You are on page 1of 18

FARMAKOTERAPI SSP

NYERI

KELOMPOK 1

ADELIA ZULFA RAMBE


AMINAH S
ANDELILA SUPRIANTI
ANGGUNTINA PURBA
ARDITA FEBRIANTI MANURUNG
ASTI PRATIWI
ROSA ALDORA PURBA
SELA WAHYUNI
SITI ARISKA
NYERI

 Menurut International Association for Study of Pain (IASP), Nyeri


adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

 Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa Nyeri adalah sensori


spesifik yang muncul karena adanya injury, dan informasi ini
didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor
nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord.
TEORI TERJADI NYERI
 Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis
(spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi
lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rngsangan nyeri tersebut
diteruskan.

 Teori Pola (Pattern Theory)


Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T.

 Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)


Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar
dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.

 Teori Transmisi dan Inhibisi


Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-
impi\uls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotranmitter yang spesifik.
KLASIFIKASI NYERI
 Menurut Tempat Nyeri
Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu nyeri permukaan (superfisial pain),
nyeri dalam (deep pain), nyeri alihan (reffered pain).
Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord,
batang otak. Psychogenic Pain.
Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi
reseptor biasanya.
 Menurut Berat Ringannya Nyeri
Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.
Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga reaksi psikologis.
Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi.
 Menurut Waktu Serangan
Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang
mengalami nyeri akut pada umumnya akan menunjukkan gejala-gejala antara lain : respirasi
meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat, dan pallor.
Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan
pada umumnya penderita sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
FISIOLOGI NYERI

 Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis


dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan
secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau
diserap.
 Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu
mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:

Resepsi : proses perjalanan nyeri


Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah
mempersepsikan nyeri
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kultur
4. Makna nyeri
5. Perhatian
6. Ansietas
7. Pengalaman masa lalu
8. Pola koping
9. Support keluarga dan social
NYERI PADA PAHA

KASUS
Kj, 27 tahun, melakukan pemeriksaan ke dokter dengan keluhan adanya
nyeri pada paha kanannya dengan beberapa gejala yaitu myosistis (radang
pada otot), myalgia (nyeri otot), fibrositis (radang pada jaringan ikat) dan
myofacitis (radang pada facia otot). Kadang-kadang pahanya mengalami
kekakuan dan muncul gejala-gejala neuralgik misalnya geli pada paha. Kj
menyatakan bahwa sebelumnya ia mengalami cedera karena bermain sepak
bola dan gejala tersebut muncul dalam beberapa hari setelah mengalami
cedera tersebut. Pasien mengalami riwayat asma namun jarang kambuh dan
tidak memiliki riwayat ganguan gastrointestinal. Dokter menanyakan apakah
pernah meminum NSAID seperti aspirin dan apakah setelah meminumnya
pasien tersebut gejala asmanya kambuh. Menurut pasien, dia pernah minum
aspirin dan merasa mengalami ganguan pernapasan (sesak napas).
ANALISIS KASUS
Pasien tersebut dapat dikategorikan menderita nyeri akut, karena sumber
nyeri disebabkan oleh adanya cidera yang mengakibatkan peradangan pada
otot, jaringan ikat dan facia otot. Terapinya adalah dengan memberikan obat
analgetik golongan NSAID, yang memiliki resiko depresi pernapasan berat,
mengingat pasien memiliki riwayat penyakit asma. Untuk itu dipilih obat
kortikosteroid yang memiliki efek antiinflamasi dan anti alergi yang bisa
digunakan untuk penyakit asma. Pasien juga kadang-kadang mengalami
kekakuan dan neuralgik sehingga dibutuhkan penambahan obat vitamin B
yaitu vitamin B1, B6 dan vitamin B12.
TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi farmakologi adalah terapi menggunakan obat-obatan sintetik,
semi sintetik maupun bahan alam. Terapinya adalah dengan
memberikan obat golongan kortikosteroid yang memiliki efek
antiradang yang berkhasiat merintangi atau mengurangi terbentuknya
cairan peradangan dan anti alergi serta penyakit autoimun yang
menekan reaksi imun dan menyerang jaringan.

 Obat yang dipilih adalah kortikosteroid yang mempunyai khasiat


glukokortikoid yaitu Prednisolon. Kadar puncaknya dalam darah
baru tercapai sesudah 6-8jam. Penggunaan sebaiknya diminum
dalam satu dosis pagi hari, karena kadar kortisol alamiah adalah
maksimal antara pukul 8-9. Efek samping nampak pada penggunaan
lama dengan dosis tinggi dari 50mg perhari yaitu ganguan cairan
dan elektrolit, hipokalemia, hipertensi, ganguan saluran cerna.
 Vitamin B dengan kombinasi vitamin B1, B6 dan B12 (Neurodex)
Indikasi: pencegahan dan penyembuhan kurang vitamin, neurotropik,
neuralgia, neuritis perifer, polyneuritis, parestesia.
NYERI PINGGANG

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kalipawon RT 6 RW 5 Panjang
Tanggal masuk RS : 12 Agustus 2016
No. CM : 002624

