You are on page 1of 30

LAPORAN KASUS

TONSILITIS
KRONIK
Ni Made Lintya Andani 177008055
Komang Soniananda Pradnyana Putri 177008080
PENDAHULUAN

TONSIL

Pertahanan Tubuh Terdepan

TONSILLITIS AKUT TONSILITIS KRONIS

Di Indonesia, tonsilitis kronis


menempati urutan kedua tertinggi
pada kelompok penyakit THT, yakni
3,8% tertinggi setelah nasofaringitis
akut yakni 4,6%

Anak-anak dan remaja berusia 5-15 tahun


paling sering terkena tonsilitis, tetapi dapat
menyerang siapa saja tak terkecuali pada Kompetensi
orang dewasa 3A
TINJAUAN PUSTAKA
jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi
ANATOMI TONSIL yang berinvaginasi dan membentuk
kripta/kriptus

Tonsil terletak di
lateral orofaring dan
dibatasi oleh:
 Lateral  m.
konstriktor faring
superior
 Anteriorm.
palatoglosus
 Posteriorm.
palatofaringeus
 SuperiorPalatum
mole
 Inferior Tonsil
lingual
Fisiologi Tonsil
Sistem limfatik yang berperan dalam imunitas, bersama
dengan tonsil lingual dan tonsil palatina membentuk cincin
Waldeyer selaku agregat limfoid pertama pada saluran
aerodigestif.

Pada setiap tonsil terdapat 10-30


kripte sebagai tempat berdiamnya
benda asing yang kemudian akan
dibawa ke folikular limfe.
Definisi
Tonsilitis
Tonsilitis kronis
Peradangan pada Peradangan tonsil
tonsil palatina yang menetap
yang merupakan sebagai akibat
bagian dari cincin infeksi akut atau
Waldeyer. subklinis yang
berulang
EtiologiTonsilit Tonsilit
is
is viral Streptokokus
Virus Epstein bakteri B
Barr, Hemolitikus
Grup A

Pneumococc
Haemophilus
us,
Influenza

Virus Streptococcu
Coxschakie s viridans

Streptococcu
Echovirus, s
pyogenes.4,5

Rhinovirus
Fakt Higienitas mulut dan gigi yang
buruk
or
Risik Merokok
o
Kebiasaan makan

Stres dan kelelahan fisik

Pengaruh cuaca

Pengobatan tonsillitis akut yang


tidak adekuat
Klasifikasi
Tonsilitis
Tonsilitis akut
membranosa

Tonsilitis viral Tonsilitis difteri

Tonsilitis bakterial Tonsilitis septik

Angina Plaut Vincent

Tonsilitis Kronis
Patofisiologi Virus
Menetap
atau
dalam
bakter
kripte tonsil
i

hidung
Detritus atau
mulut

menginfiltrasi lapisan
keluarnya leukosit
epitel dan jaringan
polimorfonuklear
limfoid superfisial
reaksi
radang
Manifestasi Klinis
Derajat Pembesaran Tonsil :
T0 : Tonsil sudah terangkat
T1 : Tonsil sedikit keluar dimana ukuran tonsil <25%
yaitu tonsil masih berada dalam fossa tonsilaris
T2 : Tonsil melewati arkus posterior hingga
mencapai linea paramedia.
T3 : Ukuran tonsil >50% sampai dengan <75%
yaitu tonsil melewati linea paramedia hingga
mencapai linea mediana.
T4 : Ukuran tonsil >75% yaitu tonsil melewati linea
mediana (uvula)
Diagnosis
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang
• Riwayat tonsilitis • tonsil akan terlihat
benjolan-benjolan,
sebelumnya? kripte melebar • kultur swab tonsil
disertai adanya
• Apakah mendapat detritus
pengobatan adekuat?

• Kapan gejala tersebut


muncul?

• Bagaimana pola makan


sehari-hari?

