Professional Documents
Culture Documents
BERHARGA (EFEK)
PERTEMUAN
KE 8
subandi/stia/mk 1
INVESTASI DALAM EFEK
(Pertemuan VIII)
• Pembelian efek utk penjagaan likuiditas merupakan investasi
sementara, yang disebut dengan “Marketable Securities” atau
“Temporary Invesment”. Efek tersebut digolongkan dlm aktiva
lancar.
• Pembelian efek utk tujuan memperoleh pendapatan & efek tersebut
dipertahankan dlm jangka waktu yang panjang, merupakan
investasi jangka panjang, disebut “Permanent Invesment”
• Penilaian Marketable Securities dlm neraca didasarkan pada harga
yang lebih rendah antara harga beli & harga jual (the lower of cost –
or – market valuation)
• Permanent Investment penilaiannya didasarkan pada biaya
(valuation at cost)
• Bentuk-bentuk efek dlm rangka investasi jangka panjang
1. Obligasi
2. Saham preferen
3. Saham biasa
subandi/stia/mk 2
PENENTUAN RATE OF RETURN & NILAI
EFEK JANGKA PANJANG
1. Obligasi
Tujuan utama dari analisa efek dlm penilaian obligasi
adalah “rate
of return” atau “yield” yang diharapkan dari obligasi
tersebut.
2. Cara menghitung rate of return :
f – c = bunga tahunan dlm rupiah
a. menggunakan “Short
p cut formula”
f = hrg nominal obligasi/jmlh
C+ yang
P– n akan diterima pd akhir
Yield to Maturity = umurnya
f
p = hrg pasar
2 n = umur obligasi
c c c f
b. menggunakan tabel P.V.
(1 + (1 + (1 + r)5 (1 +
Hrg Pasar r)
=1 r)+
2 + ………. + r)5 +
subandi/stia/mk 3
Contoh:
• Suatu obligasi bernilai nominal Rp 10.000,00 yang
mempunyai harga pasar Rp 9.000,00 mempunyai umur 5
tahun dan membayarkan coupon (bunga obligasi) sebesar
6% setiap tahun. Tentukan besarnya “rate of return” dari
obligasi tersebut apabila akan dipertahankan sampai hari
jatuh tempo (yield to maturity)
a. Jawaban dgn menggunakan “shortcut formula” dapat
dituliskan sbb.
Tingkat pendapatan investasi
c = bunga dlm obligasi
tahunan kalau akan
dlm rupiah
dipertahankan sampai f =hari jatuh
harga tempo
nominal (yield
dari to maturity):
obligasi atau
f–p jumlah
C+ yang akan diterima pada akhir
n umurnya
YTM =
p+f p = harga pasar
2 n = umur oblogasi
subandi/stia/mk 4
lanjutan
10.000 – 9.000
6% (10.000) +
5
Yield to maturity =
9.000 + 10.000
2
600 + 200 800
= = = 8,42%
9.500 9.500
b. Dengan menggunakan Tabel PV
Perhitungan Yield persis sama dgn perhitungan IRR yaitu dgn
mencari tingkat bunga yang menjadi PV dari yield sama dgn
PV dari outlays-nya dan persamaannya dituliskan sbb.
600 600 600 10.000
9.000 = + + ........ + +
(1 + r)1 (1 + r)2 (1 + r)5 (1 + r)5
subandi/stia/mk 5
lanjutan
subandi/stia/mk 6
• Perhitungan Interpoasi:
Selisih tk Bunga Selissih PV Selisih PV of Yield
dgn outlays
8% 9.205.80 9.205,80
9% 8.834.00 9.000,00
Selisih 1% 371,80 205,80
205,80/371,80 x 1% = 0,55%
Jadi RR = 8% + 0,55% = 8,55%
subandi/stia/mk 7
PENENTUAN NILAI OBLIGASI
bunga tahunan R
• Obligasi (Perpetuity) = =
discount rate i
subandi/stia/mk 8
PENENTUAN RATE OF RETURN & NILAI SAHAM
PREFEREN
deviden preferen
• Nilai dari saham preferen =
discount rate
subandi/stia/mk 9
Contoh:
• Suatu Saham preferen mempunyai harga nominal Rp 10.000,00
dan membayarkan deviden tahunan sebesar Rp 500,00
dengan harga pasar Rp 7.500,00. Berapa besarnya rate of
return dari saham preferen tersebut?
Besarnya rate of return dari saham preferen tsb adalah :
500
= 6,67%
7.500
• Apabila deviden tahunannya sebesar Rp 750,00 dengan tingkat
bunga yang berlaku pada waktu itu 7,5%. Berapa nilai saham
preferen saat ini dengan tingkat bunga yang berlaku 5%.
