You are on page 1of 50

REFERAT

DEMAM BERDARAH DENGUE


Disusun oleh :
T. Ariani Widiastini
142011101108

Dokter Pembimbing:
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, M.Kes, Sp.A

Fakultas Kedokteran Universitas Jember


SMF/Lab Ilmu Kesehatan Anak
RSD dr. Soebandi Jember
2018
2,5 miliar
penduduk dunia
berisiko terutama
di daerah tropis
dan subtrpis

rata-rata 10-25
per 100.000,
dengan angka terbanyak pada anak usia 4-
kematian yang 10 tahun
<2% 126.675 penderita DBD,
1.299 diantaranya
meninggal pada tahun 2015

Source:
[WHO]. 2011. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO Regional Office for South-East Asia.
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Depkes RI
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI. 2016. Situasi DBD. Jakarta: InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
ETIOLOGI

 Flavivirus (RNA) berukuran 50nm

 virion terdiri dari nukleokapsid


dengan simetri kubik yang
diselubungi lipoprotein

 terdiri atas 3 protein struktural dan


7 non struktural gen protein (NS)

 4 serotipe flavivirus yaitu DEN-1,


DEN-2, DEN-3, dan DEN-4

Source:
[WHO]. 2011. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO Regional Office for South-East Asia. .
ETIOLOGI

Source:
CDC. 2010. Comparison between main dengue vectors. url:
https://www.cdc.gov/dengue/resources/30jan2012/comparisondenguev
ectors.pdf [diakses pada 30 Mei 2018].
PATOGENESIS
 Respons Imun Humoral
diperankan oleh limforsit B dengan menghasilkan antibodi spesifik terhadap
virus dengueantibodi homotipik dan antibodi heterotipik

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Respons Imun Selular
 diperankan oleh Limfosit T
 sel T CD4 sebagai penghasil sitokin
 sel T CD8 berperan untuk lisis sel target
 pada infeksi sekunder sel T memori mempunyai
aviditas yang lebih besar terhadap serotipe
sebelumnya fungsi lisis virus baru tidak optimal
sedangkan produksi sitokin berlebih memacu
respons inflamasi dan meningkatkan permeabilitas
sel endotel vaskular
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Mekanisme Autoimun
 yang berperan yaitu protein E, prM, NS1
 NS1 menunjukkan reaksi silang dengan sel endotel dan
trombosit, sehingga menimbulkan gangguan pada
kedua sel tersebut serta dapat memacu respons
inflamasi
 Antibodi terhadap prM juga dapat menyebabkan
reaksi autoimun oleh karena terdapat kemiripan
(molecular mimicry) yang terdapat pada sel endotel
dan trombosit dihancurkan oleh
makrofagtrombositopenia dan peningkatan
permeabilitas vaskular

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Peran Sitokin dan Mediator Inflamasi Lain

TNF-α, IL-1β, IL-6, IL-8, dan IFN-γ


kemokin CXCL-9, CXCL-10, dan CXCL-11 yang dipicu
oleh IFN-γ

menentukan derajat berat penyakit

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Peran Sistem Komplemen

protein NS1 mengaktifkan sistem komplemen

aktivasi komplemen C3a, C5a

aktivasi komplemen C3a, C5a

produksi sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1β, IL-6, IL-8) sehingga peningkatan


permeabilitas vascular sangat besar.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
FAKTOR RISIKO
 usia
 status gizi
 genetik
 penyakit yang berhubungan dengan sistem imun

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
MANIFESTASI KLINIS
infeksi virus dengue

asimtomatik simtomatik

demam tidak demam dengue demam berdarah


expanded dengue
khas (sindrom dengue (DBD) dengan
syndrome, organopati
virus) kebocoran plasma

tanpa dengan
perdarahan perdarahan DBD non syok DBD dengan
syok=Sindrom
syok dengue
(SSD)
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
SINDROM VIRUS
 demam sederhana yang tidak khas, seperti infeksi
virus lain
 ruam makulopapular dapat menyertai demam atau
pada saat penyembuhan
 gangguan saluran napas dan perncernaan

