You are on page 1of 21

Oleh :

Hanifa Triastuti (P1337434116002)


Imania Nur Masitah (P1337434116013)
Mircha Restiana Elen (P1337434116030)
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang
bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion
bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai
elektronetralitas.

Ion kation yang terdapat dalam cairan tubuh seperti Na+, K+, Ca2+, Mg2+ dan ion anion
seperti Cl-, HCO3-, HPO4-, SO4-, dan laktat. Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion
seimbang, sehingga keberdayaan (potensial) listrik serum bersifat netral.
1. Mempertahankan tekanan osmotik dan distribusi air di berbagai ruang cairan
tubuh.
2. Mempertahankan ph dalam keadaan terbaik.
3. Pengaturan fungsi jantung dan otot-otot lain terbaik.
4. Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi.
5. Berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses katalisis.
Merupakan anion yang paling banyak terdapat pada cairan ekstraseluler dan merupakan anion utama dalam cairan
ekstrasel yang tidak berada pada serum. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida
yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida
dalam makanan sama dengan natrium.

Peran dan fungsi sebagai berikut :

1. Keseimbangan cairan tubuh asam-basa, dan dengan Na menentukan osmolaritas

2. Klorida sebagian besar terikat dengan Na dalam bentuk NaCl mempertahankan tekanan osmotik, distribusi
air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan kation dalam cairan ekstrasel.

3. Dalam cairan lambung, ion klorida memainkan peran penting dalam produksi HCL. Ion klorida tertelan
melalui makanan dan disaring atau diserap kembali oleh ginjal sesuai kebutuhan tubuh.

4. Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion GAP.
Kalsium adalah elektrolit (kation) yang berada pada serum dan merupakan penyusun utama tulang.
Kalsium dalam serum hadir dalam bentuk terionisasi atau sebagai kompleks dengan protein atau zat
anorganik lainnya seperti sitrat, fosfat dan lain-lain. Kalsium memainkan banyak peran penting
dalam fisiologi tubuh seperti mengaktifkan banyak enzim dan memainkan peran kunci dalam
pembekuan darah.

Kalsium juga berperan dalam membentuk keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani dan
dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya gangguan pada paratiroid dan tiroid, selai itu berfungsi
mempertahankan tekanan osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan
anion dan kation dalam cairan ekstrasel.
Konsentrasei Ca extraseluler ↙ → sekresi PTH → me ↗ absorbsi Ca dari filtrat glomerulus
dan me ↙ absorbsi Fosfat .
PTH → vitamin D aktif → merangsang pengeluaran Ca dari tulang dan meningkatkan
transport aktif Ca dari intestinal ke plasma darah.
Meningkatnya konsentrasi Ca dalam cairan extraseluler → sekresi calcitonin → Ca plasma ↗
karena pe ↙ resorpsi Ca pada tulang dan pe ↗ pengeluaran Ca melalui urin.
• Fungsi : Keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam
basa, getah lambung, pergeseran klorida pada transpor
HCO3‾ didalam eritrosit
1. Metode spektrofotometer atom serapan (Atomic Absorption Spectrophotometry/
AAS).
2. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Merkurimeter.
3. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Kolorimetrik-Amperometrik
4. Pemeriksaan Serum Klorida (Cl) metode Modiffikasi Schoenfeld and Lewellen’s
5. Metode : TPTZ
6. Urine Klorida metode modifikasi schoenfeld dan lewellen
Metode spektrofotometer atom serapan (Atomic Absorption
Spectrophotometry/ AAS).
Prinsip :
Teknik emisi dengan elemen pada sampel mendapat sinar dari hollow cathode dan cahaya
yang ditimbulkan diukur sebagai level energy yang paling rendah. Elemen yang mendapat
sinar dalam bentuk ikatan kimia (atom) dan ditempatkan pada ground state (atom netral).
Metode spektrofotometer atom serapan mempunyai sensitivitas spesifisitas yang lebih tinggi
dibandingkan metode spektrofotometer nyala emisi.
Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Merkurimeter.
Prinsip :
Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi dengan larutan merkuri nitrat, dengan
penambahan diphenylcarbazone sebagai indikator. Hg2+ yang bebas, bersama
klorida membentuk larutan merkuri klorida yang tidak terionisasi14. Kelebihan ion
Hg2+ bereaksi dengan diphenylcarbazone membentuk senyawa kompleks berwarna
biru-ungu. Titik akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul perubahan warna.
Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Kolorimetrik-
Amperometrik
Prinsip :
Pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi kolorimetrik-amperometrik
bergantung pada generasi Ag+ dari elektroda perak yang konstan dan pada reaksi
dengan klorida membentuk klorida perak tang tidak larut. Interval waktu yang
digunakan sebanding dengan kadar klorida pada sampel.
Pemeriksaan Serum Klorida (Cl) metode Modiffikasi Schoenfeld and
Lewellen’s
Prinsip :
Ion klorida bereaksi dengan thiocynate merkuri untuk membentuk mercuric
chloride, garam yang tidak terdisosiasi untuk membebaskan ion tiosinat. ion tiosinat
ini bereaksi dengan ion besi untuk membentuk tiosinat besi, yang merupakan
senyawa berwarna. warna yang terbentuk sebanding dengan kandungan klorida
dari spesimen. absorbansi dapat dibaca pada 520 nm. warna terakhir stabil selama
setengah jam.
5. Metode : TPTZ

