Professional Documents
Culture Documents
Tuberkulosis
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Sumber
penularan adalah pasien tuberkulosis BTA positif
pada waktu batuk dan bersin
PENDAHULUAN
Hidropneumo
Tuberkulosis
thorak
paru
2,4-17,8 per 100.000
penduduk pertahun. WHO 2010 Indonesia
Menurut Barrie dkk, ranking ke 5, negara
ratio dengan TB. Estimasi
: =5:1 prevalensi TB semua
kasus : 660,000.
Jumlah kematian
akibat TB 61,000
kematian pertahunnya.
(Sumber: World Health Organization. 2010.)
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Perasaan sesak nafas tidak dipicu oleh aktifitas berat, cuaca ataupun posisi
03 berbaring. Sesak nafas tidak berkurang dengan istirahat ataupun posisi duduk
• Batuk sejak 6 bulan terakhir ini, batuk berdahak warna kekuning-kuningan
• Nyeri dada hilang timbul, timbul saat batuk. Nyeri akan hilang saat pasien
berbaring di sisi tubuh yang tidak terkena. Selain itu pasien mengatakan
memiliki air didada kanan saat pasien berubah posisi tidu dan bergerak
• Demam meriang sejak 1 bulan SMRS disertai pegal
04 • Penurunan BB 6 bulan terakhir ini 4 kg
Pasien dilakukan tindakan WSD ke dua di RSU Kardinah pada 8 Oktober 2018 karena
pasien masih sesak dan masih ada cairan di paru kanan setelah 2 minggu pelepasan WSD
pertama di RSU Soesilo. Pada selang tampak keluar cairan berwarna kekuningan keruh
encer disertai gelembung
ANAMNESIS 01
Batuk darah (-)
Hipertensi (-)
DM (-)
Autoanamnesis 10 Alkohol (-)
Oktober 2018 pukul
07.30 WIB di • Riwayat batuk lama
bangsal Rosella C1 02 • Riwayat pengobatan TB paru warna merah 1 bulan di RSU Soesilo
• Riwayat di rawat di RSU Soesilo pada Senin, 7 September 2018
untuk dilakukan WSD untuk pertama kali karena keluhan sesak ,
nyeri dada kanan dan terasa ada cairan didada kanan saat berubah
posisi tidur
03
Di RSU Soesilo, pasien sudah melakukan tes dahak, sudah dilakukan
fotorontgen dan pasien sudah diberikan obat untuk mengurangi keluhan
Kepala, wajah,
mata Telinga dan
Kepala normosephali
Hidung
Konjungtiva anemis (-/-) Deviasi septu (-), deformitas
Sklera ikterik (-/-) (-), sekret (-/-)
Normotia, sekret (-), darah (-)
Mulut
Leher Sianoisi (-), lidah
Pembesaran KGB (-)
kotor (-), faring
Pembesaran tiroid (-)
hiperemis (-). Ukuran
JVP 5+2cm
tonsil T1/T1
PEMERIKSAAN FISIK
Paru
• Gerakan dinding dada asimetris, dada kanan
tertinggal, sela iga kanan mendatar dan tampak Jantung
melebar, tactil fremitus dan vokal fremitus Tidak tampak ictus cordis
menurun, venektasi (-/-), bintik kemerahan (-) Palpasi ictus cordis (+)
• Perkusi paru anterior: lapang paru kanan Perkusi jantung dalam batas
hipersonor dari ICS II-ICS IV dan lapang paru normal
kanan redup dari ICS V –bawah. BJ I,II reguler, murmur (-),
• Perkusi paru posterior: lapang paru kanan gallop (-)
hipersonor dari ICS II-ICS IV dan lapang paru
kanan redup dari ICS V-IX, suara nafas vesikular
menurun dilapang paru kanan, Rhonki+/-,
Succussion splash (+)
Abdomen
Inspeksi datar, bising
Genitalia usus 12x/menit
Dalam batas Shiffting dullness (+)
normal Nyeri tekan (-)
STATUS GENERALIS
Kepala dan Rambut: Distribusi rambut merata, warna hitam
Wajah Simetri muka: Simetris
Mulut Sianosis (-), lida kotor (-), farig tidak hiperemis, ukuran tonsil T1/T1
Leher Tekanan vena jugularis (JVP) normal (5+2cmH2O), deviasi trakea (-),
pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
