You are on page 1of 32

Psikologi abnormal

1
 Di US, banyak orang takut menjadi tua
• Orang usia tua kurang dihormati dan dihargai
seperti di dalam budaya-budaya lain
 Kapan kita tua?
• Masyarakat menetapkan 65 dan lebih sebagai
tua
 2001 census di US
• 12.4% atau 35 juta individual berusia 65 atau
lebih

2
3
 Menjadi tua mau tidak mau menyebabkan penurunan
fungsi kognitif.
Kenyataannya:
• Severe cognitive problems do not occur for most (gangguan
kognitif parah tidak banyak terjadi)
 Umumnya ada sedikit penurunan
 Usia tua adalah masa yang menyedihkan dan
kebanyakan lansia menderita depresi
Kenyataannya:
• Older individuals report less negative emotion than younger
people (individu tua melaporkan lebih sedikit emosi negatif)
 More brain activation in key areas when viewing positive images

4
 Usia tua adalah masa yang sepi (Late life is a lonely
time)
Kenyataannya:
• Pada umumnya memang sedikit yang mengembangkan
persahabatan/pertemanan baru
• Tetapi ada, Social selectivity 
 Dengan bertambahnya usia, para lansia memfokuskan pada
hubungan interpersonal yang paling bermakna bagi dirinya
 Orang usia tua kehilangan minat terhadap seks
• Untuk kebanyak orang, aktivitas seksual tidak berkurang dari
usia pertengahan sampai usia lanjut (from mid to late life)

5
 Ageism
• Diskriminasi terhadap seseorang, muda atau tua, berdasarkan
usia kronologis
 Gangguan tidur meningkat dengan bertambahnya usia
• Insomnia
• Sleep apnea (berhenti bernafas)
 Medical treatment
• Lebih banyak masalah kronis dibanding dengan gangguan
yang dapat disembuhkan
• Polypharmacy (pemberian berbagai macam obat)
 Ada praktek utk memberi bermacam obat pada pasien
 Hal ini menyebabkan timbulnya efek samping dan potensi untuk
menyebabkan keracunan
• Obat biasanya diujikan pada partisipan yang lebih muda
 belum tentu cocok untuk digunakan pada orang usia
tua

6
7
 Age effect (Efek-usia)
• Efek yang terjadi karena ada pada suatu usia
tertentu, misalnya usia ketika boleh mempunyai KTP
 Cohort Effect (Efek Cohort)
• Efek yang terjadi sbg. konsekuensi karena
dilahirkan pada tahun tertentu atau dibesarkan pd
suatu periode wkt ttt, misalnya menjadi sangat hemat
karena tumbuh pada waktu depresi ekonomi
 Time-of-Measurement Effect (Efek waktu
ketika dilakukan pengukuran)
• Misalnya pengukuran yang dilakukan setelah gempa
di Padang  menyebabkan meningkatnya level
anxiety.

8
 Cross-sectional studies
• Researcher menguji berbagai kelompok usia
pada suatu saat
• Ada kegagalan memberi informasi mengenai
bagaimana orang berubah menurut waktu
 Longitudinal studies
• Researcher menguji kembali kelompok orang
yang sama dengan cara pengukuran yang sama
pada saat yang berbeda
 Bisa berlanjut sampai beberapa tahun atau dekade
• Atrisi (Attrition) merupakan masalah potensial
(partisipan drop out dari studi krn sesuatu hal,
misalnya krn kematian, tidak berminat, atau
immobile)
 Kemungkinan terjadi Selective mortality (tidak bisa di
follow up krn kematian) yang menyebabkan sample
yang bias
9
 Kebanyakanlansia tidak mempunyai
gangguan kognitif
• Prevalensi (frekuensi terjadinya) telah menurun/
berkurang dalam 15 tahun terakhir
 Dementia
• Suatu kemunduran dalam fungsi kognitif
 Delirium
• Suatu keadaan kebingungan mental (mental
confusion)

10
 Deteriorasi dari fungsi kognitif
• Mengganggu fungsi sosial dan okupasional
• Meningkat/Bertambah bersama waktu
 Mulai dengan kesulitan mengingat peristiwa-
peristiwa baru (recent events)
 Defisitdapat dideteksi sebelum
gangguan terlihat nyata
 Adanya gangguan kognitif
meningkatkan resiko untuk terjadinya
demensia.
 Prevalensi di dunia
• .4% dari penduduk dunia
• Prevalensi meningkat dengan bertambah-
nya usia

