You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN

ASFIKSIA NEONATORUM
PENDAHULUAN
• Di Indonesia banyaknya bayi yang meninggal
akibat terserang asfiksia neonatorum sebesar
33%
• , ini di karenakan ketidakmampuan anak untuk
bernafas secara baik, Keadaan ini juga di
pengaruhi oleh posisi anak atau bayi yang
tidak baik sehingga dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia neonatorum (WHO,2010).
Pengertian
• Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur
• Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan.
• Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan

Prawirohardjo: 2003
Next...
• Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi
tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir.
• Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis.
• Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena
kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti
pengembangan paru-paru.
• Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat
terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau
dapat terjadi segera setelah lahir.
(Utomo, 2006).
Faktor Penyebab...
• Banyak faktor yang menyebabkannya,
penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti
hipertensi, paru, gangguan kontraksi uterus
pada ibu, resiko tinggi kehamilan.
• faktor plasenta seperti janin dengan solusio
plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri.

Hidayat, 2005
faktor lain yang menyebabkan asfiksia janin diantaranya adalah
faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:

Faktor ibu Faktor Tali Pusat Faktor Bayi


1. Preeklampsia dan
eklampsia 1. Lilitan tali pusat 1. Bayi prematur
2. Pendarahan abnormal (sebelum 37
(plasenta previa atau 2. Tali pusat minggu kehamilan)
solusio plasenta) 2. Persalinan dengan
3. Partus lama atau partus pendek tindakan
macet (sungsang, bayi
4. Demam selama 3. Prolapsus tali
persalinan, Infeksi
kembar, distosia
berat (malaria, sifilis,
pusat bahu, ekstraksi
TBC, HIV) vakum, ekstraksi
5. Kehamilan Lewat forsep)
Waktu (sesudah 42 3. Gemeli
minggu kehamilan)
6. Gangguan kontraksi
4. Kelainan congential
uterus, cacat bawaan, 5. Pemakaian obat
penyakit jantung anestesi
bawaan
Patofisiologi
Klasifikasi
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau asfiksia ringan dengan nilai
APGAR 7-10

Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1


dan menit ke-5, bila nilai APGAR 5 menit masih
kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7.
Observasi dan periksa :

• A = “Appearance” (warna kulit) .


• P = “Pulse” (denyut jantung).
• G = “Grimace” (hisapan).
• A = “Activity” (gerakan).
• R = “Respiration” (pernapasan)
TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI

Frekwensi Tidak ada Kurang dari Lebih dari


jantung 100 x/menit 100 x/menit
Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis
bernafas teratur kuat
Tonus otot Lumpuh / Ekstremitas Gerakan
lemas fleksi sedikit aktif
Refleks Tidak ada Gerakan Menangis
respon sedikit batuk
Warna Biru/ Tubuh: Tubuh dan
pucat kemerahan, ekstremitas
ekstremitas: kemerahan
biru
Manifestasi Klinis
Pada Kehamilan Pada bayi setelah lahir
• Denyut jantung janin lebih • Bayi pucat dan kebiru-biruan
cepat dari 160 x/mnt atau
• Usaha bernafas minimal atau tidak ada
kurang dari 100 x/mnt,
halus dan ireguler serta • Hipoksia
adanya pengeluaran • Asidosis metabolik atau respiratori
mekonium. • Perubahan fungsi jantung
Jika DJJ normal dan ada • Kegagalan sistem multiorgan
mekonium : janin mulai
asfiksia • Kalau sudah mengalami perdarahan di
otak maka ada gejala neurologik : kejang,
Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan
ada mekonium : janin nistagmus, dan menangis kurang baik/
sedang asfiksia tidak menangis.
Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah • Bayi tidak bernapas atau napas megap-
dan ada mekonium : janin megap, denyut jantung kurang dari 100
dalam gawat x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot
menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
Komplikasi

Komplikasi yang • Edema otak &


muncul pada Perdarahan otak
asfiksia neonatus • Anuria atau oliguria
antara lain : • Kejang
• Koma, dll

Cor (jantung)
Pemeriksaan Diagnostik
• Hitung Denyut jantung janin (me ketika HIS, kembali
normal ketika HIS berhenti) : 120-160x/m
manual/elektrocardiograf
• Observasi Mekonium dalam air ketuban
• Pemeriksaan pH darah janin: amnioskop serviks
sampel darah janin pH dibawah 7,2 gawat janin
• Px lain : AGD, Elektrolit darah, KGD, USG (kepala),
APGAR Score, ECG, CT-Scan
Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru
Lahir
• Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi
bahu diganjal 2-3 cm.
Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET)
untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
Next...

2. Memulai pernafasan
Memakai rangsangan taksil untuk memulai
pernafasan
Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup
dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke
mulut (hindari paparan infeksi).
Next...
3. Mempertahankan sirkulasi
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara:
- Kompresi dada.
- Pengobatan
Konsep Asuhan Keperawatan
• Pengkajian (Biodata, Riwayat Kesehatan, Riwayat
Tumbuh Kembang, Reaksi Hospitalisasi, Pemeriksaan
Fisik, Pemeriksaan Head To Toe)
• Diagnosa
1. Bersihan jalan tidak efektif b/d Paralisis otot
pernafasan
2. Pola nafas tidak efektif b/d gangguan transfer
O2 dalam alveoli
• Intervensi/Planning:
Dx 1 :
• Kaji tanda vital – pernafasan, nadi, tekanan darah dan
temperatur
• Kaji frekwensi, kedalaman pernafasan dan tanda-tanda sianosis
setiap 2 jam.
• Dorong pengeluaran sputum, pengisapan (suction) bila
diindikasikan.
• Lakukan palpasi fokal fremitus
• Observasi tingkat kesadaran, selidiki adanya perubahan
• Kolaborasi dengan tim medis pemberian O2 sesuai dengan
indikasi
Dx 2:
• Kaji frekwensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
• Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu
pernafasan
• Auskulatasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti
mengi, krekels,dll
• Tinggikan kepala bayi dan bantu mengubah posisi
• Berikan oksigen tambahan
• Kolaborasi pemberian obat-obatan/farmakologi
• Implementasi
Pelaksanaan dari asuhan keperawatan
meninjau kembali dari apa yang telah
direncanakan atau intervensi sebelumnya
• Evaluasi
Klien tampak rileks dalam bernafas
Jalan nafas klien kembali lancar
Tidak terjadi kejang berulang
Kesadaran klien kembali membaik.
TQ....

You might also like