilangkan sifat baiknya tetapi
memperbaiki kekurangannya.
Sifat fungsional yang dapat diperbaiki
antara lain:
-Dapat meningkatkan laju alir.
-Kompresibilitas
-Menghomogenisasikan massa
-Meningkatkan kelarutan
-Meningkatkan sensitifitas lubrikan
-Sebagai superdesintegran
-Merubah profil laju dissolusi.
Contoh produk co-processed eksipien
Nama dagang Komponen
Cellactose Cellulosa, laktosa
Microcellac MCC, Lactose
XyliTab Xylitol, Na CMC
Ludipress Lactose, povidon ,
Starlac crospovidon
Pharmatose DCL 40 Lactose, pati jagung
Avicel CE 15 Laktosa anhidrat, lactitol
Celocal MCC, guar gum
ProSlov MCC, kalsium fosfat
MCC, colloidal silica
Bagaimana caranya mendapatkan eksipien baru
1. Memodifikasi sifat kimia eksipien
2.Memodifikasi sifat fisik eksipien
3.Kombinasi keduannya
Sebelum melakukan modifikasi perlu diketahui
gugus fungsional yang aktif .
Pereaksi yang akan digunakan
Prediksi sifat fungsional produk yang akan
diperoleh
Contohnya Selulosa
 Unit Struktural
Selulosa merupakan polimer linier dari unit β-(1 4)-
D-glukopiranosa pada konformasi 4C1. konformasi
equator total dari residu rantai β-glukopiranosa stabil
pada struktur kursi dan memperkecil kelenturannya.
Preparat selulosa dapat mengandung sedikit (~0,3 %)
arabinoxylan.
Derivatisasi Selulosa
Derivatisasi selulosadengan mengganggu
ikatan hidrogen penyusun kristal sehingga
dihasilkan derivat-derivat hidrofob yang
meningkatkan kelarutan dalam air.

Derivatisasi selulosa meliputi:


 Modifikasi ester selulosa

 Modifikasi eter selulosa


Ester selulosa
 Merupakan selulosa yang gugus hidroksil
bebasnya digantikan sebagian maupun
seluruhnya dengan gugus asam.
 Contoh: Selulosa asetat, selulosa asetat
ftalat
 Kebanyakan ester selulosa digunakan
sebagai bahan penyalut tablet, pembentuk
lapisan film, dll.
Eter selulosa
Beberapa contoh eter selulosa adalah sebagai berikut:
 Methyl cellulose (MC)
 Methylhydroxyethyl cellulose (MHEC or HEMC)
 Methylhydroxypropyl cellulose (MHPC or HPMC)
 Selain itu digunakan pula:
 Hydroxyethyl cellulose (HEC)
 Hydroxypropyl cellulose (HPC)
 Ethyl-HEC (EHEC) Modifikasi HEC dengan suatu alkil dengan panjang rantai
karbon lebih dari 2 menyebabkan HEC termodifikasi menjadi lebih hidrofobik.
 Methyl-Ethyl-HEC (MEHEC)
 Butylglycidylether-HEC
 Laurylglycidylether-HEC
 carboxymethylated MHEC or MHPC
 Sodium carboxymethyl cellulose (Na-CMC)
Contoh derivat selulosa
 Metil selulosa (dibuat  Hidroksipropilmetilselulosa
dengan memetilasi sekitar (HPMC) sifat dan
30 % dari kelompok penggunaan serupa tapi
hidroksil) merupakan dengan penambahan
thermogelling, membentuk interaksi air dan aktivitas
gel diatas suhu kritis permukaan.
walaupun interaksi Merupakan thickener larut
hidrofob diantara bagian air, emulsifier dan
subtitusi yang tinggi dan pembentuk film yang
berakibat pada stabilitas digunakan pada penyalutan
ikatan hydrogen tablet. Derivat lain yang
intermolekul. penting dari selulosa adalah
karboksimetilselulosa
(CMC)
Metil selulosa adalah senyawa kimia yang
merupakan derivate dari selulosa.
Metil selulosa merupakan serbuk putih hidrofilik
dan larut dalam air dingin, dan membentuk larutan
kental yang jernih dan membentuk gel.
Karena sifat tersebut, metal selulosa digunakan
sebagai thickener dan emulsifier pada produk
makanan dan kosmetik, dan juga untuk pengobatan
konstipasi.
 Seperti selulosa, MC tidak dapat dicerna, tidak toksik
dan tidak menyebabkan alergi.
 Berdasarkan struktur kimia, metal selulosa adalah
metal eter selulosa, mempunyai gugu hidroksi –OH
dengan gugus metal –CH3 sehingga membentuk –
OCH3.
Karakeristik
 Larut dalam air dingin dengan membentuk cairan
kental yang transparan
 Larut dalam pelarut organic dan pelarut campuran air
dan snyawa organic karena terdapat gugus hidrofobik.
 Aktifitas permukaan : Pada larutan encer, aktifitas
permukaan memperlihatkan sebagai colloid protective
agent, emulsifier, dan dispersant.
 Ketika pemanasan pada temperature tertentu ,
larutan encer akan berubah menjadi tidak
transparan karena gelatifikasi dan presipitasi.
Ketika berangsur-angsur dingin, akan berubah
kembali pada bentuk asalnya. Temperatur pada
gelatifikasi dan presipitasi ditentukan oleh tipe
produk, konsentrasi larutan, dan kecepatan
pemanasan.
Penggunaan Metil Selulosa
 Gelling agent
 Thickener dan emulsifier
Metilselulosa sering ditambahkan pada sampo,
pasta gigi dan sabun cair, untuk menghasilkan
konsistensi yang kental. Ini juga digunakan untuk
makanan, contonya ice cream. Metilselulosa juga
penting sebagai emulsifier, mencegah pemisahan
dua campuran cairan.
 Coating tablet
 Lubricant
 Pengobatan konstipasi
Ketika setelah makan, metilsellosa tidak
diabsorpsi oleh usus tapi melewati saluran
pencernaan yang tidak mengganggu. Ia akan
menarik sejumlah besar air dalam kolon.
Digunakan untuk pengobatan konstipasi,
diverticulosis dan sembelit. Karena metilselulosa
dapat menyerap air dan bahan yang mungkin
toksik, serta dapat menambah viskositas, juga bisa
digunakan untuk pengobatan diare.
 Binder dan disintegrant
Metil selulosa dengan tingkat viskositas rendah
atau sedang digunakan sebagai bahan pengikat,
sedangkan dengan tingkat viskositas tinggi dapat
digunakan sebagai disintegrant
Etil Selulosa