Nilai Saham Preferen pada waktu ini adalah:
Rp 750,00
= Rp 15.000,00
0,05
subandi/stia/mk 10
PENENTUAN RATE OF RETURN & NILAI SAHAM
BIASA
• Penentuan besarnya RR & Nilai dari saham biasa (common stock) lebih
sukar dibandingkan dengan obligasi dan saham preferen, karena :
1. Forecasting dari pendapatan, dividen & harga saham di waktu
yang
akan datang adalah sukar
2. Tidak seperti bunga & deviden preferen, pendapatan deviden
saham
biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya, & tidak tetap
konstan
• Besarnya RR dari saham biasa merupakan penghasilan yang berasal
dari deviden plus capital gains. Maka besarnya RR dapat ditentukan
dengan sbb. :
D 1 + P1 – P0
• Return yang diharapkan =
P0 D1 = deviden yang diharapka
P1 = hrg saham yang diharap
D1 + P1
• Harga Saham pada wkt ini = kan pada akhir tahun
1+r
P0 = hrg saham pada wkt ini
subandi/stia/mk 11
Contoh: menghitung Rate of return
• Saham biasa dibeli dgn harga Rp 10.000,00. Pemodal
meng-harapkan cash-dividen tahun depan sebesar Rp
500,00 dan mereka juga mengharapkan pada akhir
tahun pertama saham tersebut akan dpt dijual dengan
harga Rp 10.400,00. Berdasarkan data tersebut
tentukan besarnya rate of return yang diharapkan dari
saham tersebut!
• Rate of return yang diharapakan =
Rp 500,00 + (Rp 10.400,00 – Rp 10.000,00)
(r) = = 9%
Rp 10.000,00
atau
500 10.400 – 10.000
r = + = 5% + 4% = 9%
10.000 10.000
subandi/stia/mk 12
Contoh menghitung Harga saham waktu ini
• Diketahui cash-deviden tahun depan Rp 500,00 dan
harga saham pada akhir tahun depan diperkirakan Rp
10.400,00. Sedangkan rate of return yang diharapkan
oleh pemodal adalah 9 %, maka harga saham pada
waktu ini adalah:
500 + 10.400 10.900
P0 = = = 10.000
1 + 0,09 1,09
subandi/stia/mk 13
PENENTUAN RATE OF RETURN & NILAI SAHAM
BIASA
subandi/stia/mk 14
Contoh
• Berapa harga pasar saham pada waktu ini yang akan
memberikan dividen pada akhir tahun pertama sebesar Rp
3.000,00 dan laju pertumbuhan deviden sebesar 6% per tahun.
Sedangkan tingkat pendapatan yang dinginkan untuk saham
tersebut 16%.
Harga saham pada waktu ini adalah:
D1 Rp 3.000,00
P0 = = = Rp 30.000,00
r–g 0,16 – 0,06
• Berapa rate of return dari suatu saham yang akan memberikan
dividen akhir tahun pertama sebesar Rp 2.000,00 dan harga
pasar saham tersebut pada waktu ini sebesar Rp 20.000,00 dan
dividen tersebut mempunyai laju pertumbuhan 6%
Rate of return dengan menggunakan formula:
D1 Rp 2.000,00
r= +g= + 6% = 16%
P0 Rp 20.000,00
subandi/stia/mk 15
KEBIJAKAN DIVIDEN
(Pertemuan IX)
• Kebijakan dividen , adalah merupakan politik
dividen bersangkutan dgn pembagian pendapatan
(earning) antara penggunaan pendapatan utk
dibayarkan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau utk digunakan di dlm perusahaan
(laba ditahan)
• Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen
1. Posisi likuiditas perusahaan
2. Kebutuhan dana utk membayar utang
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
4. Pengawasan terhadap perusahaan
subandi/stia/mk 16
BERBAGAI MACAM KEBIJAKAN
DIVIDEN
• Ada beberapa kebijakan dividen yang
dilakukan oleh perusahaan antara lain:
1. Kebijakan dividen yang stabil
2. Kebijakan dividen dgn penetapan jumlah
dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu.
3. Kebijakan dividen dgn penetapan dividen
payout ratio yang konstan
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
subandi/stia/mk 17
Pertimbangan Manajerial Pembayaran
Dividen
1. Kebutuhan dana bagi perusahaan
2. Likuiditas Perusahaan
3. Kemampuan untuk meminjam
4. Pembatasan-pembatasan dlm perjanjian
utang
5. Pengendalian perusahaan
subandi/stia/mk 18
Stabilitas Dividen
subandi/stia/mk 19
Dividen Saham & Pemecahan Saham
subandi/stia/mk 20
Contoh : Stock Dividen
• Suatu prsh sebelum menetapkan pemberian
stock dividen mempunyai struktur modal sbb.
