You are on page 1of 46

DASAR DAN PRINSIP ONKOLOGI

Kiagus Ferry Qosasi, dr


Yhoga Timur Laga, dr

Pembimbing :
dr. Kiki. A. Rizky, Sp.B(K)Onk. M.Kes. MMRS
DEFINISI
ONKOLOGI

Cabang ilmu kedokteran yang


ONKOLOGI
mempelajari penyakit akibat
(onco- + -logos)
tumor
Insidensi Kanker
FAKTOR RESIKO TERJADINYA
KANKER

1. FAKTOR LINGKUNGAN :
• Karsinogen fisik
• Karsinogen kimiawi
• Infeksi virus

2. FAKTOR GENETIK :
Onkogen yang aktif mutasi pada
tumor supresor gen.
DEFINISI
NEOPLASMA

 Neo = baru, plasma = yang dibentuk


 Neoplasma – New Growth
 Pembentukan sel baru dan abnormal terus tumbuh secara progresif
yang tidak pernah mencapai maturitas dan mampu melakukan
metastase

 Willis : massa abnormal jaringan yg pertumbuhannya berlebihan dan tidak


terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian
walau rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti

Robbins Pathologic Basic of Disease, 7ed


PERBANDINGAN TUMOR JINAK DAN
GANAS
• Tumor jinak : Tumor ganas :
• Diberikan sufiks –oma dari nama sel asal Sarkoma: jaringan mesenkim
Karsinoma: sel epitel
Adenokarsinoma: jaringan glandular

Karakterisitik Jinak Ganas


Diferensiasi/anaplasia Diferensiasi baik; struktur mungkin Tidak memperlihatkan diferensiasi
khas jaringan asal disertai anaplasia; struktur sering
tidak khas
Laju pertumbuhan Progresif dan lambat; mungkin Tidak terduga dan mungkin cepat
berhenti tumbuh; gambaran mitotik atau lambat; gambaran mitotik
jarang dan normal mungkin banyak dan abnormal
Invasi lokal Kohesif dan ekspansif; batas tegas Invasi lokal; infiltrasi jaringan
tidak menginvasi atau infiltrasi normal sekitar
jaringan normal
Metastasis Tidak ada Sering ditemukan
Gen pengatur pertumbuhan normal :
 Protoonkogen: Gen selular yang normal berasal dari sel tubuh
sendiri  proses inisiasi, mengakibatkan terjadinya proses
transformasi keganasan
 Tumor supresor gen: Gen yang berlawanan dengan kerja proto
onkogen yang berfungsi untuk menghambat pembentukan
tumor
 Gen yang mengatur kematian sel terprogram/ apoptosis
MASSA TUMOR

PROLIFERASI SEL
MENINGKAT

KEMATIAN SEL
MENURUN

ONKOGENES ↑ APOPTOSIS GENES ↓


SUPPRESSOR ANTI APOPTOSIS
GENES ↓ GENES ↑
KARSINOGENESIS
 Proses pembentukan neoplasma/tumor
 Proses kompleks  3 tahap: INISIASI, PROMOSI, PROGRESI
• INISIASI
 terpaparnya suatu sel oleh agen karsinogenik
 kerusakan DNA permanen (mutasi)
 Apabila hanya ada proses inisiasi saja 
tidak cukup menimbulkan pembentukan
tumor

• PROMOSI
Dapat menginduksi tumor dari sel yang
sebelumnya telah terinisiasi

• PROGRESI
perubahan masa jaringan monoklonal menjadi
heterogen, invasif sampai terbentuk metastase
jauh
METASTASIS

 Terjadi pada tumor ganas


 Sekumpulan proses :
 Akses ke sirkulasi
 Sel tumor survive
 Ekstravasasi ke jaringan baru
 Inisiasi pertumbuhan
 Membangun vaskularisasi
Skema Metastasis Secara Hematogen
1. Transformasi sel normal menjadi sel tumor  sel tumor
berkembang setelah transformasi sel terjadi
2. Vaskularisasi meningkat dengan sekresi dari faktor faktor
angiogenesis
3. Invasi lokal dari sel-sel tumor yang di program secara genetik
untuk masuk ke dalam saluran limfatik atau saluran pembuluh
darah
4. Pelepasan dan embolisasi sel tumor yang tunggal atau multipel
ke dalam sirkulasi
5. Sel tumor akan bertahan hidup di dalam sirkulasi
6. Sel tumor mencapai dasar kapiler dari organ jauh dengan cara
menempel pada epitel kapiler
7. Invasi ke dalam organ jauh tersebut
8. Proliferasi dari sel tumor di dalam organ jauh tersebut sebagai
hasil metastasisnya
Skema Invasi Membran Basal Epitel Oleh
Tumor

