You are on page 1of 57

CASE REPORT

‘’Seorang laki-laki 31 tahun


dengan Hidropneumothorak
e.c TB paru ‘’
Salfany Try Nidya – 030.14.170
Pembimbing: dr. Reni Ari Martani,
Sp.P, M.Kes
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Kardinah Tegal
2018
PENDAHULUAN
Hidropneumotoraks
Keadaan dimana terdapat udara dan cairan didalam
rongga pleura yang mengakibatkan collaps jaringan
paru

PENDAHU Keadaan ini dapat terjadi karena pneumotoraks


yang berlangsung lama kemudian timbul cairan

LUAN atau karena udara masuk dengan tidak sengaja


(iatrogenik) saat dilakukan fungsi pada efusi pleura
atau karena proses infeksi kuman yang
menghasilkan gas

Tuberkulosis
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Sumber
penularan adalah pasien tuberkulosis BTA positif
pada waktu batuk dan bersin
PENDAHULUAN
Hidropneumo
Tuberkulosis
thorak
paru
2,4-17,8 per 100.000
penduduk pertahun. WHO 2010 Indonesia
Menurut Barrie dkk, ranking ke 5, negara
ratio dengan TB. Estimasi
: =5:1 prevalensi TB semua
kasus : 660,000.
Jumlah kematian
akibat TB 61,000
kematian pertahunnya.
(Sumber: World Health Organization. 2010.)
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Tn. H Laki-laki 31 tahun Islam

Jl.Cipta Buruh harian


30-9-2018 9-10-2018 lepas
Laksana
ANAMNESISI 01
Sesak nafas sejak 2 bulan SMRS, dan
terasa berat sejak 1 hari sebelum masuk
IGD RSUD Kardinah
Autoanamnesis 10
Oktober 2018 pukul • Nyeri dada hilang-timbul sejak 2 minggu SMRS
• Batuk sejak 6 bulan terakhir ini
07.30 WIB di
• Demam meriang sejak 1 bulan SMRS
bangsal Rosella C1 02 • Pegal-pegal
• Penurunan BB sejak 6 bulan terakhir ini 4 kg.
• Pasien memiliki air di dada kanan

• Perasaan sesak nafas tidak dipicu oleh aktifitas berat, cuaca ataupun posisi
03 berbaring. Sesak nafas tidak berkurang dengan istirahat ataupun posisi duduk
• Batuk sejak 6 bulan terakhir ini, batuk berdahak warna kekuning-kuningan
• Nyeri dada hilang timbul, timbul saat batuk. Nyeri akan hilang saat pasien
berbaring di sisi tubuh yang tidak terkena. Selain itu pasien mengatakan
memiliki air didada kanan saat pasien berubah posisi tidu dan bergerak
• Demam meriang sejak 1 bulan SMRS disertai pegal
04 • Penurunan BB 6 bulan terakhir ini 4 kg

Pasien dilakukan tindakan WSD ke dua di RSU Kardinah pada 8 Oktober 2018 karena
pasien masih sesak dan masih ada cairan di paru kanan setelah 2 minggu pelepasan WSD
pertama di RSU Soesilo. Pada selang tampak keluar cairan berwarna kekuningan keruh
encer disertai gelembung
ANAMNESIS 01
Batuk darah (-)
Hipertensi (-)
DM (-)
Autoanamnesis 10 Alkohol (-)
Oktober 2018 pukul
07.30 WIB di • Riwayat batuk lama
bangsal Rosella C1 02 • Riwayat pengobatan TB paru warna merah 1 bulan di RSU Soesilo
• Riwayat di rawat di RSU Soesilo pada Senin, 7 September 2018
untuk dilakukan WSD untuk pertama kali karena keluhan sesak ,
nyeri dada kanan dan terasa ada cairan didada kanan saat berubah
posisi tidur
03
Di RSU Soesilo, pasien sudah melakukan tes dahak, sudah dilakukan
fotorontgen dan pasien sudah diberikan obat untuk mengurangi keluhan

04 • Sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh harian lepas di pasar


• Tinggal bersama ayah dan ibunya di rumah
• Pengobatan menggunakan BPJS
• Riwayat merokok selama 20 tahun, 1 bungkus perhari namun sudah berhenti
sejak ± 2 bulan yang lalu. Indek Brinkman = 12x20 = 240
Pemeriksaan Fisik

