You are on page 1of 26

KERACUNAN ARSENIK

Oleh:
-RIKA RISTANTI (71170891216)
-RISA TRI ANDARI (71170891254)
-CUT ELA WITANTI (140611004)
-KHAIRUN NISA (140611059)

SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN


MEDIKOLEGAL
RSUD DR PIRNGADI KOTA MEDAN
2018
TOKSIKOLOGI
Toksikologi forensik  ilmu forensik yang
kepentingannya sejajar dengan farmasi forensik dan
medikal forensik, hanya saja bidang ilmu ini sangat
penting ditujukan untuk analisis kimia yang berkaitan
dengan bahan kimia yang dicurigai sebab penyebab
terjadinya keracunan atau kematian dari korban

Toksikan adalah suatu bahan yang berbahaya bagi


kehidupan, sedangkan racun adalah subkelompok
dari toksikan
Faktor Yang Mempengaruhi
Keracunan:
1.Cara masuk.

2.Umur

3.Kondisi Tubuh

4.Kebiasaan

5.Idiosinkrasi dan alergi

6.Waktu Pemberian
Klasifikasi Racun
1. Racun Anorganik. 3. Racun Gas
a. Racun Korosif
b. Racun Metalik dan non- 4. Racun lain–lain
metalik a. Racun makanan
b. Racun binatang
2. Racun Organik c. Racun tumbuh–
a. Racun Volatil tumbuhan
b. Racun non Volatil dan d. Dan lain–lain
non alkaloid
Pemeriksaan Toksikologi Forensik

1. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara


(TKP)

Pemeriksaan di tempat kejadian perkara


perlu dilakukan untuk membantu penentuan
penyebab kematian dan menentukan cara
kematian. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin
tentang perkiraan saat kematian serta
mengumpulkan barang bukti.
2. Pemeriksaan luar

 Bau.
 Segera.
 Lebam Mayat
 Perubahan Warna Kulit
 Rambut
 Kuku
 Pakaian
 Sklera
Pengambilan sampel pada
pemeriksaan toksologi forensik
 Secara umum sampel yang harus diambil adalah:

1. Lambung dan isinya


2. Seluruh usus dan isinya
3. Darah:

- Jantung sebelah kanan dan sebelah kiri masing-


masing sebnayak 50 ml secara terpisah. Tepi
sebanyak 30-50 ml, diambil dari vena iliaka komunis

- Korban hidup: darah diambil 2 sampel, masing-


masing 5 ml, yang pertama diberi pengawet NaF 1%
dan yang lain tanpa pengawet.
4. Hati , diambil sebanyak 500 gram.
5. Ginjal, diambil keduanya yaitu pada kasus
keracunan logam berat khususnya atau bila urine
tidak tersedia.
6. Otak, diambil 500 gram
7.Urine, diambil seluruhnya. khususnya pada tes
penyaring untuk keracunan narkotika, alkohol dan
stimulan.
8. Empedu, diambil karena tempat ekskresi
berbagai racun.

Pada kasus khusus dapat diambil: jaringan sekitar


suntikan, jaringan otot, lemak di bawah kulit
dinding perut, rambut, kuku dan cairan otak.
Definisi Arsen
merupakan logam berat dengan valensi 3
atau 5, dan berwarna metal (steel-grey).
Arsenik merupakan logam berat dengan
nomor atom 33, berat atom 74.91.

Senyawa arsen didalam alam berada


dalam 3 bentuk Arsen trichlorida (AsCl3)
berupa cairan berminyak, Arsen trioksida
(As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan
berupa gas arsine (AsH3). Pada umumnya
arsen tidak berbau, tetapi beberapa
senyawanya dapat mengeluarkan bau
bawang putih.
Racun arsen pada umumnya mudah larut
dalam air, khususnya dalam air panas.
Karakteristik Arsen
 Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang
ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk
senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Arsen
secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan
fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti
dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika
dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida
arsen, yang berbau seperti bau bawang putih.

 Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat


langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas
tanpa menjadi cairan terlebih dahulu.
Sumber Pencemaran Oleh Arsen
Keberadaan arsen di alam (meliputi
keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara,
air dan biota), produksi arsen di dalam industri,
penggunaan dan sumber pencemaran arsen di
lingkungan.
1. Keberadaan Arsen di Alam
- Batuan (Tanah) dan Sedimen
- Udara
- Air
- Biota
2. Produksi dalam industri :
Arsen trivalen adalah basis utama
industri kimia arsen dan merupakan produk
samping dalam pelelehan bijih tembaga dan
timah hitam.

3. Penggunaan senyawa arsen :


Di dalam pertanian, senyawa timah
arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium
arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen
organik digunakan sebagai pestisida.
Mekanisme Terjadinya Toksisitas Arsen
 Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh
melalui 3 cara, yaitu
-Peroral
-inhalasi, dan
-absorpsi melalui kulit/mukosa membran.

