You are on page 1of 50

Ileus Obstruktif

PEMBIMBING:
DR. MADE AGUS SUANJAYA, SP.B
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. KM
 Umur : 66 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Tidak bekerja
 Alamat : Sandubaya
 Tanggal masuk : 15 Desember 2018
 Tanggal anamnesa : 15 Desember 2018
 Nomor CM : 312615
Anamnesis

 Keluhan Utama
Tidak BAB sejak 4 hari yang lalu.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh tidak dapat BAB sejak 4 hari yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan tidak bisa kentut sejak 4 hari yang lalu juga
mengeluh mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu, muntahan berupa
makanan dan air, tidak ada darah. Serta nyeri seluruh regio
abdomen. Nafsu makan berkurang. Buang air kecil lancar.
Riwayat Pasien

 Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat gangguan jiwa
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
 Riwayat sakit jantung disangkal
 Riwayat trauma pada daerah perut disangkal
 Riwayat operasi abdomen
 Riwayat penyakit ginjal disangkal
 Riwayat alergi obat disangkal
 Riwayat operasi sebelumnya disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
 Riwayat diabetes melitus disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat pengobtan dan alergi
 Riwayat operasi pada bagian perut sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak lemah (dehidrasi)


Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,80C
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 45 kg
Status Generalis
Kepala : mesochepal, rambut sebagian hitam, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah
dicabut.
Mata : Ca +/+, Si (-/-), pupil bulat isokor 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+) normal, mata tampak
cekung +/+.
Hidung : deviasi septum (-), discharge (-)
Telinga : simetris, discharge (-)
Mulut : sianosis(-), lidah kotor(-) dan hiperemis (-), mukosa basah (-)
Leher : kelenjar limfe tidak membesar
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris, jejas (-) ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : kiri atas SIC II LPSS, kiri bawah SIC IV LMCS
: kanan atas SIC II LPSD, kanan bawah SIC IVLPSD
Auskultasi : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)
Status lokalis
Abdomen
Inspeksi : cembung (+), darm counter (+), darm staifung (+)
Auskultasi : bising usus (+) menurun
Perkusi : timpani (+) , nyeri ketok kostovertebra (-/-)
Palpasi : supel (+), nyeri tekan regio epigastrik (+), hepar/lien tidak teraba,
saat peristaltik pasien mengeluh
Ekstrimitas
Superior : akral hangat -/-, edema -/-, sianosis -/-, kapilari refill 2 detik
Inferior : akral hangat -/-, edema -/-, sianosis -/-
Pemeriksaan Rectal Toucher
Hasil pemeriksaan RT:
Tonus Spingter Ani cukup baik
Ampula recti colaps
Massa (-)
Lendir (+)
Darah (-)
Feses (+)
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium (12 Agustus 2014)


Hitung Jenis
Darah lengkap
Basofil : 0,2
Hemoglobin : 9,6 Eosinofil : 0,0
Leukosit : 13150 Batang : 0,4
Hematokrit : 32 Segmen : 81,6
Eritrosit : 4,9 Limfosit : 11,2
Monosit : 6,6
Trombosit : 633.000
Kimia Klinik
MCV : 65,4 Albumin : 2,71
MCH : 19,6 Ureum : 86,7
MCHC : 30,0 Kreatinin : 0,91
RDW : 23,2 Glukosa sewaktu : 94
Natrium : 140
MPV : 9,5
Kalium : 3,9
Klorida : 88
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi : puasakan pasien, pasang monitor,
pasang NGT dan DC
Farmakologi: Usul pemberian injeksi analgetik, injeksi
antibiotic, resusitasi RL 2 jalur
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
RESUME
Anamnesis
Pasien mengeluh tidak bisa BAB dan tidak bisa kentut 11 hari yang lalu, jauh sebelum
keluhan tidak bisa BAB, pasien dapat BAB tapi sulit dan perlu mengejan kuat dan
konsistensi BAB kecil-kecil dank eras. Keluhan lain seperti mula dan muntah sejak 1
minggu yang lalu. Nyeri perut awalnya dirasakan diregio epigastrik kemudian menjalar
ke regio perut kanan atas kemudian ke seluruh region abdomen.
Pemeriksaan Fisik
Vital sign : N 120 x/menit
Status generalis : tampak lemah, pada pemeriksaan mata tampak cekung,
mulut mukosa basah -/-, akral dingin, dan kapilarirefil tidak kembali
cepat ; kesimpulan dehidrasi sedang.
Status lokalis : tidak normal, menunjukan gangguan pasase atau jalanya makanan
dalam usus karena suatu sebab ditandai dengan adefekasi dan afflatus.
DIAGNOSIS KERJA
Ileus Obstruktif Parsial