STATUS GENERALIS
Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis (+) pada ICS V 2 cm medial dari linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V ± 1 cm medial linea midklavikula sinistra
Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas bawah: ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : BJ I/II regular, HR 78 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru Anterior Inspeksi : WSD ics V pada dada kanan, gerak napas asimetris saat statis dan dinamis,
pelebaran iga (+), dada kanan tertinggal (+), venektasi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun
Perkusi : Lapang paru kanan Hipersonor ICS II-ICS IV, redup dari ICS V sampai kebawa.h
Auskultasi : Suara napas vesikule melemah, rhonki (+/-), wheezing (-), succuasion splash (+)
Inspeksi : Luka (-), venektasi (-)
Paru Posterior Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun
Perkusi : Lapang paru kanan Hipersonor ICS II-ICS IV, redup dari ICS V sampai kebawa.h
Auskultasi : Suara napas vesikule melemah, rhonki (+/-), wheezing (-), succuasion splash (+)
STATUS GENERALIS
Abdomen Inspeksi : Permukaan rata, warna sama seperti kulit sekitar
Auskultasi : Bising usus (↑) 5kali/menit, melemah
Palpasi : Dinding perut supel, turgor kulit normal, nyeri tekan (+) di epigastrium
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok CV (-),
Shiffting dullness (+)
Kimia klinis
SGOT H52,5 u/L <34
SGPT H66,1 u/dL <34
Ureum H112,4 mg/dL 15,0-40,0
Kreatinin H2,47 mg/dL 0,60-1,10
Glukosa sewaktu 84 mg/dL 82,0-115,0
PEMERIKSAAN LABORATORIUM URI (13 desember 2018)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Urinalisis laboratorium ,, makroskopis
warna Kuning Kuning
kekeruhan Jernih Jernih
Kimia urin
PH 7,0 6,0-9,0
Protein Negatif Negatif +-/0,15, +1/0,30, +2/1,00, +3/3, +4/10
Reduksi NEGATIF Negatif
Mikroskopis (sedimen)
Lekosit 1-2 /1pb +1/0<4, +2/5-9, +3/10-29, +4/
Eritrosit 0-1 /1pb +1/0<4, +2/5-9, +3/10-29, +4/
Epitel POS(1+) +1/0<4, +2/5-9, +3/10-29, +4/
Silinder NEGATIF
Bakteri NEGATIF Negatif
Kristal 2+(Ca
karbonat)
Jamur NEGATIF Negatif
Khusus
Berat jenis 1.010 1005-1030
Bilirubin NEGATIF Negatif
Urobilinogen NEGATIF Negatif
• Laboratorium: Hb dan HT ↓
• WSD (undulasi 10 cm, produksi
• Leukositosis, SGPT dan SGOT ,
200 cc, warna kuning keruh (+),
LED 1 jam dan LED 2 jam
gelembung (+)
HIDROPNEUMO TUBERKULOSIS
THORAK
RENCANA PEMECAHAN MASALAH
ASSESMENT
Sesak nafas sejak 2 bulan dan PROBLEM 1
terasa berat sejak 1 hari
HIDROPNEUMO
SMRS, memiliki air di dada
kanan saat pasien berubah THORAX
posisi tidur dan bergerak
disertai Pemeriksaan fisik
Initial plan
O2 2-4 liter/menit/nasal kanul
inspeksi, perkusi, auskultasi Needle aspiration atau chest drain
Pemasangan WSD pada hemithorax
dextra
PROBLEM II
TUBERCULOSIS
ASSESMENT
PARU Riwayat batuk lama yang berlangsung 6
bulan, disertai penurunan nafsu makan dan
Initial plan bb menurun , demam, meriang, pegal-pegal
OAT 2RHZ dan keringat malam, pada foto thorax
didaptkan bercak retikuler pada kedua paru,
tampak opasitas bentuk lentiform pada
lateral hemithorak kanan, kavitas dengan
airfluid level di apeks paru kanan
R E S U M E
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah dan dilakukan autoanamnesis
pada hari Jumat 30 September 2018 di bangsal rosella dengan
keluhan sesak nafas sejak 2 bulan SMRS dan berat sejak 1 hari SMRS.