 Prinsip reaksi :
ion klorida bereksi dengan merkury (III) 2,4,6-tri(2-pyridi)-5triazine (TPTZ) membentuk kompleks
merkury(II)-klorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion fe(II) membentuk kompleks warna biru. Hasil
absorbansi pada panjang gelombang 590nm sebanding dengan kadar klorida pada sampel.
 Alat dan Bahan :
1. Mikropipet
2. Spektrofotometer
3. Tabung reaksi dan rak tabung
4. Tip
5. Tissue
6. Serum
Prosedur kerja :

1. Persiapan (semimicro)
2. Larutkan 20µl standar/ sampel dengan 1000µl aquades.
3. Standar/ sampel yang sudah diencerkan untuk pemeriksaan
Persiapan Sampel Campur dan inkubasi selama 5 menit ditempat yang gelap. Ukur absorbance
sampel dan standar terhadap blanko reagen dalam waktu 60 menit. Baca pada panjang
gelombang 578 nm.

BLANKO STANDART SAMPEL

REAGEN 1000µL 1000µL 1000µL

STANDART - 20µL -

SAMPEL - - 20L
 Perhitungan :

𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
C = 100 x [mmol/l]
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑

Atau

𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
C = 35 x [mg/dl]
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑

 Nilai normal
Serum : 335-383 mg/dl
Urine : 3,9 – 8 gram/24jam
1. Serum kalsium metode OCPC
 Spesimen :
Serum atau plasma heparin
 Prinsip :
Kalsium adalah media alkali bereaksi dengan kompleks o-cresolphthalein untuk
membentuk kromofor yang kuat, yang berwarna ungu. Baca absorbansi pada panjang
gelombang 575 nm.
 Reagen :
1. 0-cresolphthalein complexone reagent
2. Buffer solution
3. Standar kalsium (10 mg/dl)
 Prosedur :

Blanko Standar Sampel

Sampel - - 20 µL

Standar - 20 µL -

Reagen 1000 µL 1000 µL 1000 µL

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 20°C – 25°C. Ukur absorbance sampel dan standar terhadap
blanko reagen dalam waktu 50 menit pada panjang gelombang 578 nm.

Signifikansi klinis :
Penentuan kadar kalsium serum berguna dalam diagnosis disfungsi paratiroid, hiperkalsemia keganasan, 90 persen
kasus hiperkalemia disebabkan oleh hiperparatiroidisme, neoplasma atau granulomatosa.
 Perhitungan :

𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
C=8x [mg/dl]
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑

 Nilai normal
8,1 – 10,4 mg/dl
• Gangguan keseimbangan klorida dalam tubuh diantaranya :

Hiperklorinemia

Kadar klorida tinggi ditemukan pada penderita asidosis metabolik yang berhubungan dengan diare
berkepanjangan, penyakit tubular ginjal, alkalosis pernapasan, beberapa kasus hiperparatiroidisme,
diabetes insipidus, dehidrasi, dan dalam kondisi yang menyebabkan penurunan aliran darah ginjal.

Hipoklorinemia

Kadar klorida menurun ditemukan pada asidosis respiratorik kronis, luka bakar, dan efek obat-
obatan tertentu seperti kortikosteroid, bikarbonat, dll.
LANJUTAN….

• Gangguan Keseimbangan Kalsium

Hipokalseimia

Kadar kalsium tinggi ditemukan pada penderita hiperparatiroidisme, neoplasma atau granulomatosa,
penyakit ginjal, efek dari berbagai obat, pankrearitis akut, tiroidektomi pasca operasi, dan
paratiroidektomi dll.

Hiperkalsaemia

Kadar kalsium rendah ditemukan pada penderita gagal ginjal, hipoparatiroidisme, rakhitis,
osteomalasia, kanker prostat metastatik, kekurangan kalsium dan vitamin D, penyakit ginjal kronis
dengan uremia, penyakit tulang, kehamilan lanjut, asfiksia, bayi dari ibu diabetes, cedera otak,
penyakit ganas, dll.
TERIMAKASIH 

You might also like