DIAGNOSA BANDING
Ileus Obstruktif Totalis
Ileus Paralitik
Obstruksi usu besar (Tumor intra abdomen, sumbatan cacing Ascariasis)
Appendisitis
Kolesistitis, kolelithiasi, kolik bilier

DIAGNOSIS POST OPERASI


Post eksplorasi laparotomi + reseksi anastomose end to end atas indikasi ileus obstruktif
parsial e.c tumor colon tranversum
TERAPI POST OPERATIF
Farmakologis:
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 mg
Inj. Metronidazol 3 x 500mg
Inj. Alinamin 2 x1 mg
Ketorolac 3 x 30 mg
Resusitasi cairan (RL 2 jalur)
Non Farmakologis:
Pasang kateter
Tirah baring
Pasang drain dan DC
Puasa 3 hari
LATAR BELAKANG
 Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar
pada usia pertengahan dan orang tua, Kanker kolon merupakan penyebab dari
90% ileus obstruktif yang terjadi.2

 Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua
dan biasanya mengenai kolon sigmoid.

 Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk ke dalam sekum.
Benda asing dan kelainan kongenital merupakan penyebab lain obstruksi yang
terjadi pada anak dan bayi.1

 Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008, diperkirakan


penyakit saluran cerna tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian di
dunia. indonesia menempati urutan ke 107 jumlah kematian diakibatkan
penyakit saluran cerna dunia tahun 2004, dengan 39.3 jiwa per 100.000 jiwa.3
DEFINISI

 Ileus Obstruktif adalah gangguan pasase usus berupa


adefekasi dan aflatus.

 Terdapat 2 jenis obstruksi usus: (1) non mekanis (ileus


paralitik atau ileus adinamik), peristaltik usus dihambat
akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi
pengendalian otonom motilitas usus; (2) Mekanis, yaitu
terjadinya obstruksi di dalam lumen usus.1
ANATOMI

a. Usus Halus
 Usus halus berbentuk tubuler, dengan panjang 6 meter
pada orang dewasa, yang terbagi atas tiga segmen yaitu
duodenum, jejunum, dan ileum.
 Duodenum
Duodenum merupakan segmen yang paling proksimal,
terletak retroperitoneal berbatasan dengan kaput dan batas
inferior dari korpus pancreas. Duodenum dipisahkan dari
dari gaster oleh adanya pylorus dari jejunum oleh batas
ligamentum Treitz
 Jejunum
 Jejunum dan ileum terletak di intraperitoneal dan
bertambat ke retroperitoneal melalui mesenterium. Tak
ada batas anatomi yang jelas untuk membedakan antara
jejunum dan ileum
 Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong atau
disebut juga jejunum.
 Ileum
 memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu
atau appendiks. Ileum memiliki pH atara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan dan garam-garam empedu.5
 Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus
 Usus Besar
 Letak : diantara anus dan ujung terminal ileum, dimulai dair
ileocecal ke anus.
 panjangnya 1,5m dan lebarnya 5-6cm.
 Usus besar terdiri atas segmen awal (sekum), dan kolon asendens,
tranversum, desenden, sigmoid, rectum, dan anus.
 Fisiologi : Sisa makanan dan yang tidak tercerna dan tidak
diabsorpsi di dalam usus halus didorong ke dalam usus besar oleh
gerak peristaltik kuat muskularis eksternus usus halus. Residu
yang memasuki usus besar itu berbentuk semi cair; saat mencapai
bagian akhir usus besar, residu ini telah menjadi semi solid yaitu
feses.
Usus Besar
 Vaskularisasi Usus Besar
 Pada usus besar ateri mesenterika superior memperdarahi
belahan bagian kanan (sekum, kolon ascenden, deua
pertiga proksimal kolon tranversum) : (1) Ileokolika, (2)
kolika dekstra, (3) kolika media, dan arteri mesenterika
inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon
tranversum, kolon desenden, dan sigmoid, dan bagian
proksimal rectum) : (1) kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3)
rektalis superior.5
FISIOLOGI

 Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu


pencernaan dan absorbsi nutrisi, air, elektrolit dan
mineral.
 Makanan mulut  lambung (ptyalin, as. Klorida,
pepsin)  duodenum  prencernaan enzim dan getah
usus pergerakan segmental usus peristaltik 
kontraksi usus  pengaturan freskuensi dan kekuatan
gerakan segmentasi  fungsi sfingter ileocecal 
peradanag caecum hambat pengosongan ileum
ETIOLOGI

1. riwayat pembedahan abdomen


2. Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya
disebabkan oleh tiga mekanisme ; 1) blokade intralumen
(obturasi), 2) intramural atau lesi intrinsik dari dinding
usus, dan 3) kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi
ekstrinsik dari intestinal
3. adhesi
4. hernia
5. Intusepsi
6. volvulus
7. tumor
Etiologi obstruktif mekanik

Tabel 1. : Beberapa Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal: 5,12


Obturasi Intraluminal Lesi Ekstrinsik Lesi Intrinsik
Benda Asing Adhesi Kongenital
Benda Asing
- Iatrogenik - Atresia, stenosis, dan webs
Hernia
- Tertelan - Divertikulum Meckel
- Batu Empedu - Eksternal
- Cacing - Internal
Intususepsi Massa Inflamasi
Pengaruh Cairan
- Anomali organ atau - Divertikulitis
- Barium pembuluh darah - Drug-induced
- Feses - Organomegali - Infeksi
- Meconium - Akumulasi Cairan - Coli ulcer
- Neoplasma Neoplasma

- Tumor Jinak
Post Operatif
- Karsinoma
Volvulus
- Karsinoid
- Limpoma
- Sarcoma
Trauma
KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok:15


a.Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Berdasarkan Lokasi Obstruksi :
Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
Letak Tengah : Ileum Terminal
Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar :10
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh
darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh
darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang
ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu
gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
4. Untuk keperluan klinis dan berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif dibagi dua:16
5. Ileus obstruktif usus halus, yaitu obstruksi letak tinggi dimana mengenai duodenum,
jejunum dan ileum
6. Ileus obstruktif usus besar, yaitu obstruksi letak rendah yang mengenai kolon, sigmoid
dan rectum.
PATOFISIOLOGI
Obstruksi pasial kronis

 Obstruksi parsial kronis  penebalan dinding intestinal


akibat hipertrofi otot. Perpanjangan waktu kontraksi dan
peningkatan kelompok kontraksi merupakan karakteristik
yang dapat ditemukan. Kelainan motoris ini dan
kemungkinan berhubungan dengan pertumbuhan bakteri
dapat menyebabkan terjadinya malabsorbsi, distensi dan
diare sekretorik.
Perbedaan Letak Obstruksi
MANIFESTASI KLINIS

Berdasarkan jenis
A. Ileus obstruksi strangulasi
Tidak ada gambaran klinis khas untuk mendeteksi awal
obstruksi
Biasanya nyeri sekali, demam, takikardi
B. Ileus obstruksi sederhana
Nyeri perut sering digambarkan sebagai kram perut dan
sifatnya intermiten (berkala/ hilang timbul) merupakan
gejala yang paling menonjol
C. Ileus obstruksi parsial
Berdasarkan letak :
A. Obstruksi ileus bagian proksimal
rasa sakit yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih
singkat dan nyeri kolik disertai dengan muntah
menandakan obstruksi ileus bagian proksimal
B. Obstruksi ileus bagian distal
nyeri yang lama (beberapa hari), bersifat progresif, dan
disertai dengan distensi abdomen
DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS
Gejala lain yang mengikuti antara lain:
• Mual dan muntah, berhubungan dengan adanya obstruksi di bagian proksimal
• Nyeri perut yang intermitan meningkat saat hiperperistaltik
• Perut kembung
• Diare, pada temuan awal
• Konstipasi, temuan akhir berupa afflatus dan adefekasi
• Demam dan takikardi, terjadi terlambat dan mungkin terkait dengan adanya
strangulasi
• Riwayat operasi panggul, terapi radiasi sebelumnya atau keduanya
• Riwayat keganasan, terutama carcinoma colon dan carcinoma ovarium
B. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
 tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering.
 Pada abdomen : distensi, parut abdomen, hernia dan massa
abdomen. Inspeksi pada penderita yang kurus/sedang juga dapat
ditemukan “darm contour” (gambaran kontur usus) maupun
“darm steifung” (gambaran gerakan usus), biasanya nampak jelas
pada saat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual
dan muntah gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik.
Darm Countur
Tanda meteorismus, dibedakan berdasarkan letak ;
1). Ileus letak tinggi : di duodenum dengan kembung di
ventrikulus
2). Ileus letak tengah : kembung di umbilicus, jejunum dan
ileum proksimal
3). Ileus letak rendah : di colon dengan kembung terasa di
seluruh region perut
Palpasi
 Distensi perut dan tidak nyeri tekan (kecuali pada saat
hiperperistaltik) tak ada defance muscular kecuali pada
peritonitis.
 Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance muscular’ involunter
atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
Perkusi
 Timpani pada seluruh region abdomen terutama di subdiafragma
Auskultasi
 Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora
(rush ’ )/borborygmi (suara seperti air dalam botol
yang di kocok / seperti suara ombak.
 Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit
dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas
peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau
menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga
ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif
strangulata.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Kimia serum : hasilnya biasanya normal atau sedikit meningkat.