Seorang pasien perempuan, berusia 71 tahun, datang dengan


keluhan nyeri pinggang bawah sejak 1 hari SMRS. Nyeri
pinggang bawah dirasakan seperti ditusuk – tusuk, tidak bisa
bangun, dirasakan hilang timbul dan timbul terutama saat
duduk, tidak menjalar dan tidak memberat saat pasien bersin
atau mengejan, dan berkurang saat pasien berbaring.
RIWAYAT SEKARANG

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang bagian bawah sejak 1
hari. Nyeri timbul mendadak, hilang timbul, dan dirasa seperti ditusuk-tusuk
menjalar dari pinggang bawah ke dubur serta kedua kaki. Pasien
mengatakan bahwa nyeri berkurang dengan posisi berbaring dan kaki lurus,
nyeri dirasa memberat apabila duduk. Dalam sehari, nyeri timbul 7-8 kali.
Saat diberikan skala nyeri, pasien memberikan angka 8 terhadap nyeri yang
dirasakannya. Keluhan ini mengganggu aktivitas sehari-hari pasien, pasien
sempat terbangun saat tidur di malam hari akibat nyeri yang dialaminya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Riwayat trauma disangkal


2. Riwayat stress emosi disangkal
3. Riwayat mengangkat beban berat disangkal
4. Riwayat keganasan atau tumor disangkal
5. Riwayat operasi histerektomi
6. Riwayat alergi obat disangkal
7. Riwayat leukore disangkal
8. Riwayat menstruasi tak teratur dan nyeri hebat saat
menstruasi disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit serupa


dengan pasien. Disangkal adanya riwayat tekanan darah
tinggi, kencing manis dan batuk lama
TERAPI FARMAKOLOGI

IVFD RL 20 tpm
Ranitidin 2×1 amp
Ketorolac 2 x 30 mg
Mecobalamin 1×1
Amitriptilin 2 x ½ tab PO
Diazepam 2 x 2 mg PO
Tramadol 2x 10 mg PO
Ketorolac 2×30 mg
Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi
penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu
penggunaan maksimal selama 5 hari. Pada kasus ini, ketorolac digunakan
sebagai anti inflamasi dan efek analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien

Ranitidin 2×1 amp


Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat
kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi
asam lambung. Pada kasus ini diberikan ranitidin sebagi pencegah
terjadinya iritasi lambung akibat pengeluaran berlebihan asam lambung
sebagai efek dari pemberian ketorolac.
Mecobalamin 1×1 amp
Meticobalamin adalah golongan cobalamin, bentuk dari vitamin B12.
Bentuk ini berbeda dengan cyanocobalamin yang memiliki gugus
sianida sedangkan meticobalamin memiliki gugus metil.
Meticobalamin berbentuk kristal berwarna merah. Pada kasus ini
diberikan meticobalamin sebagai vitamin untuk melindungi saraf
dari kerusakan akibat terjadinya inflamasi di organ viseral sekitar
saraf.

Diazepam 2x2mg
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam
yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat
(GABA) sebagai mediator pada sistem syaraf pusat. Diazepam
diberikan sebagai muscle relaxant pada kasus ini.

Amitriptilin 2 x ½
Amitriptilin , nerupakan jenis obat anti depresan, yang biasa
digunakkan untuk mengurangi rasa nyeri pada bagian persarafan,
mekanisme keja dengan menghambat re uptake neurotransmiter dan
penghancuran enzime oleh monoamin oxidase.
MIGRAINE

KASUS
Ny X (30 thn) datang kedokter mengeluh nyeri kepala,
berdenyut unilateral, mual, muntah, sensitive terhadap
cahaya, dinyatakan dokter menderita migraine. Ny X
mengalami migraine setelah menggunakan kontrasepsi
oral. Oleh dokter diberi obat Bodrex migra 3x1,
bellaphen 3x1, dan tritagig 1x1
MEKANISME OBAT

 Bodrex Migra (PCT 350 mg, prophyphenazone 150 mg, caffeine 50 mg).
Mekanisme sebagai analgetik-antipiretik yang membantu mengurangi
sakit kepala migraine. Kombinasi antara asetaminofen dengan aspirin
atau OAINS serta penambahan kafein dikatakan dapat menambah
efek analgetik, dan dengan dosis masing-masing obat yang lebih
rendah diharapkan akan mengurangi efek samping obat. Mekanisme
kerja OAINS pada umumnya terutama menghambat enzim
siklooksigenase sehingga sintesa prostaglandin dihambat.
 Bellaphen (belladonna total alkaloid 0,1 mg, ergotamine tartrat 0,3mg,
phenobarbital 20 mg ).
Mekanisme : alkaloid ergot bermanfaat untuk mengatasi serangan migraine
moderate – severe. Mereka adalah non selektif 5HT1 reseptor agonis dan
menghambat pengembangan neurogenic di dalam trigeminovascular sistem.
Juga mempunyai aktivitas pada α- adrenergic, β- adrenergic dan reseptor
dopaminergic.
 Tritagig (sumatripan succinate)
Mekanisme : sumatriptan adalah agonis serotonin yang mengurangi
vasodilatasi cerebral yang dipercaya mengatasi penyebab migraine.
Merupakan first line terapi untuk pasien dengan moderate – severe migraine
ketika pengobatan non spesifik sudah tidak efektif lagi.
SELESAI

You might also like