You are on page 1of 50

LAPORAN KASUS

ASFIKSIA DAN HIPOKSIK ISKEMIK


ENSAFALOPATI

DISUSUN OLEH :
Nadia Rezki Eliza
1810221011

PEMBIMBING :
Dr. Tundjungsari Ratna Utami, Msc, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RSUD AMBARAWA
2018
STATUS PASIEN
1.1 Identitas Pasien
• Nama : By. Ny. S
• Umur : 0 hari
• Tanggal Lahir : 01 November 2018
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Sambiroto 3/5 Wonorejo/ Munding
• Agama : Islam
• Status : Belum Menikah
• Pekerjaan : Di bawah umur
• Tanggal masuk RSUD : 01 November 2018
• Tanggal periksa : 01 November 2018
• No.RM : 158061
• Kelompok pasien : UMUM
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien di Bangsal Perina RSUD
Ambarawa tanggal 1 November 2018.
• Keluhan utama : Wajah merah muda sedikit kebiruan, mata melihat keatas terus
menerus.
• Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi baru lahir secara Sectio Caesaria pada pukul 10.17 WIB dari ibu P3A1 dengan usia
kehamilan 39 minggu, atas indikasi obesitas. Bayi lahir menangis lemah, gerakan
kurang aktif, warna kulit merah jambu kebiruan. Bayi langsung di suction. Setelah di
suction, bayi dirangsang untuk menangis lebih kuat, kemudian kulit bayi bagian badan
dan wajah mulai kemerahan dan menangis kuat. Kemudian dilanjutkan pemberian
Oksigen nasal kanul 1 lpm di Ruang Instalasi Bedah Sentral. Bayi akhirnya dibawa ke
Seruni. BBL 4300 gr, PB 57 cm, LD: 37 cm, LK 37 cm, LL 14 cm. APGAR score 6-6-7.
Warna kulit kemerahan (+), sianosis (-), hipotonus (-), refleks hisap (+) lemah, refleks
moro (+)
Pasien ditempatkan di ruang observasi Seruni untuk dipantau jika terjadi kejang.
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Dahulu (-)

• Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga tidak memiliki riwayat kejang
sebelumnya.
ANAMNESIS
• Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat ANC
– Kontrol rutin setia[ bulan kehamilan.
– Riwayat persalinan: lahir dengan tindakan sectio caesaria di RSUD
ambarawa, dengan BBL: 4300 gram dan PB: 57 cm.

• Riwayat Habits
Riwayat pemeliharaan binatang (-)
Lingkungan rumah : tidak cukup bersih

• Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien anak ketiga dari 3 bersaudara. Pasien tinggal bersama ayah dan
ibu. Ayah bekerja wirausaha, dan ibu bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
ANAMNESIS
• Riwayat Pengobatan (-)

• Riwayat Kehamilan Ibu :


- Morbiditas kehamilan : selama masa kehamilan, ibu
pasien menyatakan bahwa dalam keadaan sehat, tidak
mengkonsumsi alkohol, tidak mengkonsumsi obat-
obatan dan tidak merokok.
- Perawatan antenatal : Ibu pasien rutin kontrol ke
dokter dan menjalani pemeriksaan USG setiap 3 bulan
sekali.
- Kesan : Tidak ditemukan adanya riwayat kelainan pada
kehamilan
Silsilah Keluarga

Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu, dan kedua saudaranya


PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien tanggal 1 November 2018
• Keadaan umum : lemah, tangisan jarang, gerak <
aktif, kejang (-), sianosis (-), retraksi (+) supra
clavicula dan sub sternal.
• Kesadaran : Letargi
• Tanda vital
– Nadi : 165x /menit,
– RR : 78x/menit
– Suhu tubuh : 35.7 °C
– Saturasi : 96%
Status Interna
• Kulit: lanugo menipis, kemerahan pada badan (+), pucat (-),
sianosis pada wajah (-), turgor kulit (+), neonatal ikterik (-)
• Kepala : Normocephal, UUB belum menutup, Caput
Succadeneum (-), Cephal Hematom (-)
• Mata : pupil bulat isokor, reflek cahaya +/+. CA(-/-), SI (-/-),
• Hidung : simetris, nafpas cuping hidng (-), deformitas (-),
secret (-)
• Telinga : pinna keras dan berbentuk, rekoil dengan segera,
secret (-/-)
• Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), labioschisis (-),
palatoschicic (-)
• Leher : pembesaran limfonodi (-)
• Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba V linea midclav sinistra,
kuat angkat (-)
Auskultasi : bunyi jantung I-II,reguler, suara tambahan (-),
bisisng (-)
• Pulmo
Inspeksi : gerak simetris (statis dan dinamis), retraksi
supraclavicula (+) substernal (+)
Palpasi : fremitus taktil dextra=sinistra
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, wheezing –
• Abdomen
Inspeksi : datar, tali pusat basah, menonjol –
Auskultasi : bising usus (+) dbn
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba
• Punggung : spina bifida -, meningokel –
• Genitalia : testis di skrotum rugae jelas, anus +
• Ekstremitas
Superior Inferior

Deformitas -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Ikterik -/- -/-

CRT <2” / <2” <2” / <2”

Tonus Hipertoni Hipertoni

Kedua lengan dan tungkai dalam posisi fleksi, Garis lipatan telapak kaki
jelas pada 2/3 anterior
• Refleks primitive
Reflek

Rooting -

Sucking + lemah

Morro -

Plantar grasping Tidak dapat


dinilai

Palmar grasping +

Tonick neck Tidak dapat


dinilai

babinsky -
New Ballarad Score Maturasi Fisik
• Neuromuscular • Kulit :3
• Postur :4 • Lanugo :2
• Arm window :3 • Plantar surface : 3
• Arm recoil :4 • Dada :2
• Poplitea angel : 5 • Mata dan telinga : 3
• Scarf sign :4 • Genitalia :3
• Heal to ear :4 Total : 16
• Total : 24 TOTAL BALLARAD : 40
 40 minggu
Kurva LUBCHENCO

BBL 4300 gr dengan usia kehamilan 39 minggu.


Kesan : Berat badan lahir lebih dari masa kehamilan.
Planning Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Golongan darah
• GDS
• Elektrolit
ASSESMENT
• Obs. Kejang ec HIE
• Asfiksia
• BBLB
• Neonatus aterm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Kimia Klinik
Tanggal 2-11-2018 (Pukul 14.35)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN


RUJUKAN

KIMIA KLINIK
Gula Darah 131 H 30-80 mg/dL
Sewaktu

Pemeriksaan Darah Rutin


Tanggal 2-11-2018 (Pukul 14.35)
DIAGNOSIS AKHIR
Obs. Kejang ec HIE
Asfiksia
BBLB

PROGNOSIS
• Ad Vitam : dubia ad bonam
• Ad Sanationam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad
PLANNING
• Farmakologi
– Inf. D5% 340 cc/24 jam
– O2 1 lpm
– Inj. Ampicilin 2 x 220 mg
– Inj. Sibital : Extra 45 mg, selanjutnya 15 mg/ 12 jam

• Non-Farmakologi
– Jaga kehangatan : pertahankan suhu tubuh 36,5-37,5 C
– Monitor pola nafas + SpO2
– Monitor kejang
– Monitor KU + TTV
– ASI ekslusif
TINJAUAN PUSTAKA

HYPOXIC ISCHEMIC
ENCEPHALOPHATY (HIE)
DEFINISI

• Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) adalah suatu sindrom yang