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
DEMAM DENGUE
 masa inkubasi rata-rata 4-6 hari (3-14 hari)
 demam mendadak tinggi (390-400C), terus
menerus, biasanya berlangsung 2-7 hari
 pada hari ke-3 sakit umumnya suhu tubuh turun,
namum masih di atas normal, kemudian suhu naik
tinggi kembali (pola demam bifasik)
 mialgia, sakit punggung, atralgia, muntah,
fotofobia, nyeri retroorbital, gangguan pencernaan
(diare atau konstipasi), nyeri perut, sakit tenggorok,
dan depresi

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Pada hari ke-3 atau 4 ditemukan ruam makulopapular
atau tubeliformis, ruam ini segera berkurang
 Pada masa penyembuhan timbul ruam di kaki dan
tangan berupa ruam makulopapular dan ptekie
diselingi bercak-bercak putih (white island in the sea of
red), dapat disertai rasa gatal yang disebut sebagai
ruam konvalesens.
 manifestasi perdarahan: uji torniquet positif (>10
ptekie dalam area 2,8x2,8 cm), beberapa ptekie
spontan, dapat terjadi perdarahan masif.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
DEMAM BERDARAH DENGUE
 Fase Demam
 demam yang tinggi, mendadak, kontinyu, kadang bifasik,
berlangsug antara 2-7 hari,
 muka kemerahan (facial flushing), anoreksia, mialgia, dan
atralgia, nyeri epigastrik, mual, muntah, nyeri di daerah
subkostal kanan atau nyeri abdomen difus, faring dan
konjungtiva yang kemerahan (pharyngeal injection dan
ciliary injection),
 Demam dapat encapai suhu 400C,
 ruam makulopapular atau rubeliformis berlangsung singkat
 hepatomegali 2-4 cm di bawah arkus aorta,
 penurunan demam secara lisis, disertai berkeringat,
perubahan laju nadi, dan tekanan darah
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Fase lisis
 terjadi pada saat demam turun (time of fever
defervescence), pada saat ini terjadi puncak
kebocoran plasma sehingga pasien mengalami syok
hipovolemi.
 Warning signs (antara hari ke-3-7): muntah terus-
menerus, nyeri perut heat, semakin lesu,
perdarahan spontan, penurunan jumlah trombosit
<100.000 sem/mm3 serta kenaikan hematokrit.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Fase konvalesens
 terjadi reabsobsi cairan dari ruang ekstravaskular
ke dalam ruang intravaskular secara bertahap
pada 48-72 jam,
 keadaan umum dan nafsu makan membaik, gejala
GIT mereda, status hemodinamik stabil, dan diuresis
menyusul kemudian,
 ruam konvalesens,
 hematokrit kembali stabil, tetapi pemulihan
trombosit lebih lambat.
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
Source:
Perjalanan Penyakit Demam Dengue
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
SINDROM SYOK DENGUE
 umumnya terjadi di sekitar penurunan suhu tubuh
(fase kritis), yaitu pada hari sakit ke4-5 (rentang
hari ke 3-7),
 sering kali didahului oleh tanda bahaya (warning
signs),
 Pasien yang tidak mendapat terapi cairan
intravena yang adekuat akan segera mengalami
syok.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Syok Terkompensasi
 tubuh melalui jalur neurohumoral melakukan
mekanisme kompensasi agar tidak terjadi
hipoperfusi pada organ vital,
 Sistem kardiovaskular mempertahankan sirkulasi
melalui peningkatan isi sekuncup (stroke volume),
laju jantung (heart rate), dan vasokonstriksi perifer.
 secara klinis ditemukan ekstremitas teraba dingin
dan lembab, sianosis, kulit tubuh menjadi berbecak-
bercak (mottled), CRT>2 detik, takipnea.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Syok Dekompensasi
 upaya fisiologis untuk mempertahankan sistem
kardiovaskular telah gagal, tekanan sistolik dan
diastolik menurun, disebut syok hipotensif;
 gelisah, bingung, atau letargis;
 profound shock: nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak terukur, sianosis makin terlihat jelas.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Expanded Dengue Syndrome
 dapat berupa penyulit infeksi dengue dan
manifestasi klinis yang tidak lazim;
 Penyakit infeksi dengue dapat berupa kelebihan
cairan (fluid overload) dan gangguan elektrolit,
 manifestasi klinis yang tidak lazim ialah
ensefalopati dengue atau ensefalitis, perdarahan
hebat (massive bleeding), infeksi ganda (dual
infections), kelainan ginjal, dan miokarditis.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Isolasi Virus
 metode inokulasi pada nyamuk
 hanya dapat dilakukan pada enam hari pertama demam
 rumit dan hanya dilakukan untuk tujuan penelitian

