Jika perusahaan memperoleh sahamnya sendiri dan kemudian
menjual saham itu kepada pemegang saham lain dengan harga sebesar harga perolehan, tampaknya tidak logis bila klasifikasi ekuitas pemegang saham harusterganggu hanya karena perseroan memegang saham itu. Jika saham itu dibeli dan dijual semata-mata untuk kemudahan pemegang saham, transaksi itu setara dengan penjualan saham oleh satu pemegang saham kepada yang lain.
Jika saham itu dijual oleh perseroan diatas harga perolehan
nya, selisih lebih itu merupakan pembayaran kembali modal yang ditanam diatas harga perolehan nya. Bila saham yang diperoleh kembali dijual lebih rendah daripada harga perolehannya bagi perusahaan, selisih lebih harga perolehan diatas harga jual merupakan pembayaran kembali modal yang ditanam atau distribusi laba ditahan. Konsep Transaksi Ganda Perolehan saham perusahaan sendiri diasumsikan menunjukkan kontraksi dalam struktur modal perusahaan. Jika saham itu kemudian diterbitkan kembali, penerbitan saham yang diperoleh kembali itu dipertanggungjawabkan dengan cara yang sama seperti penerbitan saham yang belum pernah diterbitkan sebelumnya.
Bila pengeluaran untuk saham yang diperoleh kembali itu
melebihi bagian pro rata dan modal disetor, selisih lebih itu dianggap sebagai distribusi laba ditahan. Inilah pandangan APB 6 untuk kasus-kasus dimana saham dibeli untuk penarikan konstruktif. APB 6 juga memperbolehkan selisih lebih harga beli diatas nilai pari. Evaluasi Atas Konsep Transaksi Tunggal dan Transaksi Ganda Yang pertama didasarkan pada premis bahwa makna (substansi) lebih penting daripada bentuk dan bahwa suatu perseroan tidak boleh memindahkan jumlah-jumlah dari laba ditahan ke modal yang ditanam hanya karena pemindahan itu terjadi untuk menangani perpindahan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang saham lainnya. Konsep transaksi ganda didasarkan pada ide bahwa ada ada sedikit perbedaan antara pembelian dan penjualan saham yang diperoleh kembali, dan perolehan serta penarikan saham yang diikuti oleh enjualan saham baru sesudahnya. Penggabungan Usaha Bila aktiva satu perusahaan diperoleh oleh perusahaan kedua sebagai dari suatu transaksi pembelian yang melibatkan pembayaran kas atau pertukaran dengan aktiva lain, aktiva yang dibeli itu biasanya dicatat dalam akun-akun perusahaan yang mengakuisisi sebesar harga perolehan nya, yang dapat diasumsikan menunjukan nilai masa kini nya. Penggabungan Usaha 1. Penggabungan yang diperlakukan sebagai pembelian • Bilamana aktiva diperoleh dalam pertukaran dengan saham modal, nilai aktiva itu diasumsikan sama dengan nilai saham yang diberikan dalam pertukaran, kecuali jika nilai masa berjalan aktiva itu dapat diperoleh dengan cara lain yang dapat diuji. Demikian pula bila semua kativa suatu perusahaan atau saham nya diperoleh dengan memberikan saham modal dalm suatu transaksi pembelian perlakuan akuntansi nya meliputi dua bagian. • Aktiva bersih dinilai menurut total nilai pasar saham yang diterbitkan dalam pertukaran itu. Total biaya itu harus dialokasikan pada aktiva-aktiva spesifik selama memungkinkan, dan setiap kelebihan harus dianggap sebagai good-will yang dibeli atau aktiva tanwujud lain nya. • Total nilai saham yang diterbtkan dikredit ke modal yang ditanam dengan kemungkinan pembagian antara modal legal dan modal diatas nilai pari atau nilai yang ditetapkan. 2. Penyatuan kepentingan • Suatu penyatuan kepentingan diasumsikan terjadi bila dua atau lebih perusahaan bergabung untuk melaksanakan fungsi-fungsi usaha mereka sebagai satu badan usaha ekonomi tunggal. • Dalam suatu penyatuhan kepentingan, perlakuan akuntansi nya meliputi dua perbedaan mendasar dari perlakuan sebagai pembelian: • Aktiva dan kewajiban beberapa perusahaan yang bergabung itu dibawa ke dalam badan usaha yang abru sebesar nilai buku masing-masing dalam akun-akun organisasi-organisasi yang terpisah sebelumnya, dengan pengecualian bahwa penyesuaian dilakukan untuk menjamin perlakuan yang seragam. • Laba ditahan beberapa perseroan itu harus dijumlahkan dalam perseroan yang bertahan atau dalam konsolidasi, kecuali unutk jumlah yang harus dipindahkan ke modal yang ditanam unutk menyajikan modal legal yang tepat. 3. Evaluasi atas pembelian dan penyatuan kepentingan