– Saham biasa (nominal Rp 1.000,- 4000 lbr) = Rp
4.000.000,-
– Agio saham (capital surplus) = Rp 2.000.000,-
– Laba ditahan = Rp 14.000.000,-
Jumlah modal sendiri = Rp 20.000.000,-
subandi/stia/mk 21
Contoh : Stock Splits
• Suatu prsh sebelum menetapkan pemberian
stock splits mempunyai struktur modal sbb.
– Saham biasa (nominal Rp 1.000,- 4000 lbr) = Rp
4.000.000,-
– Agio saham (capital surplus) = Rp 2.000.000,-
– Laba ditahan = Rp 14.000.000,-
Jumlah modal sendiri = Rp 20.000.000,-
subandi/stia/mk 22
Pembelian Kembali Saham (Stock
Purchases)
1. Self Tender Over adalah tawaran prsh utk
membeli kembali sahamnya pada harga
tertentu (di atas harga pasar)
2. Open Market Purchases artinya prsh
membeli kembali saham di pasar terbuka
melalui pialang
subandi/stia/mk 23
ANALISIS BREAK-EVEN POINT
(Pertemuan X)
• Analisis Break-Even Point (BEP) merupakan sarana
utk mengetahui jumlah produksi berapa total
revenue (TR) sama dgn total biaya (TC).
• BEP dpt pula diartikan kaitan antara besarnya total
biaya dari investasi & volume yang disyaratkan utk
mencapai profit tertentu.
• Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel
• Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara
total tdk berubah meskipun teradi perubahan jumlah
produksi dlm skala tertentu.
• Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang
secara total berubah sesuai dgn perubahan jumlahh
produksi.
subandi/stia/mk 24
Kegunaan Analisis BEP
• Analis BEP dpt digunakan dlm hal:
1. Mengambil keputusan tentang produk haru & menentukan
berapa tingkat penjualan agar perusahaan memperoleh laba.
2. Meneliti pengaruh ekspansi terhadap operasional peerusahaan.
3. Menganalisis akibat pergeseran biaya variabel menjadi biaya
tetap karena dilakukan otomatisasi dgn peralatan modern.
4. Membantu dlm menetapkan harga, pengendalian biaya &
keputusan keuangan.
• Penentuan BEP dpt dilakukan dgn berbagai cara, yaitu
secara matematik & secara grafik (grafik linier & grafik
non linier
• Penentuan BEP secara matematik dpt dilakukan dgn
formulasi sbb.
1. TR = TC (Total Revenue = Total Cost)
2. Laba = 0
3. MI = FC (Marginal Income = Fixed cost)
subandi/stia/mk 25
FC FC FC
• BEP = BEP = BEP =
VC 1 – VCR MIR
1–
S
FC FC
• BEP = BEP =
P/unit – VC/unit MI/unit
• Contoh laporan Laba/Rugi dgn menggunakan
pendekatan direct costing akan nampak sbb.
– Penjualan Rp 100.000,00
– Biaya Variabel Rp 60.000,00 -
– Marginal Income Rp 40.000,00
– Biaya Tetap Rp 40.000,00 -
– Laba Rp 0,00
subandi/stia/mk 26
• Penentuan BEP secara matematik maupun secara
grafik hanya dpt dilakukan dgn asumsi bahwa
biaya dpt dikelompokkan ke dlm dua katagori
(biaya tetap & biaya variabel)
• Catatan:
FC = Fixed Cost = Biaya tetap
VC = Variabel Cost = Biaya variabel
TC = Total Cost atau (FC + VC)
TR = Total Revenue atau (P.Q)
MI = Marginal Income atau (S – VC)
S = Sales (penjualan)
P = Price (Harga)
Q = Penjualan dlm unit
VCR = Variabel Cost ratio atau (VC/S)
MIR = Marginal Income Ratio atau (1 – VCR)
subandi/stia/mk 27
Contoh Soal
• PT Setia Jaya pada tahun 2015 mengalami kerugian sebesar
Rp 2.000.000,00 dgn jumlah produk yang terjual 40.000
unit. Harga jual produk Rp 100,00 per unit dan biaya tetap
Rp 5.600.000,00 per tahun. Keadaan tahun 2009
diperkirakan lebih baik & prsh mengharapkan terjadi
peningkatan penjualan. Target earning power 2016 sebesar
20% dan operating assets turn over diharapkan sebesar 3
kali. Biaya tetap akan bertambah sebesar Rp 2.400.000,00
dan harga jual akan menaik menjadi Rp 125,00 per unit,
sedangkan variabel cost naik sebesar Rp 10,00 per unit.