KU: Tampak Nadi:


sesak, tidak Tekanan
90x/menit Suhu: 36,5 Status Gizi:
pucat, tidak darah
Napas: SpO2: 97% 17,19 kg/m2
sianosis 120/80x/menit
Kesadaran: CM 35x/menit
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Terpasang WSD di ICS V pada dada kanan,
undulasi 10 cm, produksi 200 cc warna kuning keruh (+),
gelembung (+), dinding dada kanan asimetris, dada
kanan tertinggal, sela iga pada kanan tampak melebar

Palpasi: Tractil femitus dan vokal fremitus kanan ↓

Perkusi thorak anterior: Lapang paru kanan hipersonor


dari ICS II-IV, lapang paru kanan redup dari ICS V
sampai ke bawah, seluruh lapang paru kiri sonor.

Perkusi thorak posterior: Lapang paru kanan


hipersonor dari ICS II-IV, lapang paru kanan redup dari
ICS V sampai ICS IX, seluruh lapang paru kiri sonor.

Auskultasi: Vesikuler (↓/+), Ronki (+/-) , succasion


splash(+)

Shiffting dullness (+)


PEMERIKSAAN FISIK

Kepala, wajah,
mata Telinga dan
Kepala normosephali
Hidung
Konjungtiva anemis (-/-) Deviasi septu (-), deformitas
Sklera ikterik (-/-) (-), sekret (-/-)
Normotia, sekret (-), darah (-)

Mulut
Leher Sianoisi (-), lidah
Pembesaran KGB (-)
kotor (-), faring
Pembesaran tiroid (-)
hiperemis (-). Ukuran
JVP 5+2cm
tonsil T1/T1
PEMERIKSAAN FISIK

Paru
• Gerakan dinding dada asimetris, dada kanan
tertinggal, sela iga kanan mendatar dan tampak Jantung
melebar, tactil fremitus dan vokal fremitus Tidak tampak ictus cordis
menurun, venektasi (-/-), bintik kemerahan (-) Palpasi ictus cordis (+)
• Perkusi paru anterior: lapang paru kanan Perkusi jantung dalam batas
hipersonor dari ICS II-ICS IV dan lapang paru normal
kanan redup dari ICS V –bawah. BJ I,II reguler, murmur (-),
• Perkusi paru posterior: lapang paru kanan gallop (-)
hipersonor dari ICS II-ICS IV dan lapang paru
kanan redup dari ICS V-IX, suara nafas vesikular
menurun dilapang paru kanan, Rhonki+/-,
Succussion splash (+)
Abdomen
Inspeksi datar, bising
Genitalia usus 12x/menit
Dalam batas Shiffting dullness (+)
normal Nyeri tekan (-)
STATUS GENERALIS
Kepala dan Rambut: Distribusi rambut merata, warna hitam
Wajah Simetri muka: Simetris

Mata Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

Hidung Deviasi septum (-), deformitas (-), sekret (-/-)

Telinga Normotia, sekret (-), darah (-)

Mulut Sianosis (-), lida kotor (-), farig tidak hiperemis, ukuran tonsil T1/T1

Leher Tekanan vena jugularis (JVP) normal (5+2cmH2O), deviasi trakea (-),
pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
STATUS GENERALIS
Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis (+) pada ICS V 2 cm medial dari linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V ± 1 cm medial linea midklavikula sinistra
Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas bawah: ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : BJ I/II regular, HR 78 x/menit, murmur (-), gallop (-)

Paru Anterior Inspeksi : WSD ics V pada dada kanan, gerak napas asimetris saat statis dan dinamis,
pelebaran iga (+), dada kanan tertinggal (+), venektasi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun
Perkusi : Lapang paru kanan Hipersonor ICS II-ICS IV, redup dari ICS V sampai kebawa.h
Auskultasi : Suara napas vesikule melemah, rhonki (+/-), wheezing (-), succuasion splash (+)
Inspeksi : Luka (-), venektasi (-)
Paru Posterior Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun
Perkusi : Lapang paru kanan Hipersonor ICS II-ICS IV, redup dari ICS V sampai kebawa.h
Auskultasi : Suara napas vesikule melemah, rhonki (+/-), wheezing (-), succuasion splash (+)
STATUS GENERALIS
Abdomen Inspeksi : Permukaan rata, warna sama seperti kulit sekitar
Auskultasi : Bising usus (↑) 5kali/menit, melemah
Palpasi : Dinding perut supel, turgor kulit normal, nyeri tekan (+) di epigastrium
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok CV (-),
Shiffting dullness (+)