 BUN (Blood Ure Nitrogen) : Jika BUN meningkat, hal ini dapat
menunjukan penurunan volume cairan tubuh (dehidrasi).
 Kreatinin : peningkatan kreatinin mengindikasikan adanya
dehidrasi.
 CBC (Complete Blood Count): Sel darah putih (WBC) mungkin
meningkat dengan pergeseran ke kiri biasanya terjadi pada ileus
obstruktif sederhana atau strangulasi, peningkatan hematokrit
adalah indikator kondisi cairan dalam tubuh berkurang
(misalnya; dehidasi).
FOTO ABDOMEN

 Studi Lappas et al menemukan 2 temuan lebih prediktif


dari ileus obstruktif letak tinggi dan ileus obstruktif
komplit antara lain:
 (1) adanya deferensial air-fluid level di usus halus,
 (2) dilatasi usus lebih dari 25 mm. Studi ini menemukan
bahwa ketika 2 temuan yang hadir, obstruksi
kemungkinan besar letak tinggi atau ileus obstruksi
totalis. Ketika temuan kedua ini tidak ada maka ileus
obstruksi letak rendah (parisial) atau tidak ada obstruksi.24
 Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain: 25
1. Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus (
diameter > 3 cm )
2. Distensi usus bagian proksimal obstruksi
3. Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
4. Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
5. Posisi supine dapat ditemukan :
6. step-ladder sign
7. String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet.
8. Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan
gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang
oedem.
9. Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
teori
lampiran
PENATALAKSANAAN

1. Mual-muntah  dehidrasi  rehidrasi RL


2. Monitoring cairan out put: cateter, NGT tujuanya untuk
mengosongkan lambung untuk mengurangi risiko
terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan
meminimalkan terjadinya destensi abdomen
3. Pemeriksaan elektrolit serial
4. Pemeriksaan DL
5. Antibiotik untuk adanya temuan leukositosis untuk
profilaksis
PENATALAKSANAAN

 Terapi operatif
 Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus.
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease,
dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.
KOMPLIKASI

 Gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan


 iskemia
 perforasi usus yang dapat menyebabkan peritonitis, sepsis,
dan kematian.
PROGNOSIS

 Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai


8% asalkan operasi dapat segera dilakukan.
 Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan
meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.
 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan
dengan cepat. 20
KESIMPULAN

 Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan
menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari
sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensiatau
dilatasi usus.
 Adhesi, hernia, dan tumor mencakup 90% etiologi kasus obstruksi mekanik
usus halus. Adhesidan hernia jarang menyebabkan obstruksi pada colon.
Penyebab tersering obstruksi pada colon adalah kanker, diverticulitis, dan
volvulus.
 Gejalanya antara lain tidak BAB, tidak kentut, disertai dengan mual, muntah
dan jika kondisi ini berlangsung lama dapat menyebabkan dehidrasi,
demam, perut kembung, nyeri perut diawali dari daerah epigastrik kemudian
nyeri dirasakan secara intermiten terutama ketika peristaltic.