 Etil selulosa adalah etil eter selulosa


 Etilselulosa yang mengandung lebih dari 46.5%
kelompok etoksil dapat mudah larut kloroform, metal
asetat, tetrahidrofuran, dan dalam campuran
hidrokarbon aromatik dengan etanol (95%).
Penggunaan Etil Selulosa
 Etil selulosa secara luas digunakan sebagai eksipien
dalam farmasi pada sediaan padat dimana berfungsi
sebagai binder dan filler pada substansi dalam tablet.
 Sebagai thickener dan binder dalam matriks
hidrofobik
 Digunakan sebagai penstabil emulsi
 Sebagai agen mikronkapsulasi khususnya
digunakan pada keadaan ketika produk yang larut
air tidak bisa digunakan karena bermasalah pada
prosesnya atau sensitivitas air pada komposisi zat
aktif.
 Etil selulosa digunakan sebagai bahan penyalut
untuk controlled-release tablets
 Digunakan sbagai zat pembawa karena
mempunyai high carrying capacity, stabilitas yang
tinggi, bersifat anti-aging
 Digunakan dalam bahan tambahan dalam makanan,
pigmen thinner dan sebagai agen pengental dalam
industri makanan.
 Etil selulosa digunakan sebagai pereaksi controlled-
release pada formulasi farmasetika
 Etil selulosa digunakan sebagai penyalut sustained-
release pada tablet.
Carboxymethylcellulose (CMC)
 merupakan turunan dari selulosa yang dibentuk dari
reaksi dengan alkali dan asam kloroaseat
 Struktur:
CMC
 merupakan polimer selulosa yang terbentuk dari
ikatan β-(1 4)-D-glucopyranose
 tidak seperti selulosa, CMC sangat mudah larut dalam
air.
 Molekul CMC rata-rata lebih pendek dari molekul selulosa asli.

 Derivatisasi selulosa menjadi CMC merupakan hasil substitusi


yang kebanyakan merupakan 2-O- dan 6-O-, kemudian diikuti
oleh 2,6-di-O- lalu 3-O-, 3,6-di-O-, 2,3-di-O- terakhir 2,3,6-tri-
O-.

 Molekul CMC memanjang (menyerupai batang) pada


konsentrasi rendah, sedangkan pada konsentrasi tinggi molekul-
molekul CMC menjadi tumpang tindih dan menggulung,
kemudian akhirnya strukturnya menjadi kusut sehingga
membentuk gel yang termoreversibel.