Genitalia Dalam batas normal

Ekstremitas Akral hangat di ke-empat ekstremitas, oedem di ke-empat


ekstremitas (-), CRT <2”, sianosis (-), atrofi otot di ke-empat ekstremitas (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (13 desember 2018)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
CBC
Hemoglobin 12,1 g/dL 11,2-15,7
Leukosit 8,7 103/uL 4,4-11,3
Hematokrit L 35,6 % 37-47
Trombosit 206 103/uL 150-521
Eritrosit 4,7 106/uL 4,1-5,1
RDW H 14,8 % 11,5-14,5
MCV L 76,6 U 80-96
MCH L 26,0 PcG 28-33
MCHC 34,6 g/dL 33-36
Diff
Netrofil H 84,5 % 50-70
Monosit L 11,3 % 25-40
Limfosit 4,0 % 2-8
Eusinofil L0 % 2-4
Basofil 0,1 % 0-1
Laju endap darah
LED 1 jam 15 mm/jam 0-20
LED 2 jam H39 mm/jam 0-35

Kimia klinis
SGOT H52,5 u/L <34
SGPT H66,1 u/dL <34
Ureum H112,4 mg/dL 15,0-40,0
Kreatinin H2,47 mg/dL 0,60-1,10
Glukosa sewaktu 84 mg/dL 82,0-115,0
PEMERIKSAAN LABORATORIUM URI (13 desember 2018)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Urinalisis laboratorium ,, makroskopis
warna Kuning Kuning
kekeruhan Jernih Jernih
Kimia urin
PH 7,0 6,0-9,0
Protein Negatif Negatif +-/0,15, +1/0,30, +2/1,00, +3/3, +4/10
Reduksi NEGATIF Negatif
Mikroskopis (sedimen)
Lekosit 1-2 /1pb +1/0<4, +2/5-9, +3/10-29, +4/
Eritrosit 0-1 /1pb +1/0<4, +2/5-9, +3/10-29, +4/
Epitel POS(1+) +1/0<4, +2/5-9, +3/10-29, +4/
Silinder NEGATIF
Bakteri NEGATIF Negatif
Kristal 2+(Ca
karbonat)
Jamur NEGATIF Negatif
Khusus
Berat jenis 1.010 1005-1030
Bilirubin NEGATIF Negatif
Urobilinogen NEGATIF Negatif

Keton NEGATIF Negatif


Nitrit NEGATIF Negatif
Eritrosit NEGATIF Negatif
Lekosit NEGATIF Negatif
Tes kehamilan NEGATIF Negatif
FOTO THORAX ( 2 Oktober 2018)
Jenis proyeksi : Foto thorax proyeksi Postero
Anterior Inspirasi cukup dan kekerasan cukup
Trachea di tengah
Sudut costofrenikus kanan suram dan sudut
costofrenikus kiri tampak lancip
:
Corakan bronkovaskuler tampak meningkat
Tampak lusensi avasculer dengan gambaran air fluid
level pada hemithorax kanan
Tak tampak penebalan hilus kanan dan kiri
Sinus costofrenikus kanan suram, sinus costofrenikus
kiri tampak lancip
Tak tampak kelainan pada tulang maupun soft tissue

CTR < 50%


KESAN : Hidropneumothorak Dextra Bentuk dan letak jantung normal
FOTO THORAX ( 13 Oktober 2018)
Jenis proyeksi : Foto thorax proyeksi Postero Anterior
Insipirasi paru cukup dan kekerasan cukup
Trachea ditengah
Sudut costofrenikus kanan suram dan sudut costofrenikus kiri
tampak lancip