 Senyawa arsen yang paling sering digunakan


untuk meracuni orang adalah Arsen trioksida (As2O3).
Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek
racun pada protoplasma sel tubuh manusia.
 Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh
manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara
cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah.

 Arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH).


Karena adanya protein yang juga mengandung
gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang
meneyebkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku
dan tulang. Karena eratnya As bergabung dengan
gugus -SH, maka arsen masih dapat terdeteksi
dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.
Gejala Keracunan Arsen
1. Toksisitas Akut
 Rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan
sakit perut yang sangat.
 Bau napas seperti bawang putih,
 Diare profus
 Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah
dengan ditemukannya gejala rambut rontok  kebotakan
(alopesia)
 Tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan
kelumpuhan anggota gerak bagian atas dan bawah dan
reflex menurun.
2. Toksisitas kronis

 Terjadinya toksisitas kronis biasanya


melibatkan sejumlah populasi penduduk
yang tinggal dalam suatu kawasan
pencemaran lingkungan oleh arsen dari
limbah industri pestisida, pabrik kertas,
dan sebagainya.

 Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai


8 minggu sejak penderita mulai
mengonsumsi air yang terkontaminasi
tersebut.
 Gejala yang jelas terlihat adalah adanya
kelainan pada kulit dan kuku, dijumpai
adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi,
dermatitis dengan terkelupasnya kulit
dan adanya warna putih pada
persambungan kulit dan kuku.
Penatalaksanaan Keracunan Arsen
 Pertolongan Pertama

1. Terhirup
Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan.

2. Kontak dengan kulit


Segera lepaskan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen.

3. Kontak dengan mata


Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan
garam normal (NaCl 0,9%), selama 30 menit, atau sekurangnya satu
liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata
atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang
tertinggal.

4. Tertelan
 Segera datang ke pelayanan kesehatan setempat. Jangan
merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak
sadar/pingsan.
 Stabilisasi

1. Penatalaksanaan jalan nafas (Airway), yaitu


membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran
udara.

2. Penatalaksanaan fungsi pernafasan (Breathing)


untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernafasan buatan untuk menjamin
cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon
dioksida.

3. Penatalaksanaan sirkulasi (Circulation), bertujuan


mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

4. Jika ada kejang beri diazepam dengan dosis:


Dewasa 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik
atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang
setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinu
sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak 200-
300 μg/kg BB
 Dekontaminasi
 Antidotum
1. Dekontaminasi mata Bilas Dimercaprol (BAL, British anti-
dengan air mengalir atau
larutan NaCl 0,9% Lewisite). Dosis inisial 3-5 mg/kg
intra muskular dalam (deep
2. Dekontaminasi kulit (termasuk intramuscular injection) tiap 4-6
kuku dan rambut) cuci kulit jam.
bagian terkena, dan lepaskan
semua pakaian & aksesoris di
tubuh yang memicu

3. Dekontaminasi saluran cerna


jika pasien sadar berikan norit
& dapat dipertimbangkan bilas
lambung jika bahan yg tertelan
dalam jumlah sedang sampai
banyak.
Temuan Otopsi
 Pada pemeriksaan luar akan ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
 pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda iritasi
lambung, mukosa berwarna kemerahan terkadang terdapat
perdarahan (flea bitten apperenace).
 Pada jantung ditemukan tanda-tanda perdarahan sub-
endokard pada septum.
 Histpatologik menunjukkan adanya infiltrasi sel-sel radang
bulat ke miokard. Sedangkan organ lain dapat ditemukan
edema
 Korban mati akibat keracunan akut maka didapati ikterus,
anemia hemolitik, tanda-tanda kerusakan ginjal berupa
degenerasi lemak
Korban keracunan arsenic kronis didapati
keadaan kurang gizi, kulit hiperpigmentasi dan
hyperkeratosis, pada kuku tampak garis-garis
warna putih (mee’s line).
Pemeriksaan toksikologinya 10 cc darah + 10 cc
HCL pekat, kemudian celupkan tembaga ke
dalam larutan tersebut. Jika posotif ada arsen
maka akan tampak warna kehitaman hingga abu-
abu pada batang tembaga tersebut.
Adanya sejumlah besar arsenic dalam organ
akan memungkinkan lambatnya pembusukan
mayat.
 Mengenai keracunan itu sendiri dalam KUHAP
diatur dalam pasal 133 (1), yang berbunyi, ”Dalam
hal penyidik untuk kepentingan peradilan mengenai
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati
yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau ahli lainnya”.
Kesimpulan
1. Arsen merupakan logam berat dengan
valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-
grey). Arsenik merupakan logam berat
dengan nomor atom 33, berat atom 74.91.

2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat


bervariasi. Bentuk organik tampaknya
memiliki toksisitas yang lebih rendah
daripada bentuk arsenik anorganik.

3. Cara pencegahan paparan arsen dengan


menggunakan alat proteksi diri dan
melakukan surveilance medis.
TERIMAKASIH

You might also like