Professional Documents
Culture Documents
PIDANA
1. Pendahuluan:
a. pengertian Hukum Pidana
b. Fungsi Hukum Pidana
c. Ilmu Hukum Pidana
d. Sumber Hukum Pidana
2. Asas –Asas Berlakunya Hukum Pidana
a. asas legalitas (berlakunya menurut waktu)
b. asas berlakunya Hk. Pidana menurut
tempat;
3. Tindak Pidana (TP)
a. Pengertian TP;
b. Unsur-Unsur TP;
c. Jenis TP; Subjek TP.; Kausalitas;
d. Sifat melawan hukum
Pengertian Hukum Pidana:
aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatan
yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang
berupa pidana ( Mezger – Sudarto)
1. Ius Poenale:
Sama dengan di atas
2. Ius Puniendi:
Dalam arti luas: hak dari negara atau alat-alat perleng-\
Kapan negara untuk mengenakan atau mengancam
Pidana terhadap perbuatan tertentu
Dalam arti sempit: hak untuk menuntut perkara-perkara
Pidana menjatuhkan pidana, hak melaksanakan pidana,
Yaitu hak-hak yang dimiliki oleh badan-badan peradilan.2
Jenis-jenis Hukum Pidana
Peraturan undang-undang
Tindak pidana harus Harus ada sebelum terja-
Dirumuskan dalam s Dinya tindak pidana
Suatu peraturan UU (lex temporis delictie)
Di Inggris, yang
Diterapkan adalah Di Swedia, yang
Uu pada waktu Diterapkan adalah
Delik dilakukan Uu yang baru
Kapan dikatakan ada perubahan ?
1. Menurut Ajaran Formiel: “ada perubahan
apabila ada perubahan teks dari undang-
undang pidana.
2. Menurut ajaran Materiel Terbatas: “ada peru-
bahan apabila ada perubahan keyakinan dalam
hukum pidana;
3. Menurut ajaran Materiel tak terbatas:” setiap
perubahan dalam perundang-undangan digu-
nakan untuk keuntungan terdakwa.
4. Perubahan perundang-undangan tidak berlaku
bagi ketentuan yang sifatnya sementara.
Kapan peraturan dikatakan
menguntungkan terdakwa?
• Asas Teritorial;
• Asas Personalitas;
• Asas Perlindungan;
• Asas Universal.
1. Asas Teritorial
a. Dasar Ketentuan: Pasal 2 KUHP
“ aturan pidana dalam undang-undang
Indonesia berlaku bagi setiap orang
yang melakukan suatu tindak pidana di
wilayah Indonesia”.
b. Setiap Orang:
1) WNI, 2) WNA
c. Wilayah Indonesia:
1) Darat; 2) Laut; 3) Udara; 4) kapal laut
Indonesia; 5) kapal udara Indonesia.
Asas teritorial dalam RUU KUHP
Pasal 3 RUU:
“Ketentuan pidana Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang melakukan :
a. t.p. di wilayah Negara RI;
b. T.p. dalam kapal atau pesawat undara RI
c. T.p. di bidang teknologi informasi yang
akibatnya dirasakan atau terjadi di
wilayah Indonesia dan dalam kapal atau
pesawat udara RI.
4. Asas Universal
1. Hukum pidana berlaku:
a. siapa saja
b. di dalam atau diluar negeri;
c. melakukan TP yang menyangkut ke-
pentingan internasional
2. Masalah Locus delicti
a. Ajaran perbuatan Materiel
b. Teori Instrumen (bekerjanya alat)
c. Teori akibat.
2. Asas Personalitas
(Nasional Aktif)
a. Pengertian : Pasal 5 KUHP
“ aturan hukum pidana Indonesia berlaku
bagi setiap warga negara Indonesia yang
melakukan tindak pidana di luar negeri”.
b. Tindak pidana tersebut: keamanan nega-
ra; martabat presiden; penghasutan, bigami dan
perampokan; dan t.p. sebagai kejahatan, yang
di negara asing diancam pidana.
c. Setiap WNI, yang melakukan TP tersebut, di
luar negeri, maka berlaku KUHP Indonesia.
d. Tidak boleh dijatuhi pidana mati, jika di negara
asing tidak diancam pidana mati.