 Deteksi Asam Nukleat


 RNA virus dngue dideteksi menggunakan RT-PCR
 enam hari pertama demam
 mahal

 Deteksi Antigen Virus


 pemeriksaan NS1 antigen virus dengue
 5 hari pertama demam, sensitivitas tinggi pada 1-2 hari namun makin
menurun setelahnya
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Deteksi Serum Respons Imun
 Uji HI
pemeriksaan sensitif namun kurang spesifik dan memelukan dua sediaan
serum akut dan konvalesens, sehingga tidak dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis dini.
 Uji CFT
tidak dipakai secara luas dalam penegakan diagnosis dan juga sulit
dilakukan.
 Uji Neutralisasi
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik, metode yang
paling sering dipakai adalah plaque reduction neutralization test (PRNT).
Pemeriksaan ini mahal, perlu waktu, secara teknik cukup rumit, oleh
karena itu jarang dilakukan di laboratorium klinik. Sangat berguna untuk
penelitian pembuatan dan efikasi vaksin.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Pemeriksaan serologi IgM dan IgG anti dengue

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Parameter Hematologi
 Pada awal fase demam hitung leukosit dapat
normal atau dengan peningkatan neutrofil,
selanjutnya diikuti penurunan jumlah leukosit dan
neutrofil, yang mencapai titik terendah pada akhir
fase demam(<5000 sel/mm3),
 trombositopenia di bawah 100.000/uL antara hari
sakit ke-3-8,
 peningkatan hematokrit >20% sebagai tanda dari
adanya kebocoran plasma.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
KRITERIA DIAGNOSIS

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
 Kriteria Diagnosis Laboratoris
 Probable dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat
oleh hasil pemeriksaan serologi anti dengue.
 Confirmed dengue, apabila diagnosis klinis
diperkuat dengan deteksi genome vius dengue
dengan pemeriksaan RT-PCR, antigen dengue pada
pemeriksaan NS1, atau apabila didapatkan
serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari
negatif menjadi positif) pada pemeriksaan serologi
berpasangan.

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
TATALAKSANA
Tersangka Infeksi Dengue
Demam 2-7 hari mendadak tinggi kontinyu, nyeri kepala, mialgia, atralgia,
nyeri retroorbital, manifestasi perdarahan (spontan/rumple leede), leukosit
<4.000/mm3, dan kasus DBD di lingkungan In