Corakan bronkovaskuler meningkat


Tampak bercak retikuler pada kedua paru
Tampak opasitas bentuk lentiform pada lateral hemithorak
kanan
Tampak cavity dengan air fluid level pada apeks paru kanan
Sinus costofrenikus kanan suram dan sinus costofrenikus kiri
lancip
Tak tampak kelainan pada tulang maupun soft tisue
KESAN : TB paru disertai
hydropneumothorak dextra dd lung CTR < 50%
abcess Bentuk dan letak jantung normal
Empyema dd/ loculated pleural effusion
pada lateral hemithorak kanan
DAFTAR ABNORMALITAS • Terpasang WSD di ICS V pada dada
kanan
• Undulasi 10 cm, produksi 200 cc,
• Sesak nafas memberat sejak
warna kuning keruh (+), gelembung (+),
1 hari SMRS
pergerakan dinding dada kanan
• Batuk berdahak warna
asimetris, dada kanan tertinggal, sela
kekuningan 6 bulan hilang
iga melebar (+)
timbul
• Vokal fremitus kanan menurun
• Nyeri dada yang hilang
• Perkusi paru anterior: lapang paru
timbul 2 minggu SMRS,
kanan hipersonor dari ICS II-IV, lapang
timbul saat batuk
paru kanan redup dari ICS V-kebawah
• Penurunan BB

• Perkusi paru posterior: Lapang


• Pegal-pegal, demam,meriang
paru kanan hipersonor dari ICS II-
disertai keringat malam
IV, lapang paru kanan redup ICS
• Memiliki air di dada kanan
V-IX
saat pasien berubah posisi
• Auskultasi suara nafas vesikuler
tidur dan bergerak
pada lapang paru kanan menurun,
• Riwayat pemasangan WSD
ronkhi +/-, succussion splash (+),
• shiffting dullness (+)
DAFTAR ABNORMALITAS

• Laboratorium: Hb dan HT ↓
• WSD (undulasi 10 cm, produksi
• Leukositosis, SGPT dan SGOT ,
200 cc, warna kuning keruh (+),
LED 1 jam dan LED 2 jam
gelembung (+)

• Foto Thorax : corakan bronkovaskular ,


sudut costofrenikus kanan suram, tampak
lusensi avasculer dengan gambaran
airfluid level pada hemithorax kanan,
tampak bercak lentikuler pada kedua paru,
tampak opasitas bentuk lentiform pada
hemithorak kanan
DAFTAR MASALAH

HIDROPNEUMO TUBERKULOSIS
THORAK
RENCANA PEMECAHAN MASALAH

ASSESMENT
Sesak nafas sejak 2 bulan dan PROBLEM 1
terasa berat sejak 1 hari
HIDROPNEUMO
SMRS, memiliki air di dada
kanan saat pasien berubah THORAX
posisi tidur dan bergerak
disertai Pemeriksaan fisik
Initial plan
O2 2-4 liter/menit/nasal kanul
inspeksi, perkusi, auskultasi Needle aspiration atau chest drain
Pemasangan WSD pada hemithorax
dextra
PROBLEM II
TUBERCULOSIS
ASSESMENT
PARU Riwayat batuk lama yang berlangsung 6
bulan, disertai penurunan nafsu makan dan
Initial plan bb menurun , demam, meriang, pegal-pegal
OAT 2RHZ dan keringat malam, pada foto thorax
didaptkan bercak retikuler pada kedua paru,
tampak opasitas bentuk lentiform pada
lateral hemithorak kanan, kavitas dengan
airfluid level di apeks paru kanan
R E S U M E
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah dan dilakukan autoanamnesis
pada hari Jumat 30 September 2018 di bangsal rosella dengan
keluhan sesak nafas sejak 2 bulan SMRS dan berat sejak 1 hari SMRS.
Batuk berdahak warna kekuningan yang hilang timbul, nyeri dada
hilang timbul 2 minggu SMRS, timbul saat batuk, pasien mengatakan
memiliki air didada kanan saat pasien berubah posisi tidur dan
bergerak. BB pasien menurun 4 kg selama 6 bulan terakhir, pegal-
pegal, demam, keringat malam dirasakan pasien. Sebelumnya pasien
sudah ke poli RS Soesilo untuk pengobatan TB dan dirawat di RS
Soesilo untuk tindakan WSD. Pasien dilakukan tindakan WSD kedua
di RSUD Kardinah pada 8 Oktober 2018 karena masih sesak dan
masih ada cairan di dada kanan pasien.
R E S U M E
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 35x/menit
Suhu : 36,5 °C
SpO2 : 97%
Pemeriksaan fisik pergerakan dinding dada kanan asimetris, dada kanan
tertinggal, sela iga pada dada kanan melebar (+), palpasi tactil fremitus dan
vokal fremitus kanan menurun , perkusi lapang paru kanan hipersonor dari
ICS II sampai ICS IV dan lapang paru kanan redup dari ICS V sampai ke
bawah. Sedangkan perkusi di paru posterior lapang paru kanan hipersonor
dari ICS II sampai ICS IV dan lapang paru kanan redup di ICD V sampai ICS IX,
auskultasi suara nafas vesikular menurun di lapang paru kanan. Foto rontgen
thoraks menunjukkan corakan bronkovaskular meningkat, sudut
costrofenikus kanan suram, tampak lusensi avasculer dengan gambaran air
fluid level pada hemithorax kanan, tampak bercak retikuler pada kedua paru,
tampak opasitas bentuk lentiform pada lateral hemitorak kanan.
DIAGNOSIS KERJA

