You are on page 1of 33

ANTIHELMENTIK

Presented by:
KELOMPOK 4
USWATUN HASANAH G 701 15 103
GHIAN RIFARDY G 701 14 063
YULIANA MAMPAWA G 701 15 178
RISKA YANTI G 701 14 206
WIDYASTUTI DARWIS G 701 15 234
ANDRIYANA A G 701 15 243
MELY OLIVIA MOKORU G 701 15 263
OKTAVIANI REZKI S. I G 701 15 268
NURUL ISMI TJANE G 701 16 051
ANGGUN FITRIANA G 701 16 141
MUH SUARMAN G 701 16 091
ANTIHELMENTIK

DEFINISI ANTIHELMENTIK

PENYEBAB PENYAKIT
CACINGAN

PATOFISIOLOGI PENYAKIT
CACINGAN

GEJALA KLINIS

TERAPI PENGOBATAN
DEFINISI ANTIHELMENTIK

• Antelmintika atau obat cacing (Yunani


anti = lawan, helmintes = cacing)
adalah obat yang dapat memusnahkan
cacing dalam tubuh manusia dan
hewan. Dalam istilah ini termasuk
semua zat yang bekerja lokal
menghalau cacing dari saluran cerna
maupun obat-obat sistemik yang
membasmi cacing serta larvanya, yang
menghinggapi organ dan jaringan tubuh
(Tjay, 2007)
Continue…….

• Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya


bersifat melumpuhkan cacing, jadi tidak
mematikannya. Guna mencegah jangan sampai
parasit menjadi aktif lagi atau sisa–sisa cacing
mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka
harus dikeluarkan secepat mungkin (Tjay dan
Rahardja, 2002:185)

• Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang


manusia yaitu nematoda, trematoda, dan cestoda.
Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik
ditujukan pada target metabolic yang terdapat
dalam parasite tetapi tidak mempengaruhi atau
berfungsi lain untuk pejamu. (Mycek,2001)

Next……
PENYEBAB

Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit


cacing merupakan penyakit rakyat umum.
Infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh
beberapa cacing sekaligus. Infeksi cacing umumnya
terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka
di kulit (cacing tambang, dan benang) atau lewat
telur (kista) atau larva cacing, yang ada dimana-
dimana di atas tanah. Cacing yang merupakan
parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok,
yakni cacing pipih dan cacing bundar.
Continue…….

• Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh


dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan
ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda).
Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen,
memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah.
Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang),
trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang)
dan trichuriasis (cacing cambuk).

• Cacing golongan nematoda tersebut menyebabkan infeksi cacing usus


(soil-transmitted helminthasis). Hidupnya berkaitan dengan perilaku
bersih dan kondisi sanitasi lingkungan. Bila terdapat anemia, penderita
harus diobati dengan sediaan yang mengandung besi. Selain itu, wanita
hamil tidak boleh minum obat cacing karena memiliki sifat teratogen
(merusak janin) yang potensial.
Next……
Continue…….

1. NEMATODA (CACING GELANG)


A. Ascaris lumbricoides
Siklus hidup
Host : manusia
Bentuk infektif pada manusia : telur cacing
• Manusia memakan makanan yang tercemar telur cacing
atau memakan sesuatu menggunakan tangan yang kotor.
• Telur cacing menetas di usus halus lalu larva berpenetrasi
melalui dinding usus untuk bermigrasi ke hati dan paru-
paru.
• Larva cacing hidup dan menjadi dewasa di usus halus.
Cacing dewasa bereproduksi menghasilkan telur.
• Telur cacing dikeluarkan melalui feses.
Next……
Continue…….

Perkembangan penyakit
• Cacing dewasa dapat menyebabkan malnutrisi dan
defisiensi vitamin A.
• Gejala lainnya meliputi demam, urtikaria, dan edema.
• Pada kasus yang jarang, asakaris yang hiperaktif dapat
bermigrasi ke tempat yang tidak biasa, sehingga
menyebabkan komplikasi parah seperti apendisitis,
penyumbatan saluran empedu, obstruksi usus, serta
perforasi usus disertai peritonitis.