Tidak Ya

Rawat Jalan;
nasihat kepada orang
tua

Rawat Inap:
Apakah terdapat: Ya - Demam dengue
Warning signs? - Demam berdarah dengue
- Demam berdarah dengue
dengan syok
Source:
- Expanded dengue syndrome
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada
Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
TATALAKSANA RAWAT JALAN DEMAM
DENGUE
 anak harus istirahat
 cukup minum, boleh air putih atau teh, namun lebih baik jika diberikan cairan
yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit atau air tajin.
 paracetamol 10-15mg/kgBB/dosis diberikan bila suhu >380C dengan interval 4-
6jam, hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan kompres hangat.
 pasien diharuskan kembali berobat (kontrol) setiap hari dan dinilai oleh petugas
kesehatan sampai melewati fase kritis mengenai: pola demam, jumlah cairan
yaang masuk dan keluar (muntah, BAK), pemeriksaan darah lengkap, tanda-
tanda perembesan plasma dan perdarahan
 pasien harus dibawa ke rumah sakit jika ditemukan satu atau lebih keadaan
berikut: keadaan umum anak memburuk saat suhu tubuh mulai menurun, nyeri
perut hebat, muntah terus-menerus, tangan dan kaki dingin, letargi atau rewel,
perdarahan, sesak napas, tidak BAKlebih dari 4-6 jam, atau kejang.
TATALAKSANA RAWAT INAP
DBD
 Penggantian cairan
 cairan kristaloid isotonis atau koloid
 dihentikan bila stabil dan telah lewat fase kritis (24-48 jam)

 Antipiretik
 paracetamol 10-15mg/kgBB/dosis interval 4-6 jam
 kompres hangat

 Pemberian Nutrisi
 minum yang cukup, terutama yang mengandung elektrolit
Kebutuhan cairan berdasarkan berat badan ideal

Kecepatan pemberian cairan

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
PEMANTAUAN PASIEN DBD
 keadaan umum pasien, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan
Warning sign.
 perfusi perifer dan tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali.
 pemeriksaan hematokrit awal dilakukan sebelum resusitasi atau
pemberian cairan intravena, diupayakan setiap 4-6 jam sekali.
 volume urin ditampung minimal 8-12 jam
 diupayakan jumlah urin >1mL/kgBB/jam (berat badan ideal).
 pada pasien dengan risiko tinggi, seperti obesitas, komorbid
diperlukan pemeriksaan laboratorium atas indikasi.
 pantau: darah perifer lengkap, kadar gula darah, uji fungsi hati,
dan sistem koagulasi sesuai indikasi.
 apabila diperlukan pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi
adanya efusi pleura, pemeriksaan yang diminta adalah foto
radiologi dada dengan posisi lateral kanan dekubitus.
 periksa golongan darah
 pemeriksaan lain atas indikasi, misalnya USG, EKG, dan lainnya.
Sindrom Syok Dengue Terkompensasi:
Anak gelisah, takipnea, kulit dingin, tekanan nadi <20mmHg, CRT
>2detik, jumlah diuresis turun

beri oksigen 2-4L/menit


periksa hematokrit, kristaloid RL/RS 10-20mL/kgBB dalam 60 menit

Ya Syok teratasi Tidak

IVFD Periksa A-B-C-S: Ht, gas darah,


10mL/kgBB, 1-2 glukosa darah, kalsium, perdarahan
jam Koreksi bila ditemukan segera
asidosis, hipoglisemia,
hipokalsemia
TTV stabil,
turunkan IVFD
bertahap 7,5; 5; Ht meningkat Ht menurun
3; 1,5
mL/kgBB/jam
Bolus kedua kristaloid Perdarahan
atau koloid 10-
stop IVFD
20mL/kgBB dalam

Tidak jelas
maksimal 48 jam
waktu 10-20 menit
setelah syok
teratasi

Bila tidak teratasi


Koloid 10-20mL/kgBB dalam 10-
Source: 20 menit, jika syok menetap Transfusi
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata
laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit
dilanjutkan transfusi darah darah
Tropis IDAI.
Sindrom Syok Dengue Dekompensasi:
kulit dingin dan lembab, takikardi, syok hipotnsif (hipotensi, nadi cepat kecil), syok dalam
(nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur), pernapasan Kussmaul, sianosis

beri oksigen 2-4L/menit


bolus kristaloid dan/atau koloid 10-20mL/kgBB dalam waktu 10-20 menit
periksa ABCS: hematokrit, analisis gas darah, gula darah, kalsium

