Professional Documents
Culture Documents
JIWA
Isolasi Sosial
DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan samasekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Yosep, 2013)
Perilaku menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain ( Rawlins,1993 ).
Menurut Rasmun (2001) mengatakan
bahwa reaksi yang ditampilkan pada
perilaku menarik diri dapat berupa reaksi
fisik yang ditunjukkan dengan individu
menghindar dari stressor dan reaksi
psikologis yang ditunjukkan dengan
perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan
Teori menarik diri
Teori biologis: yaitu otak dg struktur yang
abnormal pada otak seperti akrofi otak,
perubahan ukuran, dan bentuk-bentuk sel
dalam limbik dan kortikal. Hal ini terkait
dengan teori neuro biologik pada
skizofrenia dimana penyakit ini merupakan
gangguan perkembangan neuro yang mana
bagian otak tidak berkembang secara wajar
atau fungsinnya tidak adekuat.
Model konsep psikoanalisa : Model ini
dikembangkan pertama kali oleh Sigmund
Freud. Model psikoanalisa bertitik tolak
pada id, ego, super ego dan mekanisme
pertahanan ego. Menurut model ini
gangguan jiwa terjadi sebagai akibat dari
pertahanan ego tidak dapat mengendalikan
ansietas.
Model interpersonal
Pertama kali dikembangkan oleh Sullivan
dan Peplau : Memperkenalkan self sistem.
- Bad me
- Good me
- Not me
Tahap perkembangan Tugas
Masa bayi : Menetapkan landasan percaya
Masa bermain : Mengembangkan otonomi
dan awal perilaku mandiri
Masa pra sekolah : Belajar menunjukkan
inisiatif dan rasa tanggung jawab dan hati
nurani
Masa sekolah : Belajar berkompetisi,
bekerja sama dan berkompromi
Masa pra remaja : : Menjadi intim dengan teman
sejenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan lawan jenis
kelamin dan tidak tergantung pada orang tua
Masa dewasa muda : Menjadi saling tergantung
dengan orang tua, teman, menikah dan
mempunyai anak
Masa tengah baya : Belajar menerima
Masa dewasa : Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan dengan
budaya
Stuart Sundeen : Rentang respon
Respon
Respon adaptif Merasa Sendiri, Maladaptif :
:Menyendiri, Depedensi, Menarik diri,
Otonomi,
Bekerjsama,
Curiga Ketergantungan,
Manipulasi,
Interdependen
curiga
Pengkajian :
Gejala subjek
Gejala objektif
Tanda-tanda menarik diri :
Aspek fisik :
Makan dan minum kurang
Tidur kurang atau terganggu
Penampilan diri kurang
Keberanian kurang
Aspek emosi :
Bicara tidak jelas, merengek, menangis
seperti anak kecil
Merasa malu, bersalah
Mudah panik dan tiba-tiba marah
Aspek sosial
Duduk menyendiri
Selalu tunduk
Tampak melamun
Tidak peduli lingkungan
Menghindar dari orang lain
Tergantung dari orang lain
Aspek intelektual
Putus asa
Merasa sendiri
Kurang percaya diri
Predisposisi
Inevective Lack of
Development
Coping Task
Stressor
Pattern of Internal
parenting and
Harga Diri external
Rendah
Kronis
Faktor biologis
Genetik, kembar monozigot salah satu
menderita skizofrenia 58 %
Atrofi otak
Pembesaran ventrikel
Penurunan berat serta volume otak
Faktor sosial budaya
Kemiskinan
Keluarga yang tidak stabil
Pendidikan yang tidak adekuat
Presipitasi
Penolakan
Kehilangan
Kegagalan
Kurang reinforcement positif
Kerusakan komunikasi keluarga
Kurang support system dari keluarga
Perceraian, kegagalan
DIAGNOSA KEP (NANDA)
1. Resiko terjadi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri
2. Koping keluarga inefektif
3. Koping indifidu inefektif
4. Kesepian berhubungan dengan menarik diri
5. Perubahan proses berfikir
6. Isolasi sosial berhubungan dengan kemampuan hubungan sosial inadekuat
7. Ganggiuan persepsi (harga diri rendah) berhubungan dengan persepsi keluarga
nonrealistik dalam berhubungan.
8. Menarik diri berhubungan dengan waham curiga.
9. Kebersihan diri kurang berhubungan dengan kurang energi
10. Gangguan hubungan sosial berhubungan dengan kurangnya perhatian terhadap
lingkungan.
11. Menurunya aktivitas motorik berhubungan kurangnya perhatian terhadap lingkungan.
12. Potensial defisit cairan berhubungan dengan tidak mau merawat diri.
13. Gangguan komunikasi verbal
14. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan menarik diri
Tindakan
Membina Hub saling percaya
Membantu klien menyadar perilaku isos
Melatih klien cara2 berinteraksi secara bertahap
Diskusikan dg klien ttg kelebihan dan kekurangan diri
Inventarisir kelebihan utk motivasi
Ajarkan mekanisme konstruktif
Libatkan klien dan kelg dalam menyusun intervensi
Diskusikan pentingnya dukungan kelg
Eksplorasi kegamaan klien
Komter Isos
Orientasi (Perkenalan):• “Selamat pagi ”•
“Saya H ……….., Saya senang dipanggil
Ibu Her …………, Saya perawat di
Puskesmas … yang akan merawat Ibu.”•
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil
siapa?”• “Apa keluhan S hari ini?”
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang keluarga dan teman-teman S? Mau
dimana kita bercakap-cakap?
• Kerja:• (Jika pasien baru)• ”Siapa saja yang
tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan
S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S?
Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap
dengannya?”• (Jika pasien sudah lama dirawat)•
”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O..
S merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal di
ruangan ini”• “Apa saja kegiatan yang biasa S
lakukan dengan teman yang S kenal?”• “Apa
yang menghambat S dalam berteman atau
bercakap-cakap dengan pasien yang lain?”
Menurut S apa saja keuntungannya kalau
kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman
apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien•
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah S belajar bergaul dengan
orang lain ?• « Bagus. Bagaimana kalau
sekarang kita belajar berkenalan dengan
orang lain”
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan
orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita
dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang
dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi
memasak”• “Selanjutnya S menanyakan
nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak siapa?
Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/
Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum
kenal dengan S. Coba berkenalan dengan
saya!”• “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi.
Bagus sekali”• “Setelah S berkenalan
dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkan S bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
• Terminasi:• ”Bagaimana perasaan S
setelah kita latihan berkenalan?”• ”S tadi
sudah mempraktekkan cara berkenalan
dengan baik sekali”• ”Selanjutnya S dapat
mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi
selama saya tidak ada. Sehingga S lebih
siap untuk berkenalan dengan orang lain. S
mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam
berapa mencobanya. Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang
kesini untuk mengajak S berkenalan
dengan teman saya, perawat N. Bagaimana,
S mau kan?”• ”Baiklah, sampai jumpa.
TERIMA KASIH …