11
 Dideskripsikan oleh Alois Alzheimer in 1906
 Deteriorasi jaringan otak yang tidak bisa
pulih.
• Kematian biasanya terjadi dalam kurun waktu 12
tahun
 Biasanya dimulai dengan
• Kesulitan mengingat peristiwa yang baru terjadi
(recent events)
• Kesulitan mempelajari hal-hal baru
• Iritabilitas
 Dengan meningkatnya gangguan
• Masalah bahasa menjadi intensif, termasuk
menemukan kata-kata.
• Disorientation (gangguan dalam orientasi)
 Kebingungan waktu, tempat dan identitas
• Agitasi
• Depresi

12
 Genetic factors
• Heritability 79%
• Early onset (before age 60)
 Dominant genes on chromosomes 21, 1, and 14 may cause
some cases of alzheimer
• Later onset
 Karena ada bentuk Gene khusus yang disebut APOE-4-
allele pada chromosome 19  adanya gen khusus ini
meningkatkan kemungkinan alzheimer dengan 30%
 Environmental factors
• Head trauma
• Depression

 Strong baseline linguistic ability reduces risk


 Frequent cognitive activity reduces risk
• e.g. crossword puzzles

13
 Begins in mid to late 50s
 Memory not severely disrupted
 Impairment of executive functions
• Planning
• Problem solving
• Goal directed behavior
 Difficulty recognizing & regulating
emotion
 Neuronal deterioration (deteriorasi
neuron) in several areas involving
serotonergic neurons
• Amygdala, anterior temporal lobes, prefrontal
cortex, and other regions (daerah-daerah di
otak)

14
 Melibatkan kerusakan nerologis
• Weakness in limb
• Abnormal reflexes
 Tipikal sebagai akibat stroke
• Clot forms and impairs circulation
• Cells die
 Risk factors
• Smoking, high LDL cholesterol, high Blood
Pressure
 Affects
African Americans more often
than whites

15
 Terdapat Lewy bodies di otak dan pada DLB ada deposit
yang abnormal dari lewy bodies.
 Two subtypes
• With Parkinson’s
• No Parkinson’s
 Symptoms similar to Parkinson’s and Alzheimer’s diseases
• Shuffling gait
• Loss of memory
 Symptoms differ in that DLB patients have:
• Fluctuating cognitive symptoms
• Prominent visual hallucinations
• Intense dreams involving movement and vocalizing
 Melibatkan aktivitas dopamine (neurotransmitter) yang
tidak biasa di basal ganglia

16
 Medications
• Tidak ada obat yang dapat memulihkan gangguan Alzheimer.
• Beberapa obat agak dapat mengurangi kemunduran
 Acetylcholinesterase inhibitors
 Obat-obatan yang mencegah breakdown dari acetylcholine, misalnya:
 Donepezil (Aricept)
 Galantamine (Reminyl)

 Vitamin E, statins, dan obat-obat nonsteroidal anti-


inflammatory tidak terbukti dapat menolong
 Upaya preventif terfokus pada proses yang melibatkan kreasi
amyloid dari protein  usaha untuk mencegah munculnya
alzheimer
 Obat antidepresi untuk depresi
 Obat antipsikotik untuk agitasi (keadaan gaduh gelisah)

17
 Psychological treatments
• Supportive psychotherapy untuk keluarga dan
pasien
• Edukasi tentang penyakit dan perawatannya
• Intervensi kognitif ketika gangguan masih pada fase
awal, misalnya dengan
 Memberi label pada laci-laci dan berbagai macam alat
 Menempatkan kalender, jam, dan catatan-catatan di
tempat-tempat strategis.
• Melakukan exercise telah diasosiasikan dengan
keuntungan-keuntungan kognitif
• Musik tampaknya mengurangi agitasi dan
tingkahlaku disruptif

18
 Clouded state of consciousness (Keadaan
kesadaran yang berkabut)
• Kesulitan besar untuk memfokuskan perhatian
• Gangguan dalam siklus bangun/tidur
• Berpikir fragmentaris
• Bicara ngelantur (rambling) dan inkoheren
• Disorientasi
• Gangguan pada memori
 Secondary to underlying medical condition
 Detection of delirium important but often
missed
• Untreated, further cognitive decline and mortality
may occur
 Beyond treating the underlying medical
conditions, the most common treatment is
atypical antipsychotic medication

19
20
21
 Psychological disorders in late life, are usually
recurrences of earlier disorder
• Most episodes of depression and anxiety are recurrences
• Schizophrenia rarely appears for the first time in late life
 Rates for psychological disorders lower than in
younger populations
• May be due to:
 Cohort effects (=lahir dan berkembang pada suatu periode waktu
tertentu  yg tua sekarang lebih sedikit yg terganggu
dibandingkan dgn yang muda sekarang ini, krn terlahir pada kurun
waktu berbeda)
 Reporting bias (orang usia tua kurang nyaman membicarakan
penyakit)
 Selective mortality (sudah meninggal lebih dahulu sblm usia 65)
 Aging also appears to be genuinely related to better
mental health