Sel tumor lepas satu sama lain, melekat ke


membran basal lewat reseptor laminin dan

Mengeluarkan enzim proteolitik, termasuk


kolagenase tipe IV dan aktivator
plasminogen

Penghancuran membran basal dan migrasi


sel
STAGING

T1, T2, T3, & T4


Ukuran lesi
primer N0, N1, N2, & N3
M0 and M1
Penyebaran
KGB
regional

Staging
Ada / tdk
ada Stadium 0 - IV
metastasis
KLASIFIKASI TNM

Dibuat untuk keseragaman persepsi,


Ekstensi
mempermudah klinisi : tumor primer
(T0-T4)
 Menentukan rencana terapi
• Ada/tidaknya pembesaran &
 Prognosis N penyebaran KGB regional (N0-
N3)

 Evaluasi terapi
• Ada/tidaknya metastasis jauh
M (M0-M1)
 Bertukar informasi mengenai kasus

yang sama dengan center lain

 Penelitian mengenai kanker


KLASIFIKASI TNM
GRADING
 Tingkat keganasan berdasarkan diferensiasi sel tumor dan jumlah
mitosis di dalam tumor.
 Diklasifikasikan menjadi grade I, II, III, atau IV  meningkatnya
anaplasia.
 Petunjuk untuk mengelompokkan tumor menurut The American Joint
Committee on Cancer
Grade
GX Grade cannot be assessed (Undetermined grade)
G1 Well-differentiated (Low grade)
G2 Moderately differentiated (intermediate grade)
G3 Poorly differentiated (high grade)
G4 Undifferentiated (High grade)

Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology. 8th Ed. 2006. Wb Saunders
Elsevier Inc.
EFEK TUMOR TERHADAP
PENJAMU
 Kaheksia kanker; penyusutan lemak tubuh dan massa tubuh non lemak
dengan kelemahan dan anoreksia dan anemia
 Sindrom paraneoplastik
 Efek sistemik non-metastatik
 10-15% kasus keganasan dan dapat sebagai keluhan utama
 Akibat substansi yang dilepaskan oleh sel tumor
 Patofisiologi belum pasti
 Dapat mematikan
 Sindrom tersering : hiperkalsemia, endokarditis trombotik
nonbakterialis
 Neoplasma tersering: kanker bronkogenik dan payudara serta
keganasan darah
PRINSIP-PRINSIP
ONKOLOGI
1. Jangan memakai anestesi infiltrasi
2. Jangan menekan massa tumor
3. Jangan menarik - narik preparat
4. Melakukan preparasi tumor harus selalu dengan sayatan tajam
5. Daerah kelanjar diangkat dalam satu preparasi dengan tumor primernya (en bloc)
6. Bekas biopsi atau bekas operasi sebelumnya jangan dibuka kembali
7. Permukaan tumor yang berulkus, tempat tumor yang telah mencapai permukaan harus
ditutup atau dikoagulasi agar daerah operasi tidak terkontaminasi
8. Permukaan lumen usus setelah direseksi dibilas dengan cairan pembunuh sel melalui lumen
distal sebelum dianastomosis. ( sublimat 1 : 500, cetrimide 1%)
9. Rongga besar seperti peritoneal atau pleura tidak boleh dibilas dengan cairan pembunuh sel
10. Penyinaran pra dan pasca bedah

Lukitto, P., Beberapa petunjuk onkologi dalam ilmu bedah, bagian Bedah FK UNPAD/RSHS ; Bandung
1982.
PRINSIP TERAPI BEDAH
ONKOLOGI

Pencegahan

Diagnosa dini dan staging tumor

Penyembuhan, pengurangan massa tumor

Mengurangi gejala dan rehabilitasi pasien


DETEKSI
DINI
Deteksi dini: mendeteksi kanker pada stadium dini
sehingga dapat diberikan terapi yang tepat.

Deteksi dini → menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.