 Peningkatan kekuatan ionik dan pengurangan pH 


mengurangi viskositas dan dapat menyebabkan polimer
menjadi lebih menggulung.
Karakteristik fungsional

 Kebanyakan CMC mudah larut dalam air dingin dan


digunakan terutama untuk mengontrol viskositas
tanpa membentuk gel.
 Viskositas CMC dapat menurun dengan adanya
pemanasan.
 dapat mengontrol viskositas dapat digunakan
sebagai thickener, penstabil emulsi, dan suspending
agent.
 mempunyai kapasitas pengikatan air yang tinggi
meskipun dalam konsentrasi yang kecil, khususnya
ketika digunakan dalam bentuk garam Ca.
Karakteristik fungsional

 Panjang rantai rata-rata dan derajat substitusi penting


untuk diperhatikan: CMC yang tersubstitusi rendah
oleh molekul hidrofobik akan menghasilkan sifat alir
tiksotropik, sedangkan substitusi tiinggi oleh molekul
berantai panjang akan menghasilkan sifat alir
pseudoplastis.
 Pada pH rendah, CMC dapat membentuk cross-links
antara lakton yang diperantarai oleh asam karboksilat
maupun gugus hidroksil bebas.
Dalam eksipien farmasetika terdapat 2 macam garam
CMC:

 carboxymethylcellulose calcium

 carboxymethylcellulose Sodium
Carboxymethylcellulose calcium

 Aplikasi dalam Formulasi Farmasetika :


Carboxymethylcellulose calcium digunakan sebagai
suspending agent.
 Kelarutan : Tidak larut dalam air tetapi dapat
mengembang sampai dua kali volumenya untuk
membentuk suspensi.

 Struktur
Na CMC
 Struktur

 Aplikasi dalam Formulasi Farmasetika :


Banyak digunakan dalam sediaan topikal ataupun oral karena
sifatnya yang dapat meningkatkan viskositas. Sebagai peningkat
viskositas, konsentrasi yang dibutuhkan adalah 0.25-1.0%
 Viskositas :
Tersedia dengan viskositas Low, Medium, dan High.
Dapat larut dalam air panas dan dingin, menghasilkan larutan
jernih tetapi membentuk agregat saat pertama kali dibasahi oleh
air.
Pengaruh pH:viskositas maksium pada pH 7-9.
pH diatas 10 akan meningkatkan viskositas dan pH dibawah 4
akan menurunkan viskositas (hidrolisis polimer).

Derajat viskositas Konsentrasi Viskositas


(%) (mPa s)

Low viscosity 4 50-200


Medium viscosity 2 400-800

High viscosity 1 1500-3000


Hidroksipropil selulosa
 Rumus Struktur :

 R adalah H atau [CH2CH(CH3)O]mH


 Kelarutan: larut 1 dalam 10 bagian diklorometan, 1 dalam 2,5
bagian etanol, 1 dalam 2 bagian metanol, 1 dalam 5 bagian
propan-2-ol, 1 dalam 5 bagian propien glikol dan 1 dalam 2
bagian air.
 Pemerian: serbuk tidak berasa dan tidak berbau, berwarna
putih sampai hampir kuning.
 pH dalam larutan 1% b/b: 5,0-8,5

 Hidroksipropil selulosa larut dalam banyak pelarut polar panas


atau dingin seperti dimetl formamida, dimetil sulfoksida,
dioksan, etanol, metanol, propaol-2-ol 95% dan propilen glikol.
Tidak memiliki kemampuan mengendap dalam pelarut organik
panas.
 Praktis tidak larut dalam hidrokarbon alifatik,
hidrokarbon aromatis, karbon tetraklor, petroleum
distilata, gliserin dan minyak. Hidroksipropil selulosa
larut bebas dalam air di bawah 38°C, membentuk
larutan koloidal halus, dan jernih. Dalam air panas
tidak larut dan diendapkan sebagai flok membengkak
pada suhu antara 40-45°C, tidak larut dalam air suhu
di atas 45°C.
 dibuat dengan mencampur selulosa dengan natrium
hidroksida, dan kemudian direaksikan dengan propilen
oksida pada temperatur dan tekanan yang tinggi.

 Pertimbangan Formulasi
Bahan ini larut dalam cairan lambung-usus, dan beberapa
pelarut organik polar.