• Apakah rutin atau rajin


membersihkan mulut?
Penatalaksanaan
 Medikamentosa
- Antibiotik : golongan penisilin, sefalosporin, dan sulfonamide
 Tindakan
operatif Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of
Otolaryngology – Head and Neck Surgery (AAO-HNS) 1995
Tonsilektomi
Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah
mendapat terapi yang adekuat.
Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.
Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan
sumbatan jalan napas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan
bicara, dan gangguan kor pulmonal.
Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses perionsil yang
tidak berhasil hilang dengan pengobatan.
Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh Streptokokus beta
hemolitikus grup A.
Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
Otitis media efusa atau otitis media supuratif.
Kontraindikasi: gangguan perdarahan, risiko anastesi yang besar,
penyakit berat, anemia, serta infeksi akut yang berat.
Komplikasi
Komplikasi dekat Komplikasi jauh
Abses peritonsil Endocarditis
Abses intratonsilar Artritis
Tonsilolith (kalkulus tonsil) Miostitis
Otitis media akut Nefritis
Sinusitis Uveitis
Dermatitis
Prognosis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam


beberapa hari dengan beristirahat
dan pengobatan suportif.

Apabila telah dilakukan


tonsilektomi prognosisnya
cenderung baik.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
 Inisial : KGKD
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 30 tahun
 Alamat : Medahan, Blahbatuh, Gianyar
 Pekerjaan : Swasta
 Suku Bangsa : Indonesia
 Agama : Hindu
 No.RM : 600041
 Tanggal pemeriksaan : 27 November 2018
LAPORAN KASUS

Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang

 Keluhan utama : Rasa mengganjal di tenggorok

 Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Sanjiwani Gianyar diantar oleh istrinya dengan
keluhan rasa mengganjal di tenggorok. Pasien telah merasakan rasa mengganjal di
tenggorok sejak 1 tahun yang lalu dan memburuk 1,5 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan hilang timbul tanpa disertai nyeri menelan. Awalnya pasien merasakan rasa
mengganjal di tenggorok hingga membuat pasien sulit bernapas terutama saat tidur.
Pasien sempat mendapat pengobatan dan membaik namun kembali memburuk 1,5 bulan
yang lalu. Keluhan pasien biasanya memberat saat pasien kelelahan sehingga pasien
merasa sesak. Riwayat demam hilang timbul dan ngorok saat tidur. Keluhan lain saat
ini seperti batuk, pilek, sulit menelan disangkal oleh pasien.
LAPORAN KASUS
Riwayat penyakit terdahulu
 Pasien telah selama satu tahun mengalami keluhan yang sama dan terjadi
secara hilang timbul. Riwayat penyakit kronis dan alergi disangkal.
Riwayat keluarga
 Tidak ada anggota keluarganya yang mengalami keluhan serupa. Riwayat
penyakit kronis dalam keluarga disangkal.
Riwayat personal, sosial, dan lingkungan

 Pasien merupakan seorang pegawai kontrak di Pemerintah Daerah


Kabupaten Gianyar. Pasien mengatakan sering mengkonsumsi makanan
ringan, gorengan, es krim serta minuman dingin yang higenitasnya kurang,
namun saat ini pasien sudah mengurangi kebiasaan tersebut. Pasien
mengatakan rutin menggosok gigi yakni 2 kali sehari. Riwayat merokok dan
konsumsi alcohol dikatakan sejak muda namun selama sebulan terakhir
sudah berkurang.
LAPORAN KASUS

Status General
Pemeriksaan Fisik
 Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-
Status Present
 THT: Sesuai status THT
 Kesadaran : Compos Mentis
 Thoraks:
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Cor : S1S2 tunggal regular murmur (-)
 Nadi : 80 x/menit
 Pulmo : Ves +/+, ronkhi -/-, wheezing
 Respirasi : 20 x/menit -/-
 Suhu aksila : 36.50C  Abdomen ; Distensi (-), bising usus (+)
normal
 Ekstremitas : Hangat (+), edema (-)
LAPORAN KASUS

