You are on page 1of 15

ULKUS KORNEA

PENATALAKSANAAN
• Tidak boleh dibebat
• Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
• Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma
sekunder
• Debridement sangat membantu penyembuhan
• Indikasi rawat :
- ancaman terjadinya perforasi
- pasien tidak dapat memberi obat sendiri
- tidak terdapat reaksi obat
- perlunya obat sistemik.
MEDIKAMENTOSA
• Siklopegik topikal (Atropin 1% 2 – 3 kali/hari;
Skopolamin 0,25 %)
• Tujuannya :
– mengistirahatkan iris dan corpus siliar, sehingga
dapat mengurangi rasa sakit dan lakrimasi
– menghambat timbulnya reaksi radang pada
traktus uvealis, sehingga perjalanan penyakit ke
bagian mata yang lebih dalam dapat dicegah.
MEDIKAMENTOSA
• Antibiotik/antijamur /antiviral yang sesuai
dengan agen penyebab (topikal,
subkonjungtiva) :
- bakteri ; spektrum luas
- jamur :
Amphoterisin B 1,0 – 2,5 mg / ml
Thimerosal 10 mg / ml
Natamycin (Piramycin 2,5 – 5 %)
- virus : Idoxuridine, Vidarabine, Acyclovir
MEDIKAMENTOSA
• Steroid, untuk menenangkan inflamasi yang terjadi.
Sediaan steroid biasanya digabungkan dengan sediaan
antibiotik.
• Vitamin A, dosis tinggi untuk keratomalacia
• Debridement, untuk membersihkan debris, eksudat
dan sisa – sisa ulkus yang terdapat pada kornea
dengan menggunakan aplikator kapas steril atau
spatula
• Keratoplasti atau pembedahan
Indikasi :
- dengan pengobatan tidak sembuh
- terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan
HIPERMETROPI
• Hipermetropia merupakan keadaan dimana
kekuatan pembiasan sinar pada mata tidak
cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada
bintik kuning (macula lutea), sehingga mata
menfokuskan sinar di belakang retina.
ETIOLOGI
1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial
merupakan kelainan refraksi akibat bola mata
pendek atau sumbu anteroposterior yang
pendek.
2. Hipermetropia kurvatur , dimana kelengkungan
kornea atau lensa kurang sehingga bayangan
difokuskan di belakang retina.
3. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat
indeks bias yang kurang pada sistem optic mata,
misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai
indeks refraksi yang berkurang.
KLASIFIKASI
1. Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang
dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal. Terdiri
atas hipermetropia absolut ditambah dengan
hipermetropia fakultatif.
a) Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi
tidak dapat diimbangi dengan akomodasi dan
memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
b) Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan
hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi
ataupun dengan kacamata positif.
KLASIFIKASI
2. Hipermetropia laten, di mana kelainan
hipermetropia tanpa siklopegi (atau dengan
obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi
seluruhnya dengan akomodasi.
- Hipermetropia laten diukur bila diberikan
siklopegia.
- Hipermetropia laten merupakan selisih antara
hipermetropia total dan manifes yang
menunjukkan kekuatan tonus dari mm.siliaris.
KLASIFIKASI
3. Hipermetropia total ialah hipermetropia
yang ukurannya didapat sesudah
diberikan siklopegia.
- Hasil pengukuran lensa sesudah diberikan
siklopegia (hipermetropia total) lebih besar
daripada hipermetropia manifes.
CONTOH
Contoh :
Pasien usia 25 th, tajam penglihatan 6/20
- Dikoreksi dengan sferis +2.00 6/6
- Dikoreksi dengan sferis + 2.50 6/6
- Dikoreksi dengan siklopegia, sferis + 5.00 6/6
Maka,
- Hipermetropia absolut sferis + 2.00
- Hipermetropia manifes sferis + 2.50
- Hipermetropia fakultatif sferis (+2.50)-(+2.00)= +0.50
- Hipermetropia laten sferis +5.00 – (+2.50)= +2.50
GEJALA DAN TANDA
Gejala subjektif terdiri dari :
• Penglihatan dekat kabur, kecuali pada
hipermetrop tinggi atau pada usia tua,
penglihatan jauh juga terganggu
• Astenopia akomodatif dengan gejala sakit sekitar
mata, sakit kepala, konjungtiva merah, lakrimasi,
fotofobia ringan, mata terasa panas dan berat,
mengantuk. Gejala biasanya timbul setelah
melakukan pekerjaan dekat seperti menulis,
membaca, dan sebagainya
GEJALA DAN TANDA
Gejala objektif terdiri dari :
• Bilik mata depan dangkal karena akomodasi
terus menerus sehingga menimbulkan
hipertrofi otot siliaris yang disertai
terdorongnya iris ke depan
• Pupil miosis karena berakomodasi.
• Pseudopapilitis (pseudoneuritis) karena
hiperemis papil N.II akibat akomodasi terus
menerus sehingga seolah-olah meradang

You might also like