Asas Personalitas
(Nasional Aktif) dalam RUU KUHP
Syarat Pemidanaan
ORANG YANG
MELAKUKAN TUJUAN
TINDAK PIDANA (DADER) PIDANA
DAAD UNSUR SUBJEKTIF
(UNSUR OBJEKTIF)
PERAN
KORBAN
(VIKTIM)
KESALAHAN,
Tiada Pidana Tanpa kesalahan,
Geen staf zonder schuld
Ketentuan kemampuan
Bertanggung jawab
Dalam KUHP
Keadaan Mabok ?
1. Dibuat mabok oleh orang lain;
2. Mabok sendiri.
3. Di Indonesia, meminum minuman keras / alkohol bukan sebagai
kebiasaan yang dapat diterima.
Apabila ada keragu-raguan
Tentang
Kemampuan bertanggung jawab
Tidak mudah untuk menentukan batas yang tegas antara mampu dan
tak mampu bertanggung jawab. Orang yang dinyatakan sakit
maka diputus untuk dimasukkan RS jiwa., untuk diobati.
2.Kesengajaan
(dolus, intent. Opzet.)
1. Kesengajaan
dengan mak-
sud (dolus
directus) Kesengajaan sadar
2. Merupakan kepastian
kesengajaan 1.Dalam hal ini ada 2
sederhana, yai- akibat, yaitu akibat
tu bertujuan un- yang dikehendaki dan
tuk menimbul- akibat yang pasti ter-
kan akibat yang jadi , Kesengajaan dengan
pasti terjadi. 2. Akibat yang lain tetap Sadar kemungkinan
dipertanggung jawab- 1. Ada hal-hal yang
kan kepada pelaku. mungkin akan terjadi
3. kasus :Periustiwa ka- maka hal itu menjadi
pal Thomas dari tanggung jawab pe-
Bremerhaven laku.
2. Contoh : kasus pengi-
riman roti beracun dari
Hoorn.
Apakah untuk adanya kesengajaan si pembuat
harus menyadari bahwa perbuatannya itu
dilarang (bersifat melawan hukum) ?
Ada 2 pendapat
Kesengajaan
Sifat kesengajaan Tidak
Itu berwarna berwarna
1. Kesesatan mengenai
Peristiwanya;
2kesesatan mengenai
hukumnya Aberatio Ictus:
A menembak B, tapi
Mengelak maka kena C.
Jadi :
1. Error in objecto: 1. Percobaan pembu-
Objek sama tidak nuhan terhadap B
menguntungkan pelaku 2. Menyebabkan ma-
Objek lain, maka me- tinya C.
nguntungkan pelaku
2. Error in persona: tak
tak ada artinya, tetap
dipidana.
Macam-macam Kesengajaan
1. Dolus Premoditatus;
2. Dolus determinatus,
indeterminatus;
3. Dolus alternativus;’
4. Dolus indirektus,
versari in re illicita;
5. Dolus directus;
6. Dolus generalis;
1. Dolus premeditatus: kesengajaan dengan rencana
lebih dahulu;
2. Dolus determinatus : kesengajaan dengan tertuju
yang sudah pasti;
3. Dolus indeterminatus: kesengajaan yang tidak tertuju
pada hal tertentu: misal : menembak segerombolan
orang;
4. Dolus alternativus: sengaja tertuju pada A atau B .
5. Dolus indirectus , Versari in re illicita : akibat-akibat lain
termasuk yang dikehendaki pula;
6. Dolus generalis: sengaja berbuat serangkaian
perbuatan (mencekik, memukul, melempar ke sungai).
7. Dolus directus: sengaja yang ditujukan kepada
perbuatan, dan akibatnya
KEALPAAN
(CULPA, NALATIGHEID, RECKLENESS,NEGLIGENCE,
SEMBRONO, TELEDOR)
1. Pengertian :
a. Hazewinkel – Suringa: kealpaan sebagai: kekurang
penduga-duga atau kekurangan penghati-hati;
b. Van Hamel: kealpaan mengandung dua syarat:
tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana
diharuskan oleh hukum. Tidak nengadakan penghati-
hati sebagaimana diharuskan oleh hukm
c. simons: kealpaan mengandung dua unsur: tidak
adanya penghati-hati, di samping dapat diduganya
akibat.
d. Pompe: ada 3 macam yang masuk kealpaan: dapat
mengirakan timbulnya akibat; mengetahui akan
adanya kemungkinan; dapat mengetahui adanya
kemungkinan.