 Aplikasi dalam Formulasi Farmasetika :


Banyak digunakan dalam sediaan oral dan topikal sebagai
thickening agent, emulsifying agent, stabilizing agent,
suspending agent.
Kimia

 Hidroksipropil selulosa adalah selulosa yang mengalami


substitusi gugus hidroksil menjadi hidroksi propil yang
terhubung melalui ikatan eter.

 gugus hidroksipropil yang terbentuk juga mengandung


gugus hidroksil bebas dapat tereterifikasijumlah mol
gugus hidroksipropil dalam tiap cincin glukosa dapat
meningkat menjadi lebih dari 3 mol.

 selulosa sangat kristalinHPC harus mempunyai jumlah


mol yang tersbstitusi sekitar 4 untuk mencapai kelarutan
yang baik dalam air.
 Pembuatan:
Bahan ini dibuat dengan mencampur selulosa dengan
natrium hidroksida, dan kemudian direaksikan
dengan propilen oksida pada temperatur dan tekanan
yang tinggi.
Aplikasi
 adhesive agent
 Meningkatkan kekerasan tablet
 Pembentuk film tablet
 Emulsifying egent, stabilizing agent, suspending agent,
thickening agent, untuk minuman, kue, selai, shampoo
Hidroksi Propil Metil Selulosa
 Pembuatan:

Polimer ini dibuat dengan mereaksikan selulosa yang diberi


basa dengan metal klorida untuk memberikan gugus
metoksinya, dan selanjutnya direaksikan dengan propilen
oksida untuk memberikan gugus propilen glikol eter. Produk
yang dihasilkan digunakan secara komersial pada derajat
viskositas yang berbeda.
 Pemerian : serat atau serbuk granul (≥98.5 melewati100-mesh,
100% melewati 80-mesh) berwarna putih atau putih krem, tidak
berasa dan tidak berbau.
 pH larutan 1% b/b: 5,5-8
 Suhu gelatinasi: >40
 Stabil: tidak terjadi gelatinasi pada lingkungan asam karena
bersifat nonionik
 Kelarutan: larut dalam air dingin, membentuk larutan koloidal
kental; praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%), dan
eter;
 Karena bersifat nonionik, hidroksipropil metilselulosa tidak
akan membentuk komplek dengan garam-garam logam dan ion
organik untuk membentuk endapan tidak larut.

 Proses pelarutan:
HPMC akan membentuk aglomerasi ketika ditambahkan
secara langsung ke air dan kemudian melarut. Pelarutan ini
berjalan perlahan.
Index item MC HPMC

60HD 65HD 75HD

Gelling temperature 50.0-55.0 58.0-64.0 62.0-68.0 70.0-90.0


(οC)
Spesifikasi Konsentrasi (%) Viskositas BM
(mPa.s)
H 1 1500-2500 1000000

M 2 4000-6500 800000

G 2 150-400 300000

J 5 150-400 150000

L 5 75-150 100000

E 10 300-700 60000
Aplikasi:
 peningkat viskositas
 Sangat efisien sebagai pengawet dalam fase air, banyak
digunakan dalam industri makanan, kosmetik
 Dapat membentuk lapisan film yang transparan, fleksibel dan
lembut yang dapat mencegah filtrasi minyak
 Pembenmtul gel yang traslucent dan homogen
 Sebagai bahan adhesive dalam obat dan makanan, dan
pembentik film dalam tablet
 Meningkatkan kadar obat yang dilepaskan dari
sediaan gel
 Pengisi, pendispersi, emulgator,thickening agent
(termasuk dalam sediaan elixir), suspending agent,
stabilizing agent, lubricant, penguat sifat tahan air
dari tablet, matrix tablet control released.
kombinasinya dengan polimer sintetik dan
pembentuk gel, mencegah etanol keluar dari gel
transparan
Kombinasi selulosa dengan
bahan lain
Tujuan untuk meningkatkan sifat yang diinginkan, mengurangi
sifat-sifat yang tidak diinginkan atau untuk menambah
karakteristik sebagai berikut:

 mengurangi sifat lengket


 meningkatkan retensi air
 mengontrol kandungan udara
 meningkatkan proses pembasahan dan kelarutan dalam air
dingin
 menambah hidrofobisitas

Komponen komponen tambahan tersebut dapat ditambahkan


melalui pencampuran secara fisik maupun pengikatan secara
kimia,
Contoh zat-zat yang ditambahkan melalui pencampuran
biasa:
 Amilum
 Surfaktan seperti sodium lauryl sulfate
 Glikol dan turunannya
 Xanthan Gum
 Borax, boric acid

You might also like