DAFTRA PUSTAKA
 Price, S. A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. 2006. Hal 437-450
 Davidson, Tish, Dionne Stephanie. 2006. Diunduh dari URL : http://www.healthline.com (diakses 19 Februari 2013)
 WHO. Causes of Death in 2008. Diunduh dari URL : http://www.who.int (diakses 19 Februari 2013)
 Dinas Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Diunduh dari URL : http://www.dinkes.go.id (diakses 19 Februari 2013)
 Whang, E. E., Ashey, S. W., & Zimnner, M. J. 2005. Small Intestine. In B. e. al (Ed), Schwatz’s Principles Of Surgery (8 ed., p. 1018). McGraw-Hill Companies.
 Eroschenko, V. P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional (9 ed.). (D. Anggraini, T. M. Sikumbang, Eds., & J. Tambayong, Trans.) Jakarta: EGC
 Snell, Richard S. 2004. Clinical Anatomy for Medical Students, Fifth edition, New York
 Price, S. A. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (S. A. Price, L. McCarty, & Wilson, Eds.) Jakarta: EGC
 Evers, B. M. 2004. Small Intestine. In T. c. al, Sabiston Textbook Of Surgery (17 ed., pp. 1339-1340). Philadelphia: Elseviers Saunders
 Sjamsuhidajat. R, Jong WD. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Nobie, B. A. (2014, Agustus 21). Obstruction, Small Bowel. Retrieved June 6th, 2011, from emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
 Thompson, J. S. 2005. Intestinal Obstruction, Ileus, and Pseudoobstruction. In R. H. Bell, L. F. Rikkers, & M. W. Mulholland (Eds.), Digestive Tract Surgery (Vol. 2, p. 1119).
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher
 Simatupang O N. 2010. Ileus Obstruktif. Samarinda: UNMUL Retrieved June 6th, 2011, Available at: http://www.scribd.com/doc/28090500/ileus-obstruksi
 van der Wal JB, Iordens GI, Vrijland WW, van Veen RN, Lange J, Jeekel J. Adhesion prevention during laparotomy: long-term follow-up of a randomized clinical trial. Ann Surg.
Jun 2011;253(6):1118-21. [Medline].
 Yates K. 2004. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L, Brown AFT, Heyworth T, editors. Textbook of adult emergency medicine. 2nd ed. New York:
Churchill Livingstone. p.306-9
 Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A Spectrum of causes. JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92
 Sheedy SP, Earnest F 4th, Fletcher JG, Fidler JL, Hoskin TL. CT of small-bowel ischemia associated with obstruction in emergency department patients: diagnostic performance
evaluation. Radiology. Dec 2006;241(3):729-36. [Medline].
 Bickle IC, Kelly B. 2002. Abdominal X Rays Made Easy: Normal Radiographs. studentBMJ April 2002;10:102-3
 Sheedy SP, Earnest F 4th, Fletcher JG, Fidler JL, Hoskin TL. CT of small-bowel ischemia associated with obstruction in emergency department patients: diagnostic performance
evaluation. Radiology. Dec 2006;241(3):729-36. [Medline].
 Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Retrieved June 6th, 2011, from emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
 Evers, B. M. 2004. Small Intestine. In T. c. al, Sabiston Textbook Of Surgery (17 ed., pp. 1339-1340). Philadelphia: Elseviers Saunders
 Di Saverio S, Coccolini F, Galati M, Smerieri N, Biffl WL, Ansaloni L, et al. Bologna guidelines for diagnosis and management of adhesive small bowel obstruction (ASBO): 2013
update of the evidence-based guidelines from the world society of emergency surgery ASBO working group. World J Emerg Surg. Oct 10 2013;8(1):42. [Medline].
 Thompson WM, Kilani RK, Smith BB, Thomas J, Jaffe TA, Delong DM, et al. Accuracy of abdominal radiography in acute small-bowel obstruction: does reviewer experience
matter?. AJR Am J Roentgenol. Mar 2007;188(3):W233-8. [Medline].
 Lappas JC, Reyes BL, Maglinte DD. Abdominal radiography findings in small-bowel obstruction: relevance to triage for additional diagnostic imaging. AJR Am J Roentgenol. Jan
2001;176(1):167-74. [Medline].
 Moses, S. 2008. Mechanical Ileus. Retrieved Agustus 24, 2014, Available at : http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/MchnclIls.htm
 Khan, A. N. (2009, September 11). Small Bowel Obstruction. Retrieved Agust 24th, 2014, Available at emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview

You might also like