Batuk berdahak warna kekuningan yang hilang timbul, nyeri dada
hilang timbul 2 minggu SMRS, timbul saat batuk, pasien mengatakan
memiliki air didada kanan saat pasien berubah posisi tidur dan
bergerak. BB pasien menurun 4 kg selama 6 bulan terakhir, pegal-
pegal, demam, keringat malam dirasakan pasien. Sebelumnya pasien
sudah ke poli RS Soesilo untuk pengobatan TB dan dirawat di RS
Soesilo untuk tindakan WSD. Pasien dilakukan tindakan WSD kedua
di RSUD Kardinah pada 8 Oktober 2018 karena masih sesak dan
masih ada cairan di dada kanan pasien.
R E S U M E
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 35x/menit
Suhu : 36,5 °C
SpO2 : 97%
Pemeriksaan fisik pergerakan dinding dada kanan asimetris, dada kanan
tertinggal, sela iga pada dada kanan melebar (+), palpasi tactil fremitus dan
vokal fremitus kanan menurun , perkusi lapang paru kanan hipersonor dari
ICS II sampai ICS IV dan lapang paru kanan redup dari ICS V sampai ke
bawah. Sedangkan perkusi di paru posterior lapang paru kanan hipersonor
dari ICS II sampai ICS IV dan lapang paru kanan redup di ICD V sampai ICS IX,
auskultasi suara nafas vesikular menurun di lapang paru kanan. Foto rontgen
thoraks menunjukkan corakan bronkovaskular meningkat, sudut
costrofenikus kanan suram, tampak lusensi avasculer dengan gambaran air
fluid level pada hemithorax kanan, tampak bercak retikuler pada kedua paru,
tampak opasitas bentuk lentiform pada lateral hemitorak kanan.
DIAGNOSIS KERJA
.
HIDROPNEU TUBERCULO
MOTHORAK SIS PARU
Bangsal FOLLOW
UP
Rosella C7
10 desember
2018
FOLLOW UP
13-12-2018
11-12-2018 12-12-2018 S: demam +, meggigil -,
S : mual(+), nyeri batuk +
S: demam + , mutah 2x (+), perut(+), batuk +, dahak O : KU tampak lemas,.
mual(+), pusing (+), batuk +, +. TD 120/70 mmHg, RR
dahak + O : KU tampak lemas, 20x/menit, HR 86x/menit,
O : KU tampak lemas, TD TD 100/60 mmHg, RR SpO2 98%
110/70 mmHg, RR 22x/menit, 22x/menit, HR 90x/menit,
HR 89x/menit, SpO2 97% SpO2 97%
.
HIDROPNEU TUBERCULO
MOTHORAK SIS PARU
TINJAUAN
PUSTAKA
HIDROPNEUMOTHORAK
Nilai tekanan pleura tidak serupa diseluruh
permukaan rongga pleura . >> negatif di apexdan
lebih positif di basal paru.
DEFINISI
Keadaan terdapat udara dan cairan dlm
rongga pleura yang mengakibatkan
kolapsnya jaringan paru.