Schwartz's Principles of Surgery, 9th ed. 2010. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Lokasi kanker Populasi Tes atau prosedur Frekuensi
Payudara Wanita, umur 20+ Pemeriksaan payudara sendiri Sebulan sekali, dimulai pada usia 20
Pemeriksaan klinik payudara Setiap tahun, dimulai pada usia 40
Mamografi Setiap tahun, dimulai pada usia 40

Kolorektal Pria dan wanita, umur 50+ Tes darah samar feses atau Setiap tahun, dimulai pada usia 20
Sigmoidoskopi Tiap 5 tahun, dimulai pada usia 50
atau
Tes darah samar dan sigmoidoskopi Tiap 5 tahun, dimulai pada usia 50
atau
Barium enema double contrast Tiap 5 tahun, dimulai pada usia 50
atau
kolonoskopi Tiap 10 tahun, dimulai pada usia 50

Prostat Pria, umur 50+ Pemeriksaan colok dubur dan PSA PSA dan RT tiap tahun, dimulai pada usia 50
tahun

Serviks Wanita Tes Pap 3 tahun setelah intercourse vagina pertama,


tidak lebih dari usia 21 tahun; skrining tiap
tahun dengan tes Pap;
pada atau setelah usia 30 tahun, wanita
dengan hasil tes Pap yang normal >3x dan
tidak terdapat tes Pap yang abnormal dalam
10 tahun, wanita yang pernah histerektomi,
dapat menghentikan tes Pap
Check up yang Pria dan wanita, umur 20+ Pemeriksaan tiroid, testis, ovarium, KGB, rongga mulut, kulit, konseling rokok, paparan
berhubungan dengan sinar matahari, nutrisi dan diet, faktor risiko, praktik seksual, paparan lingkungan dan
kanker kerja
The 2003 American Cancer Society guidelines untuk deteksi dini
kanker
TUMOR MARKER
 Tumor marker dapat berupa Tumor antigen atau enzim/hormon yang dihasilkan oleh sel –
sel tumor.
 Selain untuk deteksi terhadap tumor, Tumor marker juga dapat dipakai untuk
memonitoring response terhadap terapi atau untuk mendeteksi tumor yang rekurren.

Marker Tumors Condition causing false positive


Carcinoembryonic Antigen Colorectal, Pancreas, breast, Lung, Gastric, Hepatitis, cirrhosis, Jaundice, COPD, Ulcer, Renal Failure
Medullary Thyroid
α - Fetoprotein Hepatoma, testicular Hepatitis, cirrhosis, pregnancies
β - HCG Testicular, trophoblastic gestational tumor Pregnancies
Prostate Specific Antigen (PSA) Prostate Benign Prostate Hypertrophy (BPH)

CA-15-3 Breast Hepatitis, Cirrhosis, Benign breast disease


CA-19-9 Colorectal, Biliary, Pancreas, Gastric Hepatitis, Cirrhosis, Cholangitis, Cholestasis
CA-50 Colorectal, Pancreas, Gastric Hepatitis, Cirrhosis, Cholangitis,
CA-242 Colorectal, Pancreas, Gastric Hepatitis, Cirrhosis, Cholangitis,
CA-125 Ovarian Pregnancies, endometriosis, PID, renal failure, menstruation
DEFINISI & TUJUAN BIOPSI DAN HISTOPATOLOGI

BIOPSI

Bios: hidup Opsy: melihat

Mengangkat lesi jaringan untuk diperiksa di bawah


mikroskop
tujuan : Menegakkan diagnosis histopatologik
Menentukan terapi selanjutnya
PRINSIP BIOPSI
• Tempat insisi bekas biopsi dipastikan ikut terangkat saat tindakan definitif
Insisi daerah ekstremitas dibuat longitudinal agar dapat lebih mudah mengangkat jaringan
lain yang terlibat
• Lakukan dengan hati - hati agar tidak mengkontaminasi jaringan lain
 Adanya hematom dapat menyebarkan tumor
 Gunakan teknik hemostasis yang baik selama biopsi
 Untuk tindakan daerah ekstremitas dapat digunakan torniket untuk kontrol perdarahan
 Tidak melakukan biopsi dari beberapa tempat sekaligus
 Jumlah sampel yg diambil dipastikan cukup untuk diagnostik
 Jika orientasi sampel penting untuk tata laksana selanjutnya berikan penandaan pada sampel
biopsi tersebut agar memudahkan orientasi spesimen oleh patologis
handling spesimen biopsi merupakan tanggung jawab ahli bedah
Penempatan klip radioopak selama biopi diperlukan untuk membatasi area tumor dan sebagai
guiding radioterapi selanjutnya
JENIS BIOPSI
1. Biopsi Insisi atau Eksisi
2. Bite biopsy
3. Biopsi aspirasi
4. Punch biopsy
5. Trephine biopsy
BIOPSI INSISI
 Hanya sebagian kecil dari tumor yang diambil dengan
menggunakan pisau
 Penting untuk memilih sampel yang representatif
BIOPSI EKSISI
 Biopsi seluruh lesi → ideal untuk lesi berukuran
kecil
 Kuratif → tumor kecil
BIOPSI ASPIRASI JARUM
HALUS (FNAB)