.
HIDROPNEU TUBERCULO
MOTHORAK SIS PARU
Bangsal FOLLOW
UP
Rosella C7
10 desember
2018
FOLLOW UP
13-12-2018
11-12-2018 12-12-2018 S: demam +, meggigil -,
S : mual(+), nyeri batuk +
S: demam + , mutah 2x (+), perut(+), batuk +, dahak O : KU tampak lemas,.
mual(+), pusing (+), batuk +, +. TD 120/70 mmHg, RR
dahak + O : KU tampak lemas, 20x/menit, HR 86x/menit,
O : KU tampak lemas, TD TD 100/60 mmHg, RR SpO2 98%
110/70 mmHg, RR 22x/menit, 22x/menit, HR 90x/menit,
HR 89x/menit, SpO2 97% SpO2 97%

O: mata , ca-/-,si-/-. Thoraks,


pulmo, snv +/+, rh-/-, wz-/-, cor, O: mata , ca-/-,si-/-. Thoraks, O: mata , ca-/-,si-/-. Thoraks,
bj reguler, m- g-, abd , supel, pulmo, snv +/+, rh-/-, wz-/-, cor, pulmo, snv +/+, rh-/-, wz-/-,
nt-, bu+ ,. Ekst , dbn bj reguler, m- g-, abd , supel, nt-, cor, bj reguler, m- g-, abd ,
P: pct 3x500mg, diazepam bu+ ,. Ekst , dbn supel, nt-, bu+ ,. Ekst , dbn
2x2, ondan 8mg/12j, ranitidin P: : pct 3x500mg, diazepam 2x2, P: : pct 3x500mg, diazepam
/12j, ceftriaxon 1gr ondan 8mg/12j, ranitidin /12j, 2x2, ondan 8mg/12j,
ceftriaxon 1gr ranitidin /12j, ceftriaxon 1gr
14-12-2018
S: demam +, batuk +

FOLLOW UP O : KU tampak lemas, TD 120/70


mmHg, RR 20x/menit, HR
88x/menit, SpO2 98%

O: mata , ca-/-,si-/-. Thoraks,


pulmo, snv +/+, rh-/-, wz-/-,
cor, bj reguler, m- g-, abd ,
supel, nt-, bu+ ,. Ekst , dbn
P: : pct 3x500mg, diazepam
2x2, ondan 8mg/12j, ranitidin
/12j, ceftriaxon 1gr ,
rifampisi 1x450mg, inh
1x300, pza 500mg 1x750mg,
etambutol 2x500mg
ANALISIS KASUS

.
HIDROPNEU TUBERCULO
MOTHORAK SIS PARU
TINJAUAN
PUSTAKA
HIDROPNEUMOTHORAK
Nilai tekanan pleura tidak serupa diseluruh
permukaan rongga pleura . >> negatif di apexdan
lebih positif di basal paru.
DEFINISI
Keadaan terdapat udara dan cairan dlm
rongga pleura yang mengakibatkan
kolapsnya jaringan paru.
Piopneumothoraks oleh infeksi, berasal dari
mikroorganisme yang membentuk gas atau
dari robekan septik jaringan paru. Contoh :
mikrobakterium TB
Pneumothoraks : keadaan hanya terdapat
udara dalam rongga pleura kolaps paru
FISIOLOGI PLEURA
ANATOMI
Pleura viseralis dan parietalis. Diantara
keduanya terdapat rongga yang berisis sedikit
cairan pleura (5-15ml). Proses inspirasi jika
tekanan paru lebih kecil dari tek.atmosfer.
Sebaliknya proses ekspirasi terjadi bila tekanan
intrapulmoneal lebih besar dari tek. Atmosfer
Tekanan pleura bersama an tek. jalan nafas akna
menimbulkan tekanan transpulmoner sehingga
memengaruhi pengembanan paru dalam proses
respirasi.
HIDROPNEUMOTHORAK
Klasifikasi dan etiologi hidrotoraks atau efusi pleura