Piopneumothoraks oleh infeksi, berasal dari
mikroorganisme yang membentuk gas atau
dari robekan septik jaringan paru. Contoh :
mikrobakterium TB
Pneumothoraks : keadaan hanya terdapat
udara dalam rongga pleura kolaps paru
FISIOLOGI PLEURA
ANATOMI
Pleura viseralis dan parietalis. Diantara
keduanya terdapat rongga yang berisis sedikit
cairan pleura (5-15ml). Proses inspirasi jika
tekanan paru lebih kecil dari tek.atmosfer.
Sebaliknya proses ekspirasi terjadi bila tekanan
intrapulmoneal lebih besar dari tek. Atmosfer
Tekanan pleura bersama an tek. jalan nafas akna
menimbulkan tekanan transpulmoner sehingga
memengaruhi pengembanan paru dalam proses
respirasi.
HIDROPNEUMOTHORAK
Klasifikasi dan etiologi hidrotoraks atau efusi pleura
kejadian, pneumotoraks
dibagi
Berdasarkan
jenis fistula:
ETIOLOGI
Radiologi
Hiperlusen avaskular, airfluid 03
level (+), garis putih tegas
membatasi pleura visceralis 04PEMERIKSAAN FISIK Perkusi: hipersonor daerah yang
membatasi paru yang kolaps, Inspeksi: sesak, pergerakan dada mendekati apex, sampai redup
semi opak homogen, sinus asimetris, dada terttinggal pada sisi daerah mendekati basal paru
costofrenikus menumpul. yang sakit, Auskultasi: suara nafas melemah,
A. HYDROPNEUMOTHORAX Palpasi: sela iga melebar, vocal succusio splash (+) yaiitu terdengar
B. EFUSI PLEURA fremitus melemah atau mengilang koclakan air
pada sisi yang sakit, trache terdorong Shiffting dullness (+)
ke sisi torak yg sehat
TATALAKSANA
Observasi 05 Operatif
01
Pemberian O2
02
06 Pleurodesis
Torakosintesis
03
WSD
07 Torakoskopi
04 1. Pemasangan WSD
2. Waktu pencabutan. 08 Torakotomi
3. Teknik pemasangan
Management
Alogoritma diagnosis investigasi efusi
pleura
TUBERKULOSIS PARU
DEFINISI
Adalah penyakit disebabkan o/ infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex
WHO 201, Indonesia berada ranking ke 5
teringgi di dunia
Prevale
nsi semua kasus TB 660,000 dan insiden
berjumlah 43,000 kasus baru pertahun
Jumlah kematian 61,000 pertahunnya
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Bakteri Mycobacterium tuberkulosis
Penderita tuberkulosis BTA (+) pada waktu
Morfologi batuk atau bersin
1 2 3 4 5
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
BAKTERIOLOGIS MIKROSKOPIK BIAKAN KUMAN RADIOLOGI PEMERIKSAAN
Sewaktu-pagi-sewaktu TB aktif CAIRAN PLERA
Bahan: dahak, bilasan TB inaktif
lambung, urin, feses
PENGOBATAN TB
Kategori 2:
Fase Kategori 1 :
Fase Intensif 2(HRZE)S/(H
Lanjutan : 4 2(HRZE)/4(R
: (2-3 bulan) RZR)/5(RH)3
atau 7 bulan H)3. E3
ALOGORITMA
PENGOBATAN TB
PARU DEWAS
OBAT ANTI TUBERKULOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
1. Aloosh O, Afshar H, Dadashpour N, Kian A, Eraghi GM. Idiophathic Exudative Hydropneumothorax and
Spontaneous Pneumomediastinum in a Young Iranian Man: A case report. J Cardiothoracic Med.2017; 5(1): 553-
555
2. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR eds. Clinically Oriented Anatomy, 6th ed. Thorax Baltimore: Lippincott Williams
& Willkins. 2010 p.72-180.
3. Pratomo PI, Yunus F. Anatomi dan Fisiologi Pleura. Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2013;40(6):407- 412.
