You are on page 1of 47

ATEROGENIK

DISUSUN OLEH :
NURSANNA IRAWATY SINAGA
DEFENISI
 Aterogenik berarti bersifat mampu memproduksi
aterosklerosis.

 Aterosklerosis atau arteriosklerosis


Berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur
atau pasta) dan sklerosis (indurasi dan pengerasan)
 Aterosklerosis adalah suatu keadaan dimana terbentuk
endapan material lemak (ateroma atau plak aterosklerotik)
pada dinding pembuluh darah arteri yang berukuran
sedang dan besar, sehingga mengurangi atau menghambat
aliran darah.
ATEROSKLEROSIS
Ada berbagai faktor resiko terjadinya
aterosklerosis, antara lain :
Penyebab yang pasti dari kelainan ini belum diketahui.
1. MAYOR
 Merokok
 Hiperkolesterol
 Tekanan darah tinggi
 Diabetes (kencing manis)
2. MINOR
 Kegemukan (Obesitas)
 Malas berolahraga
 Asupan makan yang tidak sehat, misalnya kurang buah dan
sayur
 Mengkonsumsi alkohol berlebihan
 Riwayat aterosklerosis dalam keluarga
PATOGENESIS
 Ada beberapa teori yang menerangkan tentang proses
atherogenesis, yaitu :
1. Reaksi Terhadap Endothelial Injury
Atherosclerosis merupakan suatu respon terhadap
inflamasi yang kronik pada dinding arteri yang diawali
dengan injury pada endothel. Proses tersebut yaitu:
 a. Injury endotel yang kronik,
 b. Menyebabkan disfungsi endotel, perlekatan monosit dan
platelet ke endotel pembuluh darah. dan monosit
mengalami emigrasi dari lumen ke lapisan intima.
 c. Sel-sel otot polos mengalami migrasi dari lapisan media
ke intima. Makrofag mengalami aktivasi.
 d. Selanjutnya makrofag dan sel otot polos memakan
lemak, sehingga menimbulkan penumpukan lemak pada
sel tersebut pada intima.
 e. Timbul plaque, proliferasi sel otot polos serta
penumpukan extraseluler matrix, kolagen dan extraseluler
lipid.
2. Hipotesis Encrustation.
 Atherosclerosis diawali oleh adanya trombosis.
Trombus memasuki intima dan diikuti oleh degenerasi
lipid untuk menimbulkan lesi awal. Tetapi akhir- akhir
ini trombosis dianggap bukan sebagai lesi awal, tetapi
berperan terhadap perkembangan dan pelebaran lesi
yang akhirnya dapat meyebabkan penyempitan lumen
pembuluh darah.
MANIFESTASI KLINIK
 Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks
adalah penyakit jantung koroner, stroke bahkan
kematian.
 Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri
atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak
dapat mencukupi kebutuhan oksigen.
 Gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan
dengan terjadinya penyempitan arteri.
Menurut Corwin (2009) gejala
klinis aterosklerosis meliputi:
 1. Klaudikasio intermiten
Suatu keadaan nyeri dan kram di ekstremitas bawah, perasaan
tersebut terjadi terutama setelah berolahraga. Pada
aterosklerosis parah terjadi juga saat istirahant karna kebutuhan
oksigen yang tidak tercukupi.
2. Peka terhadap rasa dingin
Hal ini dipacu karna aliran darah ke ekstremitas tidak adekuat
3. Perubahan warna kulit
Berkurangnya aliran darah ke suatu area tubuh membuatnya
tampak lebih pucat.
4. Penurunan denyut arteri di sebelah hilir dari lesi
aterosklerotik jelas dan dapat diraba. Dapat terjadi nekrosis sel
dan gangrene dapat terjadi apabila aliran darah tidak adekuat
memenuhi kebutuhan metabolik.
KOMPLIKASI
 1. Kerusakan ginjal
 2. Kerusakan otak
 3. Kerusakan hati
 4. Penyakit jantung koroner
 5. Stroke
 6. Serangan jantung
 7. Darah pada tungkak kaki sedikit
Indeks aterogenik
Indeks Aterogenik (IA) adalah penanda baru untuk
mengukur tingkat aterogenisitas karena terkait
langsung dengan risiko aterosklerosis (prediktor
penyakit kardiovaskuler yang baik ).
Indeks aterogenik
Indeks Aterogenik dihitung dengan rumus dari Abbot
et al.
TUMBUHAN BERKHASIAT ANTI
ATEROGENIK
 1. Ekstrak Air Daun Tapak Dara (Catharanthus
roseus Linn )
 2. Ekstrak Klika Ongkea (Mezzetia Parviflova
BECC.)
 3. Beras Hitam
Tapak Dara (Catharanthus roseus
Linn )
 Kerajaan: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Ordo: Gentianales