Next……
Continue…….

2. CESTODA (CACING PIPIH)


– Taenia saginata
Siklus hidup
Host : manusia
Host perantara : sapi
Bentuk infektif pada manusia : cytiscercus bovis
• Cacing dewasa hidup diusus halus manusia. Telurnya dikeluarkan
melalui feses.
• Feses yang mengandung telur dapat mencemari tanah dan termakan
oleh sapi.
• Telur melepaskan oncospheres yang berpentrasi melalui dinding
usus sapi, lalu bermigrasi melalui vena mesentrik atau limfatik
menuju ke sirkulasi sistemik.
Next……
Continue…….

• Oncosphere dapat terdeposit di jaringan otot dan


berkembang menjadi cysticercus bovis dalam waktu 60-70
hari.
• Manusia memakan daging sapi yang belum matang
sempurna yang mengandung cysticercus bovis.
• Di usus halus, cysticercus bovis berkembang menjadi
dewasa dalam waktu 2-3 bulan. Cacing dewasa dapat
bertahan hidup hingga 10 tahun.

Perkembangan penyakit
Cacing dewasa menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Ketika infeksi bersifat asimptomatik, gejala yang timbul biasanya tidak
nyaman pada perut, kelelahan, diare, berat badan turun. Obstruksi intestinal,
appendisitis akut dan pankreatitis juga pernah dilaporkan terjadi.
Sistiserkosis yang menyerang berbagai organ seperti mata, otak, hati, jantung,
paru-paru, rongga perut dan saraf tulang belakang.

Next……
Continue…….

3. TREMATODA (CACING PIPIH)


– Schistosoma haematobium
Siklus hidup
Host : manusia
Host perantara : siput
Bentuk infektif pada manusia : larva cercaria

• Telur dikeluarkan melalui urin dan melepaskan miracidia


di air.
• Miracidia berenang di air dan menginfeksi host perantara
(siput), berpenetrasi kedalam jaringan dan mencapai hati.
Next……
Continue…….

• Didalam hati, miracidia melepaskan silia dan dalam


waktu 4-8 minggu berkembang menjadi sporocyt.
• Sejumlah besar cercariae dihasilkan melalui
reporduksi aseksual.
• Cercariae dilepaskan dari tubuh siput, berenang
didalam air dan menginfeksi manusia dengan cara
berpenetrasi melalui kulit.
• Setelah berpenetrasi, cercariae berkembang
menjadi schistosomulae dan memasuki vena perifer.
• Cercariae memulai migrasi panjang melalui vena
cava pada jantung bagian kanan, ke sirkulasi
pulmoner, ke jantung bagian kiri lalu ke sirkulasi
sistemik dan mencapai liver.
Next……
Continue…….

• Di vena porta intrahepatik, schistosomulae tumbuh menjadi


dewasa dan
• Bermigrasi kembali sampai mencapai vena vesical. Disana
schistosomulae mulai bertelur.
• Telur mulai muncul di urin biasanya setelah 10-12 minggu
setelah cercaria berpenetrasi melalui kulit.
• Cacing dewasa dapat hidup selama 20-30 tahun.

Next……
Continue…….

Perkembangan penyakit
• Dermatitis lokal, rasa gatal pada tempat dimana
cercaria menembus kulit (swimmer’s itch)
• Sakit kepala, kelelahan, urticaria.
• Leukositosis, eosinophilia, hati membesar.

• Obstruksi hiperplasia.
• Skistosomiasis kronis dapat menimbulkan kanker
kandung kemih.