4. Halim H. Penyakit-penyakit pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed 6. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2015; p 1633-41
5. Yedlapati KG, Narahari KN, Reddy S. Pneumothorax and its etiology. IAIM. 2016;3(10):79-86
6. TOKUR M, ERGIN M, DEMIROZ M, SAYAN M, ARPAG H. Approach to Pneumothorax in Emergency
Departement. Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences. 2015;23(3):98-107
7. Kadam S, Joshi M.J. Pulmonary cavitation and hydropneumothorax associated with pulmonary embolism. The
Indian Journal of Chest Diseases & Allied Sciences.2012;54:119-121
8. Kasargod V, Awad TN. Clinical profile, etiology, and management of hydropneumothorax: An Indian
expeience. IndianChest Society.2016;33(3):278-280
9. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press; 2014.
10. Sharan AL, Price PT, Hehn B, Manoff D, Cowan WS. A 22 year old man with pleural tuberculosis associated
hydropneumothorax: Case report and literature review. Respiratory medicine case reports 18. 2016: 27-30.
11. Limper AH, Knox KS, Sarosi GA, Ampel NM, Bennett JE, Catanzaro A, et al: American Thoracic Society
Fungal Working Group. Am J Respir Care Med.2011;183:96-128.
12. Amanda PA, Wijayanti O. Pneumotoraks pada Tuberkulosisi Milier: Sebuah Laporan Kasus. Ina J CHEST
Crit and Emerg Med.2015; 2(4):192-194.
13. Hisyam B, Budiono B. Pneumotorak. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed 6. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2015; p 1642-1652
14. Okonkwo, Ansa V, Umoh I, Adimekwe A. Pulmonary tuberculosis presenting as spontaneous pneumothorax
in a young nigerian. African Journal of Respiratory Medicine. 2013;8(2):24-25.
15. Arya M, George J, Dixit R, Gupta N. Bilateral spontaneous pneumothorax and tuberculosis. Indian J
Tuberc.2011;58:125-8
16. Upadhyay PG,Thakker MR. Spontaneous pneumothorax-a clinical study of 100 cases. International Journal
of Medical Science and Public Health. 2017;6(1):154-158.
17. Ghali F. An Illustrated Guide For Respiratory System Examinination. Bedside Teaching for 2nd year medical
Students. Cardiff University. 2016
18. Khajotia R, Kew ST, Cham YL. Left-sided hydropneumothorax in a young male: importance of clinical and
radiological markers in arriving at an aetiological diagnosis. Malaysian Family Physician. 2009;4(1):41-43
19. Reed AE, Dent ME, Lewis SE, Shogan PC, Folio LC. Hydropneumothorax verses Simple Pneumothorax.
Military Medicine Radiology Corner.2010;175(1):1-5.
20. Sjahriar R. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai penerbitan FKUI; 2015.
21. Freitinet JL, Camneroi JA, Marclena J, et al. Spontaneous pneumothorax and Tuberculosis: long-term follow
up. Eur Resp J.2011;38:126-31.
22. British Thoracic Society. BTS Pleural Disease Guideline 2010. British Thoracic Society Standars of Care
Committee.2010; 2(3):1-12
23. Netter. Hydropneumothorax.[Internet] 2015 [cited 2018 Nov 20]. Available from:
https://www.netterimages.com/
24. Corner J, Carrol M, Brown I, Delany D. Pleural efusion. Respiratory Care. 2012; 50(11): 28-30.
25. Astowo P, dkk. Pulmonologi intervensi dan gawat darurat napas. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
26. Koeing PS, Furin J. Tuberculosis/Pulmonary Infection 2015. American Journal of Respiratory and Critical
Care Medicine.2016;194(2):142-145.
27. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2014.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
28. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011.
Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Terobosan Menuju Akeses Universal.
29. Leshinsky SS. Pulmonary tuberculosis: Improving diagnosis and management. JAAPA. 2016; 29(2):20-25
30. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI
2013.Jakarta: Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran.
Thank You