2. Menetapkan adanya kealpaan?
a. ditetapkan secara normatic, dan tuidak secara
psikologis
b. Haruslah ditetapkan dari luar bagaimana
seharusnya ia berbuat dengan mengambil ukuran
sikap batin orang lain pada umumnya apabila dalam
situasi yg
sama apabila ada situasi dan kondisi baik yang sama.
Hakimlah yang harus menilai sesuatu pertbuatan in
concreto”, dengan ukuran norma penghati atau
penduga-duga, seraja memperhitungkan keadaan
pribagi si pelaku,
c. dapat menggunakan ukuran apakah ia kewajiban
untuk berbuat lain, dengan kewajiban yang telah
ditentukan undang-undang atau dari luar undang-
undang.
JENIS-JENIS KEALPAAN
KEALPAAN
TIDAK
KEALPAAN DISADARI
DISADARI
1. Alasan penghapus
1Alasan dlmDiri pelaku Pidana umum (KUHP)
2. Alasan di luar diri 2. Alasan Penghapus
pelaku Yang khusus (diluar KUHP)
Pembagian menurut
Doktrin
1. Alasan Pembenar
2. Alasan Pemaaf
Alasan-alasan penghapus pidana
Di dalam diri orang
Alasan Pemaaf
1. Pasal 44 KUHP
2. Pasal 48 KUHP
3. Pasal 49 ayat (2) KUHP
4. Pasal 51 ayat (2) KUHP
ALASAN PENGHAPUS PIDANA
DALAM KUHP
PASAL 44 KUHP
• PASAL 44 KUHP: alasan-alasan seseorang tidak
dipidana dengan alasan :
1) kurang sempurna akal/jiwanya;
2) terganggu karena penyakit.
2. Pada umumnya orang dianggap normal, kecuali kalau
ada tanda-tanda tidak normal, maka baru diperiksa.
3. Orang yang jiwanya tidak sehat, tidak berarti tidak
berbahaya bagi orang lain, maka hakim diberi
wewenang agar orang tersebut diperintahkan
dimasukkan ke RS jiwa, dan yang menyatakan sembuh
adalah dokter jiwa bukan hakim. (Pasal 44 (2)).
PASAL 48 KUHP
(DAYA PAKSA, OVERMACHT)
• Pasal 50 mengatur:
“‘Tidak dipidana seseorang yang melakukan
perbuatan untuk melaksanakan peraturan
undang-undang;
• Ukuran perintah itu sah: ialah bila perintah itu berdasarkan tugas,
wewenang, atau kewajiban yang didasarkan pada suatu peraturan.
• Antara orang yang diperintah dan orang yang memerintah harus ada
hubungan jabatan dan harus ada hubungan sub –ordinasi.
• Syarat-syarat:
1. Jika ia mengira dengan itikad baik /jujur bahwa
perintah itu sah;
2. perintah itu terletak dalam lingkungan wewenang dari
orang yang diperintah.
3. Melakukan Perintah jabatan yang tidak sah termasuk
alasan Pemaaf.
Alasan Penghapus Pidana di luar
undang-undang.
1. Hak dari guru. Orang tua untuk menertibkan anak-
anak , anak didiknya ;
2. Hak yang timbul dari pekerjaan (beroeprecht) seorang
dokter, bidan, penyelidik ilmiah;
3. Ijin atau persutujuan dengan orang yang dirugikan
(consent of the victim);
4. Mewakili urusan orang lain (zaakwaarneming);
5. Tidak adanya unsur sifat melawan hukum yang
materiel (arrest dokter hewan);
6. Tidak adanya kesalahan sama sekali (arrest susu dan
air)
Alasan Penghapus Penuntutan
1. Yang dimaksud dengan alasan penghapus penuntutan
yaitu suatu keadaan dimana ketentuan pidana tidak
boleh diterapkan, sehingga jaksa tidak boleh menuntut
si pembuat.