Ya Syok teratasi Tidak

IVFD 10mL/kgBB, koreksi segera asidosis, hipoglisemia, hipokalsemia,


1-2 jam perhatikan nilai hematokrit

TTV stabil,
turunkan IVFD
bertahap 7,5; 5; 3; Ht meningkat Ht menurun
1,5 mL/kgBB/jam

Bolus kedua
kristaloid atau Perdarahan tidak perdarahan
stop IVFD koloid 10- jelas
maksimal 48 jam 20mL/kgBB dalam
setelah syok teratasi waktu 10-20 menit

Bila tidak teratasi:


Koloid 10-20mL/kgBB dalam
10-20 menit, jika syok menetap
pertimbanggkan transfusi darah
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Transfusi darah
Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
PENGENDALIAN DBD
 mengupayakan pembudayaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan 3M plus;
 upaya promosi kesehatan dilakukan di semua sektor,
termasuk pembentukan Juru Pembasmi Jentik (Jumantik)
pada anak sekolah dan pramuka;
 penyediaan logistik tatalaksana kasus DBD berupa rapid
diagnostic test (RDT) dan reagen untuk diagnosis serotype
DBD;
 pelaksanaan surveilans kasus DBD untuk memantau
dinamika kejadian penyakit DBD di Indonesia sehingga
kemungkinan terjadinya KLB dapat diantisipasi dan dicegah
sejak dini;
 pelaksanaan surveilans vektor Aedes spp. untuk memantau
dinamika vektor dengan demikian populasi Aedes spp.
dapat diantisipasi dan dicegah;
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI. 2016. Situasi DBD. Jakarta: InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
KOMPLIKASI DAN PENYULIT
 Kelebihan cairan (fluid overload)
 gangguan elektrolit
 ensefalopati – ensefalitis dengue
 perdarahan masif (massive bleeding)
 infeksi ganda (dual infections)
 kelainan ginjal
 miokarditis

Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana
Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
DAFTAR PUSTAKA
 [DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi.
Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Depkes RI
 [DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI. 2016. Situasi DBD. Jakarta: InfoDATIN Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
 IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI
 Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata
laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis
IDAI.
 Suhendro, Leonard N., Khie C., Herdiman TP. 2009. Demam Berdarah Dengue.
Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Editor Setiati S., A.Idrus,
W.S.Aru, S.K.Marcellus, S. Bambang, dan F.S. Ari. Jakarta: Internal Publishing.
 [WHO]. 2011. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and
Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO Regional Office for South-East Asia.
 CDC. 2010. Comparison between main dengue vectors. url:
https://www.cdc.gov/dengue/resources/30jan2012/comparisondenguevectors.pdf
[diakses pada 30 Mei 2018].
TERIMA KASIH
1. Indikasi Rawat Inap
 Pasien yang memiliki komorbiditas dan indikasi sosial.
 Komorbiditas meliputi:
 nyeri abdominal akut dan hebat
 mengantuk,
 lemah badan,
 tidur sepanjang hari, menolak untuk makan dan minum,
 gelisah, perubahan tingkah laku,
 kulit dingin, lembab,
 tidak buang air kecil seama 4-6 jam
Source:
Hadinegoro, SR., Ismoedijanto M., Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI.
2. Manajemen ensefalopati dengue

 Pastikan airway yang adekuat dengan pemberian oksigen, posisikan


pasien dengan kepala 30 derajat;
 pemberian cairan tidak diberikan dalam dosis penuh, cukup 80% dari
dosis rumatan untuk mncegah terjadinya atau memberatnya edema otak;
 pemberian deksametason untuk mengurangi edema otak, dapat diberikan
0,15mg/kgBB IV setiap 6-8 jam;
 Pemberian Vitamin K1 IV 3mg <1 tahun, 5 mg <5tahun, dan 10 mg >5
tahun;
 pemberian fenobarbital, fenitoin, dan diazepam untuk mengontrol kejang