ditandai dengan adanya kelainan klinis dan laboratorium yang
timbul karena adanya cedera pada otak yang akut yang disebabkan
karena asfiksia. Definisi HIE menurut The Neonatology Clinical Care
Unit (NCCU) adalah berkurangnya suplai oksigen ke otak dan
berkurangnya aliran darah ke otak sehingga menyebabkan supresi
aktivitas listrik dan depresi kortikal.
• Hipoksia merupakan istilah yang menggambarkan turunnya
konsentrasi oksigen dalam darah arteri, sedangkan iskemia
menggambarkan penurunan aliran darah ke sel atau organ yang
menyebabkan insufisiensi fungsi pemeliharaan organ tersebut.2
Ensefalopati adalah istilah klinis dimana bayi mengalami gangguan
tingkat kesadaran pada waktu dilakukan pemeriksaan.
EPIDEMIOLOGI
• Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) merupakan penyebab
penting kerusakan permanen sel pada susunan saraf pusat (SSP),
yang berdampak pada kematian atau kecacatan berupa palsi
serebral atau retardasi mental.
• Angka kejadian HIE di dunia berkisar 0,3-1,8%.
• Data di Australia (1995), angka kematian antepartum berkisar
3,5/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian intrapartum
berkisar 1/1000 kelahiran hidup, dan angka kejadian kematian masa
neonatal berkisar 3,2/1000 kelahiran hidup.
• Apgar Score 1-3 pada menit pertama terjadi pada 2,8% bayi lahir
hidup dan AS 5 pada menit ke 5 pada 0,3% bayi lahir hidup.
• Lima belas hingga 20% bayi dengan HIE meninggal pada masa
neonatal, 25-30% yang bertahan hidup mempunyai kelainan
neurodevelopmental permanent.5
ETIOLOGI
American Academy of Pediatrics (AAP)
dan American College of Obstetricians menurut WHO, asfiksia perinatal adalah
and Gynaecologist (ACOG), membuat kegagalan bernafas saat lahir. Menurut
definisi asfiksia perinatal sebagai The National Neonatal Perinatal
berikut: Database (NNDP), dikatakan:
(1) Adanya asidosis metabolik atau 1. asfiksia sedang bila bernafas lambat
mixed academia (Ph<7) pada atau apgar score 4-6 pada 1 menit
darah umbilikal atau analisis gas pertama
darah arteri
2. asfiksia berat bila bayi lahir tidak
(2) Adanya persisten nilai apgar 0-3
selama >5 menit bernafas atau apgar score 0-3 pada
1 menit pertama..
(3) Manifestasi neurologis segera
pada waktu perinatal dengan Asfiksia perinatal merupakan penyebab
gejala kejang, hipotonia, koma, utama kejang. Kejang biasanya terjadi
HIE pada 24 jam pertama pada sebagian
(4) Adanya gangguan fungsi besar kasus dan berprogresi menjadi
multiorgan segera pada waktu status epileptikus
perinatal.
ETIOLOGI
Berbagai macam penyebab yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu:6
• Gangguan oksigenasi pada ibu hamil
• Penurunan aliran darah ibu ke plasenta atau dari plasenta ke fetus
• Gangguan pertukaran gas yang melalui plasenta atau fetus.
• Peningkatan kebutuhan fetal oksigen.
• Faktor risiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor maternal,
plasenta & tali pusat dan fetus/neonatus:7