Next……
PATOFISIOLOGI

Penyakit cacingan:
• Askariasis
• Ankilostomiasis
• Skistosomiasis
• Taeniasis
• Strongiloidiasis
• ASKARIASIS
Patofisiologi askariasis dimulai dari masuknya telur
Ascaris lumbricoides ke saluran cerna manusia. Telur
yang telah terfertilisasi akan menjadi bentuk infektif
setelah 18 hari atau beberapa minggu jika didukung oleh
lingkungan yang mendukung seperti kelembapan yang
tinggi, suhu yang hangat, dan tanah ditempat teduh. Telur
infektif jika secara tidak sengaja tertelan oleh manusia
akan masuk ke saluran pencernaan, telur menetas di
duodenum akibat stimulasi dari asam gaster dan
menghasilkan larva rhabditiform yang kemudian
bermigrasi ke sekum (usus besar).

Next……
Continue…….

Larva rhabditiform akan mempenetrasi epitelium


usus untuk mencapai pembuluh darah vena, vena
portal dan kemudian liver. Larva bermigrasi lewat
pembuluh darah vena atau sistem limfatik untuk
mencapai jantung dan paru-paru. Terkadang larva
juga bermigrasi ke ginjal atau otak. Di paru-paru
larva menembus dinding kapiler menuju rongga
alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea,
kemudian laring dan memicu batuk. Dengan
terjadinya batuk larva akan tertelan kembali ke
saluran pencernaan. Setibanya di saluran pencernaan
bagian atas larva sudah menjadi cacing dewasa (2-3
bulan). Cacing dewasa kemudian diam di jejenum
berkopulasi dan bertelur dengan masa hidup 6-24
bulan. Dan kemudian siklus terulang kembali. Next……
Continue…….

• ANKILOSTOMIASIS
Penyakit cacing tambang adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh infestasi parasit Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale. Di
Indonesia infeksi oleh N. americanus lebih sering
dijumpai dibandingkan infeksi oleh A.duodenale.
Hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini
menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis

Next……
Continue…….

• SKISTOSOMIASIS
Skistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang
disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma
(blood fluke). Terdapat tiga spesies cacing trematoda utama
yang menjadi penyebab skistosomiasis yaitu Schistosoma
japonicum, Schistosoma haematobium dan Schistosoma
mansoni. Spesies yang kurang dikenal yaitu Schistosoma
mekongi dan Schistosoma intercalatum. Di Indonesia spesies
yang paling sering ditemukan adalah Schistosoma japonicum
khususnya di daerah lembah Napu dan sekitar danau Lindu di
Sulawesi Tengah. Untuk menginfeksi manusia, Schistosoma
memerlukan keong sebagai intermediate host. Penularan
Schistosoma terjadi melalui serkaria yang berkembang dari host
dan menembus kulit pasien dalam air. Skistosomiasis terjadi
karena reaksi imunologis terhadap telur cacing yang
terperangkap dalam jaringan. Next……
Continue…….

• TAENIASIS
Taeniasis adalah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan
oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia
saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica) pada manusia.
Taenia saginata adalah cacing yang sering ditemukan di negara
yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau. Infeksi
lebih mudah terjadi bila cara memasak daging setengah matang.
Taenia solium adalah cacing pita yang ditemukan di daging babi.
Penyakit ini ditemukan pada orang yang biasa memakan daging
babi khususnya yang diolah tidak matang. Ternak babi yang
tidak dipelihara kebersihannya, dapat berperan penting dalam
penularan cacing Taenia solium. Untuk T. solium terdapat
komplikasi berbahaya yakni sistiserkosis. Sistiserkosis adalah
kista T.solium yang bisa ditemukan di seluruh organ, namun
yang paling berbahaya jika terjadi di otak.
End
Continue…….

• STRONGILOIDIASIS
Strongiloidiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan
oleh Strongyloides stercoralis, cacing yang biasanya hidup di
kawasan tropik dan subtropik. Sekitar 100 juta orang
diperkirakan terkena penyakit ini di seluruh dunia. Infeksi
cacing ini bisa menjadi sangat berat dan berbahaya pada
mereka yang dengan status imun menurun seperti pada pasien
HIV/AIDS, transplantasi organ serta pada pasien yang
mendapatkan pengobatan kortikosteroid jangka panjang.
Pada infestasi ringan Strongyloides pada umumnya tidak
menimbulkan gejala khas.