 Status Lokalis THT

Telinga
Status Dekstra Sinistra
Daun telinga Normal Normal
Liang telinga Lapang Lapang
Discharge (-) (-)
Membran timpani Intak Intak
Tumor (-) (-)
Mastoid Normal Normal
LAPORAN KASUS

 Status Lokalis THT


Hidung

Status Dekstra Sinistra

Hidung Luar Normal Normal

Kavum nasi Lapang Lapang

Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Mukosa Merah muda Merah muda

Konka dekongesti Intak

Tumor (-) (-)

Discharge (-) (-)


LAPORAN KASUS

 Status Lokalis THT


Tenggorok
Status Dekstra Sinistra
T3 T2
Kripte (+), Detritus (-) Kripte (+), Detritus (-)
Tonsil

Mukosa Hiperemis Hiperemis


Dispneu (-) (-)
Sianosis (-) (-)
Stridor (-) (-)
Suara Normal
Dinding belakang Hiperemis
LAPORAN KASUS

 Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap (2/11/2018)

Parameter Hasil Unit Nilai Normal Remark


WBC 10,1 103/uL 4,0-10,0 H

Gran% 49,3 % 50,0-70,0 L

Lymph% 43,7 % 20,0-40,0 H

RBC 4,53 106/uL 3,50-5,50 N

HCT 43,7 % 37,0-54,0 N

HGB 14,1 g/ dL 11,0-16,0 N

PLT 384 103/uL 150-450 N


LAPORAN KASUS

 Pemeriksaan Penunjang : Kimia Darah (02/11/2018)

Parameter Hasil Unit Nilai Normal Remark

Gula Sewaktu 89 mg/dL 80-120 N

Ureum 33 mg/dL 18-55 N

Creatinin 0,9 mg/dL 0,7-0,12 N

SGOT 30 U/L <35 N

SGPT 53 U/L <41 H


LAPORAN KASUS

 Pemeriksaan Penunjang : Faal Hemostatis (29/10/2018)


Parameter Hasil Nilai Rujukan
(Menit)

Masa Perdarahan / Bleeding Time 2’30 1-6


(BT)
Masa Pembekuan / Clotting Time 8’00 10-15
(CT)

 Assesment : Tonsilitis kronis


 Penatalaksanaan : Tonsilektomi
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
pasien laki-laki berusia 30 tahun datang ke Peradangan tonsil yang menetap sebagai
poli THT dengan keluhan rasa mengganjal akibat infeksi akut atau subklinis yang
pada tenggorok namun saat ini tidak disertai berulang disebut sebagai tonsilitis kronis.
gangguan menelan dan nyeri tenggorok. Tonsillitis sering terjadi pada anak-anak namun
Pasien mengalami keluhan tersebut sejak 1 juga dapat menyerang orang dewasa.
tahun yang lalu dan memburuk sejak 1,5 Beberapa faktor predisposisi timbulnya
bulan yang lalu. Keluhan tersebut hilang tonsilitis kronis adalah higenitas mulut yang
timbul dan sudah sempat diobati namun tidak buruk dan pengobatan tonsilitis yang tidak
membaik. Terdapat riwayat demam yang adekuat. 1,2,3,4