 Famili: Apocynaceae
 Genus: Catharanthus
 Spesies: C.roseus
Kandungan
 Kandungan flavonoid, alkaloid, tannin, dan saponin
masing-masing dapat berperan dalam menurunkan kadar
kolesterol
 Alkaloid adalah konstituen fitokimia utama dari tanaman
obat daun tapak dara dan memiliki berbagai kegunaan
sebagai obat (Gajalakshmi et al., 2013). Termasuk golongan
alkaloid yang telah didentifikasi di antaranya
vincaleukoblastine, leurocristine, leurosin, vinkadiolin,
leurosidin, katarantin, leurosin, katarantin, locherin,
tetrahidroalstonin, vindolin, dan vindolinin. Alkaloid pada
daun tapak dara telah memiliki efek farmakologi sebagai
antimikrob, antioksidan, obat cacing, antisterilitas,
antidiare, antikanker, dan antidiabetes (Gajalakshmi et al.,
2013; Sabdeep et al., 2014)
IDENTIFIKASI
#Identifikasi Alkaloid : Metoda Culvenor-Fiztgerald
1.Pereaksi Mayer endapan putih atau keruh )
2.Pereaksi Wagner endapan coklat)
3. Pereaksi Dragendorf endapan orange.
# Identifikasi Flavonoid : Shinoda Test / sianidin
Test. Terjadi perubahan warna merah/pink atau
kuning menunjukan sampel mengandung flavonoid.
# Identifikasi Saponin : Uji Busa  Adanya busa yang
stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung
saponin.
BIOLOGI
 Kandungan flavonoid, alkaloid, tannin, dan saponin
masing-masing dapat berperan dalam menurunkan kadar
kolesterol.
 Tanin dan saponin dapat mengu- rangi penyerapan
kolestrol dan meningkatkan gerakan usus (Tebin et al.,
1994)
 Alkaloid meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase dan
lechitin cholesterol acyl transferase (LCAT) plasma yaitu
aktivitas enzim penting dalam metabolisme TGA
Beberapa senyawa dalam ekstrak tanaman, seperti alkaloid
juga dapat meng- hambat sintesis kolesterol (Eguchi et al.,
2013),
 Serta flavonoid diduga berfungsi hipolipidemik melalui
penghambatan enzim HMG-CoA sehingga dapat
menurunkan produksi kolesterol di hati.
METODA
 1. Pembuatan Rebusan Air Daun Tapak
Dara (ETD)
 Dibersihkan, lalu dikeringkan dalam oven bersuhu 50⁰C.
Jadikan tepung dan ditimbang sebanyak 80 g, selanjunya
diekstrak dengan cara direbus, yaitu dimasukan ke dalam
panci gelas yang telah berisi air mendidih dan dipanaskan
selama 15 menit. Setelah dingin, disaring dengan kain kasa
bersih dan ditambahkan dengan aquades sampai volume
mencapai 100 mL (80% b/v).
 Dosis perlakuan yang digunakan adalah dosis
20, 40, dan 80% (b/v).
Penyiapan Hewan Percobaan dan
Pengujian Daya Hipolipidemik
 15 ekor tikus putih jantan strain Spraque Dawley dengan
kisaran bobot badan 190-220 g.
 Tikus dibuat hiper- kolesterolemia dengan cara pemberian
pakan yang mengandung kolesterol 1% (b/b).
 kelompok kontrol normal (K1), kelompok positif
hiperkolesterolemia (K2), Kelompok III-V, yaitu kelompok
hiperkolesterolemia dan diberi ekstrak air daun tapak dara
(ETD) masing-masing dosis 20 % (K3); 40% (K4); dan 80%
(b/v) (K5).
 Diberikan secara oral menggunakan sonde lambung dua
kali sehari, yakni pagi (pukul 07.00) dan sore (pukul 18.00)
sebanyak 1 mL/ekor secara oral selama 28 hari percobaan.
Analisis Profil Lipid dan Penghitungan
Indeks Aterogenik (IA)
 Kolesterol total plasma menggunakan kit Fluitest REF 4241 LOT
D393,
 Kadar HDL- kolesetrol menggunakan kit Fluitest HDL- CHOL
REF 410 LOT D312,
 Kadar trigliserida dengan kit Fluitest TG REF 5748 LOT D716
(Human, Geselischaft fur Biochemica und Diagnostica mbH-
Germany).
 Metode analisis menggunakan uji kolorimetrik enzimatik dan
nilai absorbansi dibaca pada panjang gelombang 546 nm.
 Kadar LDL-koles- terol dihitung menggunakan rumus
Friedewald dengan persamaan: (kolesterol total- HDL - TGA/5).
 Indeks aterogenik dihitung menggu- nakan persamaan, indeks
aterogenik (IA) = (kolesterol-total – HDL)/HDL
HASIL PENELITIAN Para eter rasio kolesterol: Indeks
Perlakuan Kolesterol LDL
TGA HDL HDL Aterogenik (IA)

total (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)

