You are on page 1of 6

ASUHAN

KEPERAWATAN
CKB

KELOMPOK 3 - A.1 /
SEMESTER V1I

BAIQ RIA SYAFRAINI


MARETA SUCI LISTARI
DEFINISI ETIOLOGI
Cedera kepala berat adalah cedera Menurut Hudak dan Gallo
dengan skala koma glasgow 3 – 8 mendeskripsikan bahwa
atau dalam keadaan koma (Mansjoer, penyebab cidera kepala adalah
A,dkk, 2001 : 3). karena adanya trauma
rudapaksa yang dibedakan
Cedera kepala berat adalah cedera menjadi 2 faktor yaitu:
kepala dimana otak mengalami memar
dengan kemungkinan adanya daerah 1. Trauma Primer : Terjadi
hemoragi , pasien berada pada periode karena benturan langsung
tidak sadarkan diri (Smeltzer, S.C & atau tidak langsung
Bare, B.C, 2002 : 2212). (akselarasi dan deselerasi).

Dari berbagai pengertian di atas dapat 2. Trauma Sekunder : Terjadi


disimpulkan bahwa cedera kepala berat akibat dari trauma saraf
adalah cedera dengan skala koma (melalui, akson) yang
glasgow 3 – 8, dimana otak meluas, hipertensi
mengalami memar dengan kemungkinan intrakranial, hipoksia,
adanya perdarahan di dalam jaringan hiperkapnea, atau hipotensi
otak tanpa adanya robekan meskipun siskemik.
neuron-neuron terputus
TANDA DAN GEJALA PATOFISIOLOGI

Gejala dari cedera kepala berat


adalah pasien terbaring, Trauma pada kepala menyebabkan
kehilangan gerakan, denyut nadi tengkorak beserta isinya bergetar,
lemah, pernapasan dangkal, kulit kerusakan yang terjadi tergantung
dingin dan pucat, defekasi dan pada besarnya getaran makin besar
berkemih tanpa disadari, tekanan getaran makin besar kerusakan yang
darah dan suhu subnormal ( timbul, getaran dari benturan akan
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2000 : diteruskan menuju Galia
2212 ) Aponeurotika sehingga banyak energi
yang diserap oleh perlindungan otak,
Tanda-tanda cedera kepala berat : hal itu menyebabkan pembuluh darah
depresi, latergi. muntah (mungkin robek sehingga akan menyebabkan
proyektif). ataksia atau cara haematoma epidural, subdura maupun
berjalan tidak tetap, gangguan intracranial, perdarahan tersebut juga
menelan, perubahan kesadaran akan mempengaruhi pada sirkulasi
sampai koma, cidera orthopedic, darah ke otak menurun sehingga
kehilangan tonus otot, perubahan suplai oksigen berkurang dan terjadi
status mental, cemas, delirium hipoksia jaringan akan menyebabkan
(suatu kondisi dimana kesadaran edema cerebral.
menjadi kabur dandisertai ilusi
atau halusinasi),
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan/X-Ray untuk mengidentifikasi adanya hemorragic,
ukuran ventrikuler, infark pada jaringan mati. Mengetahui
adanya edema serebral, perdarahan intracranial, dan untuk
mengetahui adanya fraktur pada tulang tengkorak.

2. MRI (Magnetic Resonan Imaging) berguna sebagai penginderaan


yang mempergunakan gelombang elektomagnetik.

3. Laboratorium kimia darah untuk mengetahui ketidakseimbangan


elektrolit.
4. Angiografi serebral untuk menunjukkan kelainan sirkulasi
serebral

5. EEG (Elektroensefalogram) untuk memperlihatkan keberadaan


atau berkembangnya gelombang patologis.

6. BAER (Brain Auditory Evoked Respons) untuk menentukan


fungsi korteks dan batang otak.

7. PET (Positron Emission Tomography) untuk menunjukkan


perubahan aktivitas metabolisme pada otak.
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Keperawatan
1. Menjamin kelancaran jalan
nafas dan control vertebra
Secara umum penatalaksanaan cervicalis
therapeutic pasien cedera kepala 2. Menjaga saluran nafas tetap
berat adalah dengan : bersih, bebas dari secret
1. Observasi 24 jam. 3. Mempertahankan sirkulasi stabil
2. Jika pasien masih muntah 4. Melakukan observasi tingkat
sementara di puasakan kesadaran dan tanda tanda vital
terlebih dahulu. 5. Menjaga intake cairan elektrolit
3. Berikan terapi intervena bila dan nutrisi
ada indikasi. 6. Menjaga kebersihan kulit untuk
4. Tirah baring. mencegah terjadinya decubitus
5. Pemberian obat – obatan 7. Mengelola pemberian obat
analgetik. sesuai program
6. Pembedahan bila ada indikasi.
KOMPLIKASI

1. Kebocoran cairan cerebrospinal, dapat disebabkan oleh


rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2 – 6 % pasien
dengan cidera kepala tertutup.
2. Fistel Karotis-Kavernosusu, ditandai oleh trias gejala:
eksolftalmos, kemosisi dan bruit orbital dapat timbul segera
atau beberapa hari setelah cidera.
3. Diabetes Inspicidus, dapat disebabkan oleh kerusakan
traumatik pada tangkai hipofisis, menyebabkan penghentian
sekresi hormon antidiuretik.
4. Kejang Pascatrauma, dapat terjadi segera (dalam 24 jam
pertama), dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu
minggu).
5. Pneumonia, radang paru-paru disertai eksudasi dan
konsolidasi.
6. Meningitis Ventrikulitis
7. Perdarahan gastrointestinal
8. Sepsis asam negatif

You might also like