Next……
GEJALA KLINIS
• ASKARIASIS
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan
oleh cacing dewasa dan migrasi larva. Gangguan
karena larva biasanya terjadi pada saat larva berada
diparu. Pada orang yang rentan, terjadi perdarahan
kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada
paru yang disertai dengan batuk, demam, dan
eosinofilia. Pada foto thoraks tampak infiltrat yang
menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini
disebut sindroma Loeffler.

Next….
Continue…….

• ANKILOSTOMIASIS
1. Migrasi larva
Sewaktu menembus kulit, bakteri piogenik dapat terikut
masuk pada saat larva menembus kulit, menimbulkan rasa
gatal pada kulit (ground itch). Creeping eruption (cutaneous
larva migrans), umumnya disebabkan larva cacing tambang
yang berasal dari hewan seperti kucing ataupun anjing, tetapi
kadang-kadang dapat disebabkan oleh larva Necator
americanus ataupun Ancylostoma duodenale.
Sewaktu larva melewati paru, dapat terjadi pneumonitis, tetapi
tidak sesering oleh larva Ascaris lumbricoides.

Next……
Continue…….

2. Cacing dewasa
Cacing dewasa umumnya hidup di sepertiga bagian atas
usus halus dan melekat pada mukosa usus. Gejala klinis
yang sering terjadi tergantung pada berat ringannya
infeksi; makin berat infeksi manifestasi klinis yang terjadi
semakin mencolok seperti :
• Gangguan gastro-intestinal yaitu anoreksia, mual,
muntah, diare, penurunan berat badan, nyeri pada
daerah sekitar duodenum, jejunum dan ileum.
• Pada pemeriksaan laboratorium, umumnya dijumpai
anemia hipokromik mikrositik.
• Pada anak, dijumpai adanya korelasi positif antara
infeksi sedang dan berat dengan tingkat kecerdasan
anak. Next……
Continue…….

• SKISTOSOMIASIS
• Pada fase akut, pasien biasanya datang dengan keluhan demam,
nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronkitis, nyeri abdominal.
Biasanya terdapat riwayat terpapar dengan air misalnya danau atau
sungai 4-8 minggu sebelumnya, yang kemudian berkembang
menjadi ruam kemerahan (pruritic rash).
• Pada fase kronis, keluhan pasien tergantung pada letak lesi
misalnya:
• Buang air kecil darah (hematuria), rasa tak nyaman hingga nyeri
saat berkemih, disebabkan oleh urinary schistosomiasis biasanya
disebabkan oleh hematobium.
• Nyeri abdomen dan diare berdarah biasanya disebabkan oleh
intestinal skistosomiasis, biasanya disebabkan oleh mansoni, S.
Japonicum juga S. Mekongi.
• Pembesaran perut, kuning pada kulit dan mata disebabkan oleh
hepatosplenic skistosomiasis yang biasanya disebabkan oleh
Japonicum.
Next……
Continue…….

• TAENIASIS
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak khas.
Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatis).
Gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus
atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain:
• Rasa tidak enak pada lambung
• Mual
• Badan lemah
• Berat badan menurun
• Nafsu makan menurun
• Sakit kepala
• Konstipasi
• Pusing
• Pruritus ani
• Diare
Next……
Continue…

STRONGILOIDIASIS

• Rasa gatal pada kulit


• Pada infeksi sedang dapat menimbulkan gejala
seperti ditusuk-tusuk di daerah epigastrium dan
tidak menjalar
• Mual, muntah
• Diare dan konstipasi saling bergantian
Continue…
Continue…
Continue…
Continue…
Continue…
THANKYOU FOR
YOUR ATTENTION

You might also like