K1 65,67±4,51a 73,33±3,51a 42,67±1,53a 8,33±2,66a 1,5 : 1,0 0,539

K2 124,33±4,04e 100,67±5,03c 40,67±2,08a 63,53±3,95d 3,1 : 1,0 2,057

K3 114,00±3,00d 99,67±2,08c 43,67±4,16a 50,40±6,10c 2,6 : 1,0 1,610

K4 106,33±3,51c 88,33±2,08b 51,33±1,53b 37,33±3,37b 2,1 : 1,0 1,071

K5 79,33±3,51b 72,33±6,65a 55,00±3,60b 9,87±5,34a 1,4 : 1,0 0,442


2. EKSTRAK KLIKA ONGKEA
(Mezzetia Parviflova BECC.)
 Kerajaan: Plantae
 Divisi: Spermatophyta
 Kelas: Dicotyledoneae
 Ordo: Ranales
 Famili: Annonaceae
 Genus: Mezzetia
 Spesies: Mezzetia parviflora
Becc
KANDUNGAN
 Polifenol (Tanin,Flavonoid)

 Fenolik yang dapat mengikat radikal bebas DPPH (1,1-


diphenil-2picryl-hydrazyl) dan dapat menghambat
enzim siklooksigenase secara in vitro
IDENTIFIKASI
#Identifikasi Tanin  Sektrofotometer UV-Vis dan FTIR
flavan-3,6,7,4',5'-pentaol atau flavan-3,7,8,4',5'-pentaol

# Identifikasi Flavonoid : Shinoda Test / sianidin Test.


Terjadi perubahan warna merah/pink atau kuning
menunjukan sampel mengandung flavonoid.

 # Identifikasi Fenolik  Spektofotometer UV-Vis dan IR.


Identifikasi dengan IR menunjukan adanya gugus fungsi
O-H terikat, C-H aromatik, C-H alifatik, C=C, dan C=O.
BIOLOGI
 flavonoid memiliki potensi sebagai antioksidan karena
memiliki gugus hidroksil yang terikat pada karbon cincin
aromatik sehigga dapat menangkap radikal bebas yang
dihasilkan dari reaksi peroksidasi lemak. Senyawa
flavonoid akan menyumbangkan satu atom hidrogen
untuk menstabilkan radikal peroksi lemak [2].
 Serta flavonoid dan polifenol diduga berfungsi
hipolipidemik melalui penghambatan enzim HMG-CoA
sehingga dapat menurunkan produksi kolesterol di hati.
 Pengujian aktivitas terhadap klika (kulit batang) tanaman
ongkea menunjukkan adanya senyawa fenolik yang dapat
mengikat radikal bebas DPPH (1,1-diphenil-2picryl-
hydrazyl) dan dapat menghambat enzim siklooksigenase
METODA
 Penyiapan Ekstrak
 Klika ongkea diambil dari ca-bang pohon yang besar
kemudian di-bersihkan dan dikeringkan di dalam oven
bersuhu 40oC. Bahan kering lalu diserbukkan dan
diekstraksi secara maserasi dengan etanol–air 70%. Filtrat
dikumpulkan kemudian ekstrak dikisatkan dengan
evaporator hingga ekstrak terbebas dari etanol, dan air
yang tersisa di dalam ekstrak dihilang-kan dengan cara
liofilisasi hingga di-peroleh ekstrak kering. Ekstrak etanol
dipurifikasi dengan menghilangkan komponen kimia yang
terlarut dalam pelarut aseton dengan metode partisi padat
– cair.
Penanganan Hewan Uji
 Tikus dibagi ke dalam 5 kelompok.
 Kelompok 1 sebagai kon-trol normal yang diberi diet
normal.
 Kelompok 2 sebagai kontrol perlaku-an yang diberi diet
kaya kolesterol.
 Kelompok 3 diberi simvastatin sebagai kontrol positif.
 Kelompok 4 dan 5 di-beri masing-masing ekstrak peroral
500 dan 1000 mg/2,5 kg BB sekali sehari. Perlakuan
dilakukan selama 3 bulan.
 Pada akhir masa perlakuan, hewan uji dibius dengan eter,
darah dikumpulkan dan serum digunakan untuk
pengukuran kadar lipid.
Pengukuran Kadar Lipid
 Kadar kolesterol total, triglise-rida, kolesterol-
HDL dan kolseterol-LDL di dalam serum
ditentukan de-ngan metode kolorimetrik
enzimatik dengan alat Humalyzer Junior.
 Peng-ukuran dilakukan sehari sebelum per-
lakuan sebagai baseline dan pada pertengahan
serta akhir perlakuan.
 Indeks Aterogenik dihitung dengan rumus dari Abbot
et al. (4), dan Indeks Resiko Koroner (CRI) diperoleh
de-ngan metode Alladi et al. (5).
INDEKS ATEROGENIK
3. Padi Cempo Ireng
 Kerajaan: Plantae
 Divisi: Spermatophyta
 Kelas: Monocotyledoneae
 Ordo:Poales Glumiflorae)
 Famili:Poaceae(Graminea)
 Genus: Oryza
 Spesies: Oryza sativa L
KANDUNGAN
 Antosianin
pada lapisan aleuron biji padi (beras), yang didominasi
oleh senyawa sianidin-3glukosida dan preonidin-3-
glukosida (Xia et al., 2006).
 Serat
 Minyak Bekatul
BIOLOGI
1. Antosianin berpotensi sebagai antioksidan dan
antiinflamasi. Antioksidan mampu melindungi tubuh
terhadap kerusakan yang disebabkan ROS, menghambat
terjadinya penyakit degeneratif, serta mampu melindungi
oksidasi lipid.
2. Serat makanan meningkatkan aktivitas enzim
kolesterol 7-α- hidroksilase, yaitu enzim regulasi utama di
hati untuk konversi kolesterol menjadi asam empedu (Roy
et al., 2002). Meningkatnya aktivitas enzim 7-α-hidroksilase
menyebabkan pembersihan kolesterol juga meningkat
(Juzwiak et al., 2005) dan berkontribusi dalam penurunan
kolesterol hati (Babio et al., 2010).
3. Minyak Bekatul : Minyak bekatul mengandung 20% asam
lemak jenuh dan 80% asam lemak tak jenuh (Sukma et al.,
2010). Asam lemak tak jenuh berfungsi meningkatkan kadar
HDL-Kolesterol, yang pada akhirnya akan menyebabkan
peningkatan metabolisme kolesterol dalam empedu untuk
dapat dikeluarkan dari tubuh.
METODA
 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras
dan bekatul beras hitam “Cempo Ireng” yang diambil dari
petani desa Sayegan, Sleman, DIY;
 Tikus (R. norvegicus Berkenhout, 1769) galur Wistar jantan
berumur ± 2 bulan dengan berat antara 150-200 g dari
UPHP LPPT Unit IV UGM.