 Aspirasi sel dan fragmen jaringan


menggunakan jarum
 mudah dan relatif aman
 tidak memberikan informasi
mengenai arsitektur jaringan

 Jarum 22 – 25 G,
 tanpa anestesi In Out
Suctio End
 Tidak invasif
n Suction
Back and
Forth
CORE NEEDLE BIOPSY
 Insisi kecil → insersi jarum 14 – 16 G → dalam posisi tertutup → jarum dibuka
→ trokar bagian dalam masuk ke tumor → bagian luar didorong → massa
tumor masuk ke trokar → formalin
 Anestesi lokal, tanpa jahitan
 Insersi 4 – 6 kali → untuk memperoleh jumlah yg cukup
BIOPSI TEKAN (PUNCH BIOPSY)
Untuk mengambil sampel dari rash kulit atau massa yang kecil

Menghasilkan potongan kulit berbentuk silindris.


BIOPSI ENDOSKOPIK
 melalui suatu endoskopi serat optik :
 endoskopi saluran pencernaan
 buli-buli (sistoskopi),
 rongga perut (laparoskopi),
 ruang sendi (artroskopi),
 mediastinoskopi
 laringoskopi dan bronkoskopi
 baik melalui lubang alami tubuh atau sayatan kecil.
 Melihat daerah yg abnormal → mengambil sampel
jaringan dengan forcep pada endoskop
METODE DIAGNOSIS PATOLOGI TUMOR

 Potongan Blok Parafin


 Potongan Beku (Frozen Section/Vriescoup)
 Diagnostik Sitologik
 Teknik Sitokimia
 Teknik Imunohistokimia
 Diagnostik Mikroskopik Elektron
 Autopsi
PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGIS

 Melalui pemeriksaan tersebut diharapkan


seorang patolog mampu memberikan diagnosis
pasti sehingga dapat ditentukan
penatalaksanaan selanjutnya.

• Makroskopis
• mendeskripsikan spesimen dengan mata
telanjang
• Mikroskopis
• mendeskripsikan temuan di bawah mikroskop
PEMBACAAN GAMBARAN
MAKROSKOPIS

 Dilihat dengan mata telanjang:


Bentuk dan morfologi tumor,
Warna,
Adanya nekrotik,
Adanya perdarahan.
Konsistensinya,
Rapuh atau tidak,
Ukuran tumor
PEMBACAAN GAMBARAN
MIKROSKOPIS
Gambaran Jinak Ganas
morfologi
Jaringan Tersusun Tidak tersusun
Arsitektur Mirip jaringan asal Kurang/tidak mirip dengan jaringan
asal
Perubahan sekunder Jarang atau tidak ada Nekrosis, perdarahan

Sel Berdiferensiasi baik Berdeferensiasi buruk

Ukuran, bentuk Seragam Pleomorfik


Inti Serupa dengan normal Atipik

Ukuran, bentuk Reguler Ireguler


Kromatin Tersebar merata
Nukleolus Tidak jelas Menonjol, banyak
Mitosis Sedikit Banyak, ireguler
TEKNIK IMUNOHISTOKIMIA
(IHC)
Prinsip IHC: reaksi antigen-antibodi
menggunakan reaksi antibodi yang sudah diketahui bereaksi dengan
antigen targetterbentuk kompleks antigen-antibodi. kompleks
ditampilkan dengan warna dibuktikan keberadaan antigen target tsb.
REGISTRASI KANKER

 Registrasi Kanker Penduduk (Population Based Cancer Registry)


 Registrasi Kanker Rumah Sakit (Hospital cancer Registry)
 Registrasi Kanker Khusus (Special Cancer Registry)
CAKUPAN GLOBAL REGISTRASI KANKER
REGISTRASI KANKER PENDUDUK
(POPULATION BASED CANCER REGISTRY)