• Ditanyakan:
1. Berapa penjualan minimal yang harus dicapai untuk
memperoleh target earning power tersebut baik dalam rupiah
maupun unit.
2. BEP tahun 2015 dan 2016 dalam rupiah dan unit
3. Buatlah grafik BEP yang menggambarkan BEP 2015 dan 2016
subandi/stia/mk 28
Penyelesaian
1. Keuntungan = Penjualan – Total biaya
(2.000.000) = 4.000.000 – Total biaya
Total biaya = 4.000.000 + 2.000.000 = Rp
6.000.000,00
Total biaya = biaya tetap + biaya variabel
6.000.000 = 5.600.000 + biaya variabel
Biaya variabel = 6.000.000 – 5.600.000 = Rp 400.000,00
Biaya variabel per unit = 400.000 : 40.000 = Rp 10,00
Rasio biaya variabel = 10 : 100 = 10%
Biaya tetap th 2009 = 5.600.000 + 2.400.000 = Rp
8.000.000,00
Biaya variabel per unit th 2009 = 10 + 2 = Rp 12,00
Earning power = profit margin x operating assets turn
over
20/100 = PM x 3
Profit margin = 300/20 = 15%
subandi/stia/mk 29
Penjualan minimal yang hrs dicapai th 2009
dimisalkan = x
8.000.000 + 0,15 x 8.000.000 + 0,15 x
x= x=
1 – 0,10 0,90
0,90 x – 0,15x = 8.000.000
x = Rp 10.667.000,00 atau 85.336 unit
• BEP 2015 dan BEP 2016
5.600.000
BEP 2015 = = Rp 6.220.000,00 atau 62.200
unit
0,9
8.000.000
BEP 2016 = = Rp 8.888.000 atau 71.104 unit
0,9
subandi/stia/mk 30
Grafik BEP
Pendapat-
an &
biaya TR
(000) TC 2016
BEP
20.000 TC 2015
BEP
14.000
FC
8.000 2009
FC 2008
5.600
subandi/stia/mk 31
Perhitungan BEP Dengan Trial & Error
subandi/stia/mk 32
• Hasil perhitungan:
(6.000 x Rp 1.000) – Rp 3.000.000 + (6.000 x Rp 400) =
Rp 6.000.000 – (Rp 3.000.000 + Rp 2.400.000) = Rp 600.000,00
Pada volume produksi 6.000 unit masih mendapat keuntungan.
Berarti BEP-nya terletak di bawah 6.000 unit
• Kalau volume produksi diturunkan menjadi 4.000 unit, hasil per-
hitungannya adalah:
(4.000 x Rp 1.000) – Rp 3.000.000 + (4.000 x Rp 400) =
Rp 4.000.000 – (Rp 3.000.000 + Rp 1.600.000) = – Rp
600.000,00
Pada volume produksi 4.000 unit masih menderita kerugian.
Berarti BEP-nya lebih besar dari 4.000 unit.
• Kalau volume produksinya 5.000 unit, hasil perhitungannya sbb.:
(5.000 x Rp 1.000) – Rp 3.000.000 + (5.000 x Rp 400) =
Rp 5.000.000 – (Rp 3.000.000 + Rp 2.000.000) = Rp 0,00
Pada volume produksi/penjualan 5.000 unit Tercapai BEP, yaitu
keuntungan netonya sama dengan nol.
subandi/stia/mk 33
Soal Latihan
• Pada tahun 2016 prsh mempunyai penjualan Rp
24. juta,- dgn jumlah 12.000 unit. Prsh belum dpt
bekerja dgn kapasitas penuh, oleh karena itu
besarnya marginal income (MI) sama dgn besarnya
biaya tetap, yaitu sebesar Rp 14.400.000,-
Pada tahun 2017 diharapkan prsh dpt bekerja dgn
kapasitas penuh dan diperkirakan memperoleh
profit margin sebesar 20%.
Ditanyakan:
1. Jumlah penjualan yang harus dicapai tahun 2017
2. Besarnya mark-up tahun 2017
3. Keuntungan tahun 2017 dgn kapasitas produksi
70%
4. BEP jika harga turun menjadi Rp 1.600,- per unit
subandi/stia/mk 34
Soal Latihan : Stock Dividen
• Suatu prsh sebelum menetapkan pemberian
stock dividen mempunyai struktur modal sbb.
– Saham biasa (nominal Rp 1.500,- 5000 lbr) = Rp
7.500.000,-
– Agio saham (capital surplus) = Rp 2.500.000,-
– Laba ditahan = Rp 15.000.000,-
Jumlah modal sendiri = Rp 25.000.000,-
subandi/stia/mk 35