 Pakan tikus; minyak babi.


 Kolesterol murni, dan kuning telur itik;
 Reagen kit dari DiaSys untuk mengukur kadar kolesterol
total dan HDL.
PERLAKUAN HEWAN UJI
 Tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan,
masing-masing kelompok terdiri dari 6 ulangan individu.
 Kelompok I : Kontrol normal tanpa perlakuan
hiperlipidemia
 Kelompok II : Kontrol hiperlipidemia
 Kelompok III : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet
nasi hitam dari padi “Cempo Ireng”.
 Kelompok IV : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet
bekatul beras hitam dari padi “Cempo Ireng”.
 Tikus putih (R. norvegicus) dibuat dalam kondisi
hiperlipidemia
Perlakuan dengan Beras Hitam
“Cempo Ireng”
 Setelah kondisi hiperlipidemia tercapai, tikus
hiperlipidemia diperlakukan dengan pemberian
asupan pelet nasi hitam “Cempo Ireng” 30 g/100 g
pakan dasar (Ma et al., 1999) dan asupan pelet bekatul
beras hitam 10 g/100 g pakan dasar selama 30 hari.
Selama perlakuan dengan beras hitam “Cempo
Ireng”, perlakuan hiperlipidemia tetap diberikan.
Tikus kontrol hiperlipidemia hanya diberi diet pakan
basal selama
 30 hari. Berat badan tikus ditimbang setiap 7 hari
sekali.
Pengukuran Kadar Kolesterol Total
 Pengukuran kadar kolesterol total serum darah dilakukan
dengan metode kolorimetrik enzimatis CHOD-PAP
dengan cara kerja mengikuti prosedur dari kit DiaSys®
(Diagnostic System International)
 Pengukuran kadar HDL serum darah dilakukan dengan
metode presipitasi LDL, VLDL dan kilomikron dengan
cara kerja mengikuti prosedur dari kit DiaSys® (Diagnostic
System International) cat no. 10 350 022.
 Perhitungan Indeks Aterogenik.
 Indeks Aterogenik = (kolesterol total – HDL) /HDL
(Yokozawa et al.,2006)
Index Aterogenik

You might also like