1. Efusi pleura transudativa


Disebabkan oleh kelainan pada tekanan normal dalam paru-paru, seperti: gagal jantung
kongestif, sindrom nefrotik, asites karena sirosis hepatis, sindrom vena cava superior,
tumor dan sindrom meig

2.Efusi pleura eksudativa akibat peradangan pada pleura


Disebabkan oleh penyakit pada paru, seperti : tumor, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya,
infark paru, radiasi dan penyakit kolagen.

3.Efusi pleura hemoragae


Disebabkan oleh : tumor, trauma, infark paru dan tuberculosis
Klasifikasi dan etiologi pneumotoraks
Pneumotoraks dikelompokan menjadi :
1. Kejadian
2. Lokalisasi
3. Tingkat Kolaps Jaringan Paru
4. Jenis Fistula

kejadian, pneumotoraks
dibagi
Berdasarkan
jenis fistula:
ETIOLOGI

Pecahnya Bleb atau kista kecil


diameter tidak >> dari 1-2 cm 01
dibawah pleura cisceral pada apex 04
lobus superior dan ingerior

Pecah bleb akibat infeksi atau radang


membentuk jaringan parut dinding
alveolus atau krn intraalveol tinggi
02 ETIOLOGI
akibat batuk.

Kebocoran tertutup, paru tidak


ekspansi kembali dlm beberapa
mingu. Pada keadaan ini cairan 03
serosa berkumpul dalam rongga
pleura menimbulkan
hidropneumothorak. Bisa disertai
nanah disebut piopneumotoraks..
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Your Text Here ANAMNESIS
80-90% sesak nafas dan rasa sakit
01 Rasa sakit timbul dan bertambah
saat batuk
Pemeriksa menanyakan adakah
02 rieayat pemgobatan atau didiagnosis
TB paru
02

Radiologi
Hiperlusen avaskular, airfluid 03
level (+), garis putih tegas
membatasi pleura visceralis 04PEMERIKSAAN FISIK Perkusi: hipersonor daerah yang
membatasi paru yang kolaps, Inspeksi: sesak, pergerakan dada mendekati apex, sampai redup
semi opak homogen, sinus asimetris, dada terttinggal pada sisi daerah mendekati basal paru
costofrenikus menumpul. yang sakit, Auskultasi: suara nafas melemah,
A. HYDROPNEUMOTHORAX Palpasi: sela iga melebar, vocal succusio splash (+) yaiitu terdengar
B. EFUSI PLEURA fremitus melemah atau mengilang koclakan air
pada sisi yang sakit, trache terdorong Shiffting dullness (+)
ke sisi torak yg sehat
TATALAKSANA
Observasi 05 Operatif
01

Pemberian O2
02
06 Pleurodesis
Torakosintesis
03
WSD
07 Torakoskopi
04 1. Pemasangan WSD
2. Waktu pencabutan. 08 Torakotomi
3. Teknik pemasangan
Management
Alogoritma diagnosis investigasi efusi
pleura
TUBERKULOSIS PARU
DEFINISI
Adalah penyakit disebabkan o/ infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex
WHO 201, Indonesia berada ranking ke 5
teringgi di dunia
Prevale
nsi semua kasus TB 660,000 dan insiden
berjumlah 43,000 kasus baru pertahun
Jumlah kematian 61,000 pertahunnya

EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Bakteri Mycobacterium tuberkulosis
Penderita tuberkulosis BTA (+) pada waktu
Morfologi batuk atau bersin

Batang lurus, tidak berspora, tidak


berkapsul, dinding polisakarida,
dinding sel komplek menyebabkan
bakteri bersifat tahan asam.
PATOGENESIS
DEFINISI PASIEN TB

Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi Pasien TB terdiagnosis secara klinis:


pemeriksaan bakteriologis: • Pasien TB paru BTA negatif dengan
• Pasien TB paru BTA positif hasil pemeriksaan foto toraks
• Pasien TB paru hasil biakan M.tb mendukung TB
positif • Pasien TB ektraparu yang
• Pasien TB paru hasil tes cepat terdiagnosis secara klinis maupun
(misalnya : GeneXpert) M.tb positif laboratoris dan histopatologis tanpa
• Pasien TB extraparu terkonfirmasi konfirmasi bakteriologis
secara bakteriologis, baik dengan
BTA, biakan maupun tes cepat dari
contoh uji jaringan yang terkena
KLASIFIKASI TB
Riwayat pengobatan TB
• Lokasi anatomi atau organ tubuh yang 1)Pasien baru TB: Pasien belum pernah pengobatan TB
sakit: paru atau ekstra paru; sbelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang
• Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat dar 1 bulan (< dari 28 dosis)
• Riwayat pengobatan TB sebelumnya, 2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien
pasien baru atau sudah pernah diobati sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau
• Status pasien HIV lebih (>28 dosis)
• Pasien kambuh : pasien TB pernah dinyatakan
sembuh/pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosisi TB
Lokasi anatomi berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis
1. TB paru (baik karena benar-benar kambuh/reinfeksi).
2. TB ekstra paru • Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah
pasien TB pernah diobati dan dinyatakan gagal pada
pengobatan terakhir
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat:
pasien pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up
• Lain-lain : pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui
3) Pasien yang dirawat pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.
GEJALA PENYAKIT TBC

Gejala Utama : batuk berdahak


selama 2 minggu atau lebih
Gejala Tambahan : dahak bercampur
darah, sesak nafas dan nyeri dada,
badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari 1 bulan.
Gejala tuberkulosis ekstra paru
Diagnosis
Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis : Batuk ≥3 • Bakteriologis:
• Ditemukan pada Bakteriologis :
minggu, Batuk darah, Sesak Bahan pemeriksaan dapat Sputum BTA :
pasien:
napas, Nyeri dada, Demam, berasal dari dahak, cairan pleura,
• Riwayat demam ada BTA 1: negatif
bilasan lambung, dan bilasan
Keringat malam, Berat badan
• Ada batuk berlendir bronkus. BTA II: Scanty +5
menurun, Malaise, • Foto Thorax:
berwarna putih tanpa BTA III: negatif
Anoreksia, riwayat Pemeriksaan standar adalah foto
pengobatan TB disertai darah. thorax PA dengan atau tanpa foto
• Pemeriksaan fisis : • Keringat malam hari lateral.Gambaran radiologi yang
ada dicurigai sebagai lesi TB aktif:
Suara napas bronkhial
Bayangan berawan/nodular di
Suara napas melemah • Riwayat penurunan segmen apikal dan posterior
Ronkhi basah berat badan ada, 4 kg lobus atas paru dan segmen
Tanda-tanda penarikan paru, dalam 6 bulan terakhir superior lobus bawah. Kavitas,
diafragma, dan mediastinum • Mendapat OAT sejak
terutama lebih dari satu, dikelilingi
oleh bayangan opak berawan
5/09/18 atau nodular.
Bayangan bercak milier
DIAGNOSIS TB
Diagnosis pasti (gold
standard) : ditemukan kuman
M. Tb pada biakan (kultur) &
tes identifikasi
• Pemeriksaan Tes Cepat
Molekuler (TCM) TB dengan
metode GeneXpert MTB,
pemeriksaan mikroskopis
dahak smear
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 2 3 4 5

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
BAKTERIOLOGIS MIKROSKOPIK BIAKAN KUMAN RADIOLOGI PEMERIKSAAN
Sewaktu-pagi-sewaktu TB aktif CAIRAN PLERA
Bahan: dahak, bilasan TB inaktif
lambung, urin, feses
PENGOBATAN TB
Kategori 2:
Fase Kategori 1 :
Fase Intensif 2(HRZE)S/(H
Lanjutan : 4 2(HRZE)/4(R
: (2-3 bulan) RZR)/5(RH)3
atau 7 bulan H)3. E3