Perbedaan antara pembelian dan penyatuan
kepentingan terletak pada pemilihan dan penafsiran satuan usaha yang bertahan. Dalam pembelian, satu dari badan usaha-badan usaha yang bergabung itu yang bertahan; yang lainnya mati baik bentuk maupun jiwanya. Akan tetapi, dalam penyatuan kepentingan, perseroan yang bertahan dengan benar merupakan gabungan dari dua atau lebih badan usaha ekonomi yang terus berjalan. Penilaian Aktiva dalam Penggabungan Bila suatu penggabungan diperlakukan sebagi pembelian, aktiva bersig diperoleh sebesar harga perolehan seperti yang diukur dengan nilai pasar saham yang diberikan dalam pertukaran. Perlakukan ini benar, bukan karena patuh pada dasar biaya tradisional dalam akuntansi, tetapi itu bagi perusahaan gabungan. Jika total harga perolehan tidak dapat dialokaasikan pada aktiva tertentu sebagai bagian dari nilai kininya, selisih itu menunjukan harga perolehan goodwill yang tidak teridentifikasi atau aktiva tanwujud lainnya yang harus dilaporkan. Klasifikasi Ekuitas Pemegang Saham dalam Penggabungan Jika suatu perusahaan yang masih berdiri membeli aktiva atau saham perusahaan lain, yang dihadapi adalah situasi yang sama seperti akuisisi oleh sebuah perusahaan baru sepanjang perusahaan yang diakuisisi itu hilang identitasnya; tetapi ekuitas pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi tidak terpengaruh karena transaksi ini hanya melibatkan pertukaran aktiva( atau aktiva bersih). Laba per Saham
Rasio laba per saham mungkin merupakan
ikhtisar data akuntansi yang paling sering dipublikasikan karena dianggap mengandung informasi yang berguna dalam membuat prediksi mengenai dividen per saham di masa depan dan harga saham di masa depan. Laba per saham juga dianggap relevan dalam evaluasi atas efektivitas manajemen dan kebijakan dividen Perhitungan Jumlah Saham Perhitungan rasio laba per saham memerlukan perhitungan dengan laba bersih bagi pemegang saham biasa sebagai pembilang dan jumlah saham biasa yang terkait sebagai penyebut. Penjelasan perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Laba per saham primer
Mencakup jumlah rata-rata tertimbang saham yang
beredar selama tahun tersebut ditambah jumlah saham yang mewakili sekuritas yang dianggap sebagai setara saham biasa dan mempunyai efek dilutive. Efek dilutive diasumsikan terjadi jika angka laba per saham akan berkurang jika setara saham biasa ini dimasukkan. 2. Laba per saham yang didilusi sepenuhnya Dihitung dengan memasukkan semua sekuritas konvertibel yang berpotensi dilutif, baik yang diklasifikasikan sebagai setara saham biasa ataupun tidak. Waran dan opsi juga harus dimasukkan tetapi dampaknya mungkin berbeda dengan perhitungan laba per saham primer jika harga pasar saham biasa pada saat penutupan melebihi harga rata-rata. Perhitungan laba per saham primer maupun yang didilusi sepenuhnya tidak harus diperlihatkan jika efek setelah didilusi sepenuhnya tidak lebh besar daripada 3 persen. Perhitungan Laba Karena laba hanya berkaitan dengans sekuritas saham biasa dengan hak residual, dividen yang dibayarkan atau yang terutang untuk sekuritas- sekuritas senior harus dikurangkan dari angka laba bersih yang diperlihatkan dalam laporan laba rugi. Jika ada penambahan pada lembar saham biasa dalam penyebut untuk menunjukkan utang konvertibel yang beredar, beban bunga untuk tahun tersebut, setelah disesuaikan untuk memperhitungkan pengaruh pajak penghasilan, harus ditambahkan pada laba bersih yang dilaporkan