• Kelainan maternal: hipertensi, penyakit vaskuler, diabetes, drug abuse, penyakit
jantung, paru dan susunan saraf pusat, hipotensi, infeksi, ruptur uteri, tetani uteri
dan panggul sempit.
• Kelainan plasenta dan tali pusat: infark dan fibrosis plasenta, solusio plasenta,
prolaps atau kompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah umbilikus, insufisiensi
plasenta, plasentitis, tali pusat yang sangat panjang.
• Kelainan fetus atau neonatus: anemia, perdarahan, hidrops, infeksi, pertumbuhan
janin terhambat (intrauterine growth retardation), serotinus.
• Faktor intrapartum: distosia, inersia uteri, induksi oksitosin, sectio caesaria
(anestesi umum, efek obat anestesi terhadap janin, berkurangnya aliran darah
umbilikal), kala II yang memanjang.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
• Didapatkan satu atau lebih organ yang mengalami kelainan pada 82%
kasus asfiksia perinatal. Susunan saraf pusat merupakan organ yang paling
sering terkena (72%), ginjal 42%, jantung 29%, gastrointestinal 29%, paru-
paru 26%. 1
• Pucat, sianosis, apnea, bradikardia dan tidak adanya respon terhadap
stimulasi .
• Edema serebral dapat berkembang dalam 24 jam kemudian dan
menyebabkan depresi batang otak. Selama fase tersebut, sering timbul
kejang yang dapat memberat dan bersifat refrakter dengan pemberian
dosis standar obat anti konvulsan.
• HIE merupakan penyebab tersering kejang pada bayi baru lahir (60-65%),
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama dan sering dimulai 12 jam
pertama.
• Dapat terjadi pada bayi cukup bulan maupun bayi kurang bulan dengan
asfiksia. Bentuk kejang bersifat subtle atau multifokal klinik serta fokal
klonik. Walaupun kejang sering merupakan akibat HIE, kejang pada bayi
juga dapat disebabkan oleh hipokalsemia dan hipoglikemia
MANIFESTASI KLINIS
• Ensefalopati klinis puncaknya timbul pada hari ke 3-4 setelah lahir dan sekuele neurologis
yang timbul secara langsung berhubungan dengan keparahan ensefalopati. Ensefalopati atau
kejang tanpa adanya kelainan kongenital atau sindrom, biasanya berhubungan dengan
kejadian prenatal atau perinatal.3
• Manifestasi klinis pada organ lainnya tersebut adalah:1,2
• Ginjal  Oliguria-anuria, hematuria, proteinuria. Bisa timbul gagal ginjal akut dan acute
tubular necrosis.
• Sistem kardiovaskuler  Hipotensi, nekrosis, iskemik miokardial, syok, disfungsi ventrikel.
• Paru  Edema paru, perdarahan paru, respiratory distress syndrome, meconeal aspiration
syndrome.
• Sistem saluran cerna  Fungsional intestinal obstruction, ileus paralitik, ulkus, perforasi,
necrotizing enterocolitis.
• Metabolik  Asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia.
• Hepar  Gangguan fungsi hati, pembekuan darah, metabolism bilirubin, dan albumin.
• Hematologi  Perdarahan, DIC (disseminated intravascular coagulation)
• Kematian Otak  Berdasarkan kriteria AAP.
Tanda klinis Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3