22
 Tidak di diagnosis sbg gangguan psikologis
bila simtom adalah karena kondisi medis atau
efek samping dari pengobatan gangguan lain.
Misalnya karena:
• Thyroid dysfunction
• Parkinson’s disease
• Alzheimer’s disease
• Hypoglycemia
• Anemia dan defisiensi vitamin

23
 Prevalensi rendah tetapi ½ dari admisi
psikiatrik adalah karena depresi
 Biasanya ada bersama dengan penyalah
gunaan alkohol
 Depresi pada usia lanjut menyebabkan
adanya penurunan kognisi. Hal ini
menyebabkan sulit utk membedakannya
dgn demensia, sehingga sering terjadi
salah diagnosis.
24
 Stroke dan gangguan pembuluh darah lainnya
• Lebih dari 20% menjadi depresi setelah serangan jantung.
• Bercak-bercak putih yang disebut White matter hyperintensities
(WMH) sering ditemukan di otak dan diasosiasikan dengan
depresi pada usia lanjut (hasil metaanalisis dari 98 studi)
 Kesehatan fisik yang buruk
• Terutama disabilities, seperti tidak mampu berjalan
 Peristiwa dalam hidup dapat memicu depresi pada usia
lanjut
• Kematian pasangan
 Meskipun kebanyakan orang dapat pulih setelah suatu kehilangan
• Isolasi sosial
 Not as much of a problem in late life as it is in mid-life
• Pensiun
 Presents the greatest problem for those in ill health and with low income

25
 Depression underdiagnosed in late life
 Successful treatments include:
• SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)  obat-obat
anti depresi
• CBT
• IPT (Interpersonal Therapy) no more successful than placebo in
preventing relapse
 Older adults more sensitive to side effects of
medications
• Postural hypotension upon rising which may lead to fall
 Drugs increase risk of heart attack and toxic reactions
 Electroconvulsive therapy (ECT)
• May carry more cardiovascular and cognitive risks
 Psychotherapy in the home for patients with mobility
problems
 Treatment helps but difficult to restore all aspects of
quality life

26
 Older adults 3x as likely to take their own lives
than younger adults
• Men
 Suicide rates increase with age from adolescence
 Older white men most likely to commit suicide
 Peak age from 80 to 84
• Women
 Suicide rates peaks in 50s, then declines gradually
 Major risk factor is depression
 Medical screening allows for detection and
treatment even when the individual does not
present with psychological problems

27
 Lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan
depresi
 GAD (Generalized Anxiety Disorder) paling sering
ditemukan
 PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) kadang-
kadang ditemukan pada veteran perang lanjut usia
 Penyebabanxietas seringkali berhubungan dengan
keadaan kehidupan
• Kemiskinan
• Kesulitan dalam bidang medis
• Isolasi sosial
 Treatments
• CBT
• Benzodiazepenes

28
 Padapasien psikiatrik lanjut usia sering
ditemukan simtom-simtom paranoid.
• Penyebab paling umum adalah penyakit otak
 Delirium atau dementia
• Ide paranoid (Paranoid ideation) juga dihubungkan
dengan kehilangan pendengaran dan isolasi sosial
 Treatment
• Terapi suportif dan kognitif
• Obat-obat antipsikotik

29
 Konsekuensi fisiologis dari alkohol adalah lebih
intens pada usia lanjut
• Toleransi terhadap alkohol menjadi berkurang dengan
bertambahnya usia
 Konsentrasi alkohol di dalam darah menjadi lebih tinggi
• Lansia memetabolisasi alkohol lebih lambat
• Defisit kognitif yang disebabkan oleh alkohol lebih menonjol
pada lanjut usia
 Masalah mungkin tidak terdeteksi karena isolasi
sosial.
 Penyalahgunaan resep dan obat OTC (over-the-
counter  obat beli bebas) merupakan masalah
lebih besar pada orang lanjut usia
• Menggunakan (Consume) 1/3 dari semua obat yang
diresepkan

30
 Barriers to treatment
• More negative beliefs about mental illness and
treatment
• Less likely to seek treatment
 Clinicians less likely to expect successful outcome
• Less likely to be assessed and referred for treatment
• Financial barriers may prevent access
 Innovative treatments
• Behavioral gerontology
• Teaching older adults to use computer

31
32

You might also like