hilang timbul. Pasien juga mengatakan sering


mengkonsumsi makanan dan minuman
dengan hygienitas yang kurang serta riwayat
merokok dan konsumsi alcohol sejak muda.
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
Dari pemeriksaan fisik menggunakan Tonsilitis terjadi akibat masuknya kuman
spatula lidah ditemukan adanya tanda melalui mulut dan menginfiltrasi lapisan
peradangan kronik pada tonsil palatina epitel dan jaringan limfoid superfisial
yaitu ukuran kedua tonsil membesar dan sehingga menimbulkan reaksi radang
telah melewati fossa tonsilaris (T2/T3), yang akan ditandai dengan mukosa yang
dengan mukosa hiperemis, serta kripte hiperemis dan akan terbentuk detritus. 4,7
yang melebar dan namun tidak tampak
terisi oleh detritus.
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
Pada pasien jenis pemeriksaan Berdasarkan teori, pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan berupa penunjang yang dilakukan untuk
pemeriksaan darah lengkap didapatkan menunjang diagnosis antara lain
leukositosis dengan jumlah leukosit pemeriksaan darah lengkap dan kultur
10,1x103/uL, angka tersebut tidak terlalu swab untuk mengetahui jenis kuman
tinggi sehingga pasien dapat menjalani pada infeksi sehingga dapat menentukan
proses pembedahan berupa tonsilektomi. jenis antibiotik yang sesuai.4,7
Pemeriksaan penunjang berupa kultur
swab tidak dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang berupa kultur
swab tidak dilakukan pada pasien.
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
Pada pasien dilakukan tindakan pembedahan Penatalaksanaan tonsilitis kronis dapat
berupa tonsilekomi di ruang operasi dengan dilakukan dengan medikamentosa dan
pengaruh anastesi umum. Sebelum dilakukan operatif. Terapi medikamentosa dapat
operasi pasien diberikan antibiotik profilaksis dilakukan dengan memberikan obat kumur
berupa Cefotaxime pre operasi namun dalam untuk menjaga higenitas mulut dengan baik
perjalanannya diketahui pasien alergi dan antibiotik untuk mengendalikan proses
terhadap Cefotaxime sehingga antibiotik harus infeksi yang berulang. Apabila terapi
diganti dengan golongan lain berupa medikamentosa tidak adekuat, terdapat
Levofloksasin. Pasien diberikan komunikasi, infeksi berulang atau kronik dapat dilakukan
informasi, dan edukasi (KIE) post operasi tonsilektomi sesuai dengan American
berupa diet es krim non cokelat, diet makanan Academy of Otolaryngeology – Head and Neck
lunak tidak panas (suhu ruangan) dan kontrol Surgery (AAO-HNS) 1995 dan tindakan
kembali ke Poli THT post MRS. pembedahan tersebut dilakukan di ruang
operasi dengan pengaruh anastesi umum.
DAFTAR PUSTAKA
 Maulana, Novialdi, Elmatris. 2016. Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas; Vol 5(2)

 Drake R L, Vogl A W, Mitchell A W. Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012.Elsevier Churchill Livingstone : p(557-558)

 Wiyanto R J, Pelealu O C, Tumbel R E. Survei Kesehatan Tenggorok di Desa Tinoor Dua.2015.E-Clinic Journal (eCJ), vol 3(1)

 Pulungan MR, Novialdi N. Mikrobiologi Tonsilitis Kronik. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. 2014. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, Padang

 Soepardi EA, Iskandar N,Bashiruddin J, Restuti RD.2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher
Edisi Keenam. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

 Mindarti F, Rahardjo SP, Kondrat L.2010. The Relationship between Titer of Anti Streptolisin O and Clinical Symptoms in
Patient with Chronis Tonsilitis. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

 Sapitri V,Yunaldi, Rahayu U. 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis yang diindikasikan Tonsilektomi di RSUD Raden
Mattaher Jambi.

 Chris Tanto dkk.2014.Tonsilitis. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Edisi ke-7.Media Aesculapius, Jakarta : pp.1067-1070

 Campisi P, Tewfik TL.2003.Tonsilitis and its Complication.The Canadian Journal of Diagnostic.

 Amin AA. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Angka Kejadian Tonsilitis pada Siswa SD Inpres Maccini Sombala
Tahun 2017. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

 Agur, Anne & Moore, Keith 2007, Essential Clinic Anatomy, 3rd ed., Lippincott William & Wilkins, pp. 568-573

 Moore KL, Agur AM. Anatomi Klinis Dasar.2013.Hipokrates : P(442-445)

 Nadhilla NF, Sari MI. 2016. Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
TERIMA
KASIH

You might also like