Tingkat kesadaran Iritabel Letargik Stupor, coma


Tonus otot Normal Hipotonus Flaksid
Postur Normal Fleksi Decerebrate
Refleks Hiperaktif Hiperaktif Tidak ada
tendon/klonus
Myoclonus Tampak Tampak Tidak tampak
Refleks Moro Kuat Lemah Tidak ada
Pupil Midriasis Miosis Tidak beraturan,
refleks cahaya
lemah
Kejang Tidak ada/jarang Sering terjadi Decerebrate
EEG Normal Voltage rendah Burst suppression
yang berubah to isoelektrik
dengan kejang
Durasi <24 jam 24 jam – 14 hari Beberapa hari
hingga minggu
Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian,
kecacatan berat
DIAGNOSIS
• Diagnosis HIE memerlukan bukti apa yang
menyebabkan iskemik dan hipoksia pada saat
sebelum, selama dan setelah lahir.
• Data yang teliti tentang riwayat, pemeriksaan
neurologis, laboratorium penting untuk
menentukan hipoksik iskemik sebagai penyebab
ensefalopati.
• Semua aspek riwayat maternal harus digali,
mencakup kehamilan, persalinan, kelahiran dan
masa postnatal. Analisis patologi plasenta juga
diperlukan tapi tidak sering dilakukan.
PX PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dikerjakan untuk memonitor fungsi maupun
kelainan organ sistemik dan cedera otak
• Pemeriksaan antara lain darah lengkap, gula darah, urin, serum
elektrolit, BUN dan serum kreatinin, faal pembekuan darah, faal
hati, analisis gas darah,
• Foto thorak
• Punksi lumbal dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya
perdarahan intrakranial atau untuk menyingkirkan adanya
meningitis.
• Pemeriksaan EEG.
• Ultrasonografi kepala.
• CT Scan kepala.
• Near-infra red spectroscopy (NIRS).
• Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS).
TATA LAKSANA
• Bayi baru lahir dengan HIE juga mengalami gangguan sistem pernafasan, kardiovaskular, hepar,
fungsi ginjal, sehingga penanggulannya memerlukan pendekatan multisystem.1,3,7
– Upaya yang optimal adalah pencegahan. Tujuan utama yaitu mengidentifikasi dan mencegah fetus dan
neonatus yang mempunyai risiko mengalami asfiksia sejak dalam kandungan hingga persalinannya.
– Resusitasi. Segera lakukan resusitasi bayi yang mengalami apnea dan atau hypoxic ischemic encephalopathy.
Tujuan resusitasi adalah untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi yang tidak bernafas.
– Ventilasi yang adekuat. Usahakan memberikan ventilasi sehingga PCO2 dalam kadar yang fisiologis.
Hiperkarbia akan menyebabkan asidosis serebral dan vasodilatasi pembuluh darah serebral.
– Oksigenasi yang adekuat. Hipoksia akan menyebabkan pressure-passive circulation dan neuronal injury.
– Perfusi yang adekuat.
– Koreksi asidosis metabolik. Tujuan utama untuk memelihara keseimbangan asam basa dalam jaringan tetap
normal.
– Pertahankan kadar glukosa dalam darah antara 75 sampai 100 mg/dl untuk menyediakan bahan yang
adekuat bagi metabolisme otak.
– Kadar kalsium harus dipertahankan dalam kadar yang normal. Hipokalsemia adalah suatu kelainan elektrolit
yang sering dijumpai pada sindrom post asfiksia neonatal dengan gejala kejang. Diberikan Ca glukonas 10%
200 mg/kgBB intravena atau 2 ml/kgBB diencerkan dalam aquades sama banyak diberikan secara intravena
dalam waktu 5 menit.
– Mencegah timbulnya edema serebri. Tujuan utama untuk mecegah timbulnya edema serebri dengan cara
mencegah overload dari cairan. Restriksi cairan dengan pemberian 60 ml/kgBB per hari.
– Atasi kejang. Bila ada kejang maka Phenobarbital adalah obat pilihan.
PROGNOSIS
• Berdasarkan NCCU Guidelines, prognosis HIE
sebagai berikut:
– Ringan (stadium 1) : Semua hidup normal
– Sedang (stadium 2) : 5% meninggal, 20% dengan
sekuele neurologi
– Berat (stadium 3): 75% meninggal, 90-100%
dengan sekuele neurologi.
PROGNOSIS
• Ada beberapa faktor atau keadaan yang dapat dipakai untuk menilai prognosis.
Prognosisnya jelek apabila:
– Asfiksia berat yang berkepanjangan (apgar score = 3 pada umur 20 menit)
– HIE stadium berat menurut Sarnat dan Sarnat, 50% meninggal dunia dan sisanya dengan gejala
berat.
– Kejang yang sulit diatasi muncul sebelum 12 jam yang disertai dengan kelainan multi organ.
– Adanya kelainan neurologi yang persisten pada 1-2 minggu saat dipulangkan, 50% akan timbul
epilepsi.
– Adanya oliguria persisten (produksi urin <1 ml/kgBB per jam selama 36 jam pertama).
– Mikrosefali pada 3 bulan pertama setelah lahir. Menurunnya rasio lingkaran kepala yang
didapatkan waktu lahir dibandingkan dengan usia 4 bulan dibagi rerata lingkaran kepala pada
usianya x 100% > 3,1%, merupakan cara untuk memprediksi timbulnya mikrosefali sebelum
usia 18 bulan.
– Adanya kelainan EEG yang sedang sampai berat. Adanya EEG yang normal atau ringan yang
terjadi pada hari pertama setelah lahir merupakan tanda outcome yang normal.
– Adanya kelainan CT Scan yang berupa perdarahan hebat, periventrikular leukomalasia atau
nekrosis.
– Kelainan MRI yang timbul pada 24-72 jam pertama setelah lahir. Pemeriksaan MRI yang
normal pada 24-72 jam setelah lahir hampir selalu menghasilkan prediksi outcome yang baik
walaupun pada neonatus yang mengalami asfiksia berat.
TINJAUAN PUSTAKA