Source:
[WHO]. 2011. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO Regional Office for South-East Asia.
3. Transfusi TC
 Jika pasien memiliki tanda-tanda perdarahan masif, transfusi
TC dapat diberikan.
 Jika pasien memiliki tanda-tanda kelebihan cairan, jangan
diberikan transfusi TC karena dapat menyebabkan overload
cairan (oedem paru).
 Pada bayi dan anak-anak dengan DHF pemberian profilaksis
TC tidak dianjurkan berapapun rendahnya kadar trombosit.
Namun pada dewasa transfusi TC diberikan ketika kadar
trombosit<10.000sel/mm3.

Source:
Kalayanarooj, S. Clinical Manifestations and management of Dengue/DHF/DSS. Tropical Medicine and Health 2011; 39(4): 83-87
4. Rumple-leed negatif pada DHF
 Uji torniquet bertujuan untuk menilai fragilitas
kapiler dan bukan merupakan tanda patognomonik
untuk penegakan diagnosis dengue.
 Hasil pnelitian yang dilakukan pada pasien DHF di
RSCM menunjukkan bahwa uji torniquet tidak selalu
positif ditemukan pada pasien DHF

Source:
[FKUI, 2012. Update Management of Infectious Disease and Gastrointestinal Disorders: Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Source:
[FKUI, 2012. Update Management of Infectious Disease and Gastrointestinal Disorders: Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI
5. Vaksin Dengue
 Vaksin dengue yang beredar saat ini adalah vaksin buatan Sanofi Pasteur yang telah
menyelesaikan penelitian uji klinis fase III (untuk mengetahui efikasi dan keamanan vaksin
dengue).
 Berdasarkan penelitian terakhir pada tahun 2015, secara umum vaksin ini mempunyai efikasi
56,5% dan dapat menurunkan risiko peawatan rumah sakit sebanyak 80% serta mengurangi
risiko terjangkit infeksi Dengue sebesar 93%.
 Di Indonesia, pemberian vaksin ini dihentikan pada akhir 2017 karena kasus kematian 11 dari
87 anak di Filipina pasca pemberian vaksin dengue.
 Berdasarkan revisi SAGE WHO (April, 2018), vaksin ini memiliki hasil efikasi terbaik pada anak
usia 9-16 tahun, sedangkan apabila diberikan di bawah usia 9 tahun akan meningkatkan risiko
untuk dirawat karena infeksi dengue dan meningkatkan risiko mendapatkan infeksi dengue berat
khususnya pada anak dengan kelompok usia 2-5 tahun. Vaksin ini hanya disarankan diberikan
pada daerah yang sangan endemik dengan seroprevalensi >70% dan dilarang diberikan pada
seroprevalensi<50% . Pemberian sebanyak 3 kali dengan jarak pemberian 6 bulan.
Source:
http://www.who.int/immunization/diseases/dengue/revised_SAGE_recommendations_dengue_vaccines_apr2018/en/
6. Penularan infeksi dengue pada Ibu
Hamil
 Infeksi dengue terjadi karena kebocoran plasma yang menyebabkan
gangguan sirkulasi dan barrier plasenta berakibat terjadinya transmisi
vertikal. Adanya transmisi vertikal dari ibu ke fetus menyebabkan bayi
baru lahir mudah menderita demam berdarah dengue atau sindrom syok
dengue jika terinfeksi virus dengue. Pada bayi yang lahir tanpa kelainan
bawaan, kehamilan, skor APGAR, berat badan janin dan plasenta normal,
dijumpai antibodi IgG serum yang progresif turun dan hilang setelah 8
bulan, atau setelah 10-12 bulan.
 Tidak ada bukti virus dengue teratogen, dapat menyebabkan aborsi,
ataupun pertumbuhan janin terhambat pada ibu hamil yang menderita
DHF.

Source:
Lardo, S. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue dengan Penyulit. KalbeMed 2013;40(9).

You might also like