You are on page 1of 9

PERKEMBANGAN PROFESI

OKUPASI TERAPIS
 TAHUN 1900
 Pelayanan okupasi terapi dilakukan dalam bentuk
terapi kerja di Rumah Sakit Jiwa
 Hasil akhir berupa produktivitas
 Kegiatan berupa: pertanian, peternakan, perikanan,
pertukangan
 Di Amerika dan Negara Lain, OT berkembang ke
arah Program Remidiasi lewat Basket Making atau
Crafts
 Konsep Habit Training yang dikembangkan
oleh Adolf Meyer (1922) dimana program
terapi diarahkan ke work-rest balance and
routine activities.
 Tahun 1970
 Okupasi terapi dilakukan di berbagai Rumah Sakit
Umum tingkat propinsi mengingat di rumah sakit
tersebut ada Instalasi Rehabilitasi Medis.
 Pelayanan OT merupakan bagian integral dari
pelayanan rehabilitasi medis di RS.
 Tenaga OT berasal dari Luar negeri spt. Ms Parker
dari Inggris
 Relawan OT kemudian mentransfer ilmunya
ke tenaga kesehatan (latar belakang perawat)
atau non-kesehatan untuk menjadi okupasi
terapis.
 Kursus-kursus dilaksanakan di RS dr. Kariadi
dan RS Ortopedi/ Rehabilitation Centre Prof.
Dr. Soeharso.
 Sebagai pioner OT adalah Djoko Susetyo,
AAROT dan Harry Siahaan, NZROT.
 Djoko Susetyo bekerja di RC Prof. Soeharso
dan Harry Siahaan bekerja di Direktorat
Jendral Kesehatan Jiwa, DEPKES.
TAHUN 1990
- Expatriat (Martina Tobing) bekerja di RSPAD

Gatot Subroto sebagai relawan dalam


pelayanan OT.
- Menyelenggarakan kursus OT

- Mendirikan perkumpulan OT (POTI)

walaupun tidak formal


 4 siswa berangkat ke Kanada untuk belajar S1
OT
 1994
 Pendirian pendidikan OT atas bantuan dan
fasilitasi dari AKFIS dan CIDA (Canadian
International Development Agency).
 Kontributor: Prof. Sharon Brintnell dan Dr.
Handojo Tjandrakusuma
 Perkembangan OT mulai signifikans
 1995
 Ikatan Okupasi Terapis Indonesia didirikan secara
resmi
 Pendiri:
 Harry Siahaan
 Djoko Susetyo
 Tri Budi Santoso
 Bambang Kuncoro
 Khomarun
 Dedi Suhandi
 Veronica Endah

You might also like