ASFIKSIA NEONATAL
DEFINISI
• Ikatan Dokter Anak Indonesia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis.16

• WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir.17
DEFINISI
• ACOG dan AAP
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila
memenuhi kondisi sebagai berikut:18
– Nilai Apgar menit kelima 0-3
– Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat
(pH<7.0)
– Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia
atau koma)
– Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya:
gangguan kardiovaskular,gastrointestinal, hematologi,
pulmoner, atau sistem renal).
ETIOLOGI
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada
proses persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah
lahir.19 Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk
oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga
gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir
selalu akan menyebabkan asfiksia.
Faktor risiko antepartum Faktor risiko intrapartum Faktor risiko janin 17,18

Primipara 18 Malpresentasi 18 Prematuritas BBLR


Pertumbuhan janin
Penyakit pada ibu:17 Partus lama 18
terhambat Kelainan
 Demam saat kehamilan Persalinan yang sulit dan kongenital

FAKTOR  Hipertensi dalam


kehamilan
traumatik8

RESIKO  Anemia
Mekoneum dalam
ketuban7,8
 Diabetes mellitus
 Penyakit hati dan ginjal Ketuban pecah dini7

 Penyakit kolagen dan Induksi Oksitosin 8


pembuluh darah
Prolaps tali pusat7
Perdarahan antepartum
17,18

Riwayat kematian
neonatus sebelumnya 18

Penggunaan sedasi,
anelgesi atau anestesi 17
Sistem Pengaruh

Ensefalopati Hipoksik-Iskemik, infark, perdarahan


Sistem Saraf
intrakranial, kejang-kejang, edema otak, hipotonia,
Pusat
hipertonia

Iskemia miokardium, kontraktilitas jelek, bising


Kardiovaskular
jantung, insufisiensi trikuspid, hipotensi
komplikasi Pulmonal
Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom

pasca kegawatan pernafasan

hipoksia Ginjal Nekrosis tubuler akut atau korteks

Adrenal Perdarahan adrenal

Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis

Sekresi ADH yang tidak sesuai, hiponatremia,


Metabolik
hipoglikemia, hipokalsemia, mioglobinuria

Kulit Nekrosis lemak subkutan

Hematologi DIC
DIAGNOSIS
• Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gangguan/ kesulitan bernapas waktu lahir dan
lahir tidak bernafas/menangis.Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor
risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.

• Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat berat
ringannya asfiksia
Klinis 0 1 2

Warna Kulit Tubuh merah, Merah seluruh


Biru Pucat
(Appearance) ekstremitas biru tubuh

Frekuensi Jantung
Tidak Ada <100x/ menit >100x/menit
(Pulse)

Rangsangan
Refleks Tidak Ada Gerakan sedikit Batuk/ Bersin
(Grimace)

Tonus Otot
Lunglai Fleksi ekstremitas Gerakan aktif
(Activity)

Menangis lemah/
Pernafasan terdengar seperti
Tidak Ada Menangis kuat
(Respiratory) meringis atau
mendengkur
• Skor APGAR 7-10 ( Vigorous Baby). Dalam hal ini bayi di
anggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
• Skor APGAR 4-6 (Mild-moderate asphyxia) - Asfiksia
sedang. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
• A. Asfiksia berat. Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
TATA LAKSANA
Sebagian besar bayi baru lahir tidak
membutuhkan intervensi dalam mengatasi
transisi dari intrauterin ke ekstrauterin, namun
sejumlah kecil membutuhkan berbagai derajat
resusitasi.
RESUSITASI NEONATUS
(1) langkah awal dalam stabilisasi
• (a) memberikan kehangatan
• (b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
(c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan
(d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan
pada posisi yang benar
(2) ventilasi tekanan positif
(3) kompresi dada
(4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume
expander)

You might also like