ALOGORITMA
PENGOBATAN TB
PARU DEWAS
OBAT ANTI TUBERKULOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
1. Aloosh O, Afshar H, Dadashpour N, Kian A, Eraghi GM. Idiophathic Exudative Hydropneumothorax and
Spontaneous Pneumomediastinum in a Young Iranian Man: A case report. J Cardiothoracic Med.2017; 5(1): 553-
555
2. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR eds. Clinically Oriented Anatomy, 6th ed. Thorax Baltimore: Lippincott Williams
& Willkins. 2010 p.72-180.
3. Pratomo PI, Yunus F. Anatomi dan Fisiologi Pleura. Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2013;40(6):407- 412.
4. Halim H. Penyakit-penyakit pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed 6. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2015; p 1633-41
5. Yedlapati KG, Narahari KN, Reddy S. Pneumothorax and its etiology. IAIM. 2016;3(10):79-86
6. TOKUR M, ERGIN M, DEMIROZ M, SAYAN M, ARPAG H. Approach to Pneumothorax in Emergency
Departement. Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences. 2015;23(3):98-107
7. Kadam S, Joshi M.J. Pulmonary cavitation and hydropneumothorax associated with pulmonary embolism. The
Indian Journal of Chest Diseases & Allied Sciences.2012;54:119-121
8. Kasargod V, Awad TN. Clinical profile, etiology, and management of hydropneumothorax: An Indian
expeience. IndianChest Society.2016;33(3):278-280
9. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press; 2014.
10. Sharan AL, Price PT, Hehn B, Manoff D, Cowan WS. A 22 year old man with pleural tuberculosis associated
hydropneumothorax: Case report and literature review. Respiratory medicine case reports 18. 2016: 27-30.
11. Limper AH, Knox KS, Sarosi GA, Ampel NM, Bennett JE, Catanzaro A, et al: American Thoracic Society
Fungal Working Group. Am J Respir Care Med.2011;183:96-128.
12. Amanda PA, Wijayanti O. Pneumotoraks pada Tuberkulosisi Milier: Sebuah Laporan Kasus. Ina J CHEST
Crit and Emerg Med.2015; 2(4):192-194.
13. Hisyam B, Budiono B. Pneumotorak. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed 6. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2015; p 1642-1652
14. Okonkwo, Ansa V, Umoh I, Adimekwe A. Pulmonary tuberculosis presenting as spontaneous pneumothorax
in a young nigerian. African Journal of Respiratory Medicine. 2013;8(2):24-25.
15. Arya M, George J, Dixit R, Gupta N. Bilateral spontaneous pneumothorax and tuberculosis. Indian J
Tuberc.2011;58:125-8
16. Upadhyay PG,Thakker MR. Spontaneous pneumothorax-a clinical study of 100 cases. International Journal
of Medical Science and Public Health. 2017;6(1):154-158.
17. Ghali F. An Illustrated Guide For Respiratory System Examinination. Bedside Teaching for 2nd year medical
Students. Cardiff University. 2016
18. Khajotia R, Kew ST, Cham YL. Left-sided hydropneumothorax in a young male: importance of clinical and
radiological markers in arriving at an aetiological diagnosis. Malaysian Family Physician. 2009;4(1):41-43
19. Reed AE, Dent ME, Lewis SE, Shogan PC, Folio LC. Hydropneumothorax verses Simple Pneumothorax.
Military Medicine Radiology Corner.2010;175(1):1-5.
20. Sjahriar R. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai penerbitan FKUI; 2015.
21. Freitinet JL, Camneroi JA, Marclena J, et al. Spontaneous pneumothorax and Tuberculosis: long-term follow
up. Eur Resp J.2011;38:126-31.
22. British Thoracic Society. BTS Pleural Disease Guideline 2010. British Thoracic Society Standars of Care
Committee.2010; 2(3):1-12
23. Netter. Hydropneumothorax.[Internet] 2015 [cited 2018 Nov 20]. Available from:
https://www.netterimages.com/
24. Corner J, Carrol M, Brown I, Delany D. Pleural efusion. Respiratory Care. 2012; 50(11): 28-30.
25. Astowo P, dkk. Pulmonologi intervensi dan gawat darurat napas. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
26. Koeing PS, Furin J. Tuberculosis/Pulmonary Infection 2015. American Journal of Respiratory and Critical
Care Medicine.2016;194(2):142-145.
27. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2014.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
28. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011.
Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Terobosan Menuju Akeses Universal.
29. Leshinsky SS. Pulmonary tuberculosis: Improving diagnosis and management. JAAPA. 2016; 29(2):20-25
30. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI
2013.Jakarta: Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran.
Thank You

You might also like