 Registrasi kanker dari seluruh penduduk yang terdapat dalam wilayah


tertentu (geographically defined population)
 Registrasi kanker penduduk memberikan data tentang insidensi dan
prevalensi, distribusi kelamin, geografi, morbiditas dan mortalitas kanker,
kecenderungan kanker disuatu wilayah
 Besar penduduk yang memerlukan registrasi kanker yang optimal ialah 3 - 5
juta
 Kalau jumlah penduduk terlalu besar sukar dapat mempertahankan
registrasi yang baik sedangkan kalau terlalu sedikit data yang diperoleh
kurang mempunyai makna
REGISTRASI KANKER RUMAH
SAKIT
(HOSPITAL CANCER REGISTRY)

 Registrasi penderita kanker yang datang ke rumah sakit

 Makin banyak dan luas rumah sakit yang terlibat makin mendekati keadaan
kanker yang ada

 Menurut standard di Amerika registrasi kanker rumah sakit diperlukan jika


tedapat kanker sebanyak 3% dari penderita yang dirawat atau 400 kanker
pertahun
REGISTRASI KANKER KHUSUS
(SPECIAL CANCER REGISTRY)

1. REGISTRASI KANKER PATOLOGI


 Registrasi kanker yang diagnosanya dipastikan dengan pemeriksaan patologi
anatomi
 Keuntungannya ialah data yang dicatat pasti kanker
 Kerugiannya ialah kanker yang diagnosanya tidak dikonfirmasikan secara
patologi tidak teregister

2. REGISTRASI KANKER JENIS TERTENTU


Seperti kanker mammae, kanker serviks, kanker paru, dsb penting untuk
pendidikan, penelitian, dan referensi
No. BUTIR DATA Keterangan
Urut PENDERITA
 Data registrasi kanker meliputi 1 Nama Nama lengkap
Data penderita : Biodata
Data medik 2 Kelamin
Data waktu kejadian 3 Tanggal lahir / umur
Data tempat perawatan
Data dokter yang merawat 4 Alamat Alamat domisili
5 Suku
TUMOR
6 Klinik (topografi) Lokasi tumor primer
7 Patologi (morfologi) Jika mungkin
8 Tanggal insidens Dalam bulan dan tahun
9 Dasar diagnosa yang valid

SUMBER INFORMASI
10 No. registrasi Untuk memudahkan mencari
informasi
Nama dokter, dsb
ICD NEOPLASMA

 Untuk keseragaman di C00-D48 Neoplasms


seluruh dunia dalam
diagnosis dan pelaporan C00-C14 Malignant neoplasms of lip, oral cavity and pharynx
kemudahan dalam
C15-C26 Malignant neoplasms of digestive organs
pendataan mengenai
neoplasma serta pada C30-C39 Malignant neoplasm of respiratory and intrathoracic organs
tubuh C40-C41 Malignant neoplasm of bone and articular cartilage
C45-C49 Malignant neoplasms of mesothelial and soft tissue
C50-C50 Malignant neoplasm of breast
 C00-D48 Neoplasms  C64-C68 Malignant neoplasm of urinary tract
 C00-C14 Malignant neoplasms of lip, oral cavity  C69-C72 Malignant neoplasms of eye, brain and
and pharynx other parts of central nervous system
 C15-C26 Malignant neoplasms of digestive organs  C73-C75 Malignant neoplasms of thyroid and other
 C30-C39 Malignant neoplasm of respiratory and endocrine glands
intrathoracic organs
 C76-C80 Malignant neoplasms of ill-defined,
 C40-C41 Malignant neoplasm of bone and articular
cartilage secondary and unspecified sites
 C43-C44 Melanoma and other malignant  C81-C96 Malignant neoplasm of lymphoid,
neoplasms of skin haematopoietic and related tissue
 C45-C49 Malignant neoplasms of mesothelial and  C97-C97 Malignant neoplasms of independent
soft tissue primary multiple sites
 C50-C50 Malignant neoplasm of breast  D00-D09 In situ neoplasms
 C51-C58 Malignant neoplasms of female genital  D10-D36 Benign neoplasms
organs
 D37-D48 Neoplasms of uncertain or unknown
 C60-C63 Malignant neoplasms of male genital behaviour
organs

You might also like