You are on page 1of 17

REFERAT

PENGGUNAAN MISOPROSTOL UNTUK


KASUS RETENSIO URIN PADA KASUS
PERSALINAN NORMAL DAN SECTIO
CAESARIA

Sari Riastiningsih

Pembimbing : dr. Indrawan Ekomurtomo, Sp.OG


 Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 sintetis yang telah
disahkan oleh FDA sejak tahun 1985.

 Misoprostol merupakan stimulator kuat kontraksi otot polos,


seperti otot polos detrusor kandung kemih dan juga dapat
menyebabkan kontraksi uterus.

 Retensio urin adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang


membutuhkan pertolongan kateter, dimana produksi urin yang
keluar sekitar 50% kapasitas kandung kemih (500ml)

 Prevalensi gangguan pengosongan kandung kemih


menyebabkan retensi urin kronis berkisar 13-26%.
TINJAUAN PUSTAKA
MISOPROSTOL

 Misoprostol merupakan analog prostaglandin E1 sintetik.


 Berat molekul 382,5 g/mol
 Misoprostol terutama mengalami metabolisme di hati tetapi tidak menginduksi
sistem enzim sitokrom hepatik P-450
 Misoprostol dapat diberikan dengan cara oral, perektal, pervaginam.
 Misoprostol diekskresikan melalui ginjal sekitar 80% dan melalui feses 15%
 Pemberian secara intravaginal, misoprostol diletakkan pada forniks posterior konsentrasi plasma dari asam
misoprostol akan mencapai puncaknya dalam waktu 60-70 menit dan akan berkurang secara perlahan- lahan
 Pada pemberingan sublingual akan mencapai puncaknya dalam waktu 30 menit.
Retensio Urin

Retensio urin postpartum merupakan tidak adanya


proses berkemih spontan setelah kateter menetap
dilepaskan, atau dapat berkemih spontan dengan urin
sisa kurang dari 150 ml .

Tidak adanya proses berkemih spontan, dengan residu


urin >200 ml untuk kasus obstetric atau >100 ml pada
kasus ginekologi
Retensio Urin
Prevalensi

Menurut data World Health


Organization (WHO) pada tahun
2010 kejadian retensio urin pada
ibu postpartum pada hari pertama
adalah 60% dan pada hari kedua 17
%
Klasifikasi

Retensi urin retensi urin akut post partum


01 covert dengan gejala klinis

Wanita dengan volume residu Retensi urin


setelah buang air kecil ≥ 150 ml overt 02
dan tidak terdapat gejala klinis
retensi urin.
Patofisiologi
Retensio urin post Retensio urin post
partum section caesaria

Trauma intra partum


Anestesi umum atau anastesi spinal.
Refleks kejang (keram) sfingter uretra
patofisiologi

Hipotoni otot selama hamil dan nifas Rasa nyeri pada luka insisi
dinding abdomen.
Gejala retensio urin

Pancaran
urin
Terdapat residu
terputus-
urin >150ml
putus

Perasaan tidak
pancaran kencing lampias saat
.
lemah, lambat berkemih.
Tatalaksana
Penggunaan kateter
Setelah 24 jam kateter dilepas dan 4-6 jam kemudian pasien dinilai
buang air kecil spontan lalu dilakukan pengukuran sisa urin.
Pasang kembali jika terdapat tanda tanda retensio urin

Pelvic Floor muscle training

Bladder training

Bladder training adalah kegiatan melatih kandung


kemih untuk mengembalikan pola normal berkemih
dengan menstimulasi pengeluaran urin.
Penggunaan Misoprostol Untuk Retensi Urin

 Managemen untuk kasus retensio urin post partum pervaginam dan post section
caesaria adalah dengan cara
 Atasi nyeri
 Pemasangan kateter 24 jam pasca-operasi
 Ukur urin sisa 6 jam setelah kateter dilepas
 Pemberian prostaglandin

 Misoprostol digunakan untuk menangani retensio urin post partum pervaginam


maupun post section caesaria karena
 Biayanya yang murah,
 Waktu paruh yang panjang tidak terpengaruh suhu
 Tersedia secara luas di banyak negara.
Penelitian yang dilakukan oleh Azami di RS
Dr. Sutomo Surabaya perbedaan signifikan jumlah
residu urin
 pada pasien yang diberikan
misoprostol perectal 600 mikrogramtidak misoprostol didapatkan residu urin
didapatkan perbedaan yang signifikan : 5-30 cc
 pasien yang tidak diberikan
• pada pasien yang mengkonsumsi misoprotol didapatkan hasil volume residu urin
didapatkan hasil pasien bisa berkemih setelah 3 yang meningkat yaitu 15-80 cc
jam section caesaria residu urin
• yang tidak diberikan misoprostol didapatkan hasil
yang sama yaitu pasien bisa berkemih setelah 3-6
jam setelah sectio caesaria
P-Myosin yang
berikatan
dengan aktin
Masuk ke untuk
intra seluler menyebabkan
dan kontraksi otot
mengikat detrusor
calmodulin MLC aktif

Misorpostol Mengurangi gejala


menyebabkan Myosin light chain retensio urin
kinase yang akan
saluran Ca2+
memfasilitasi
Ca2+ yang berada pembentukan P-
di ekstra-seluler Myosin
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mahardika et al di RSUD Muhammad
Husein Palembang

Misoprostol oral dengan dosis 600 mikrogram diberikan sebanyak 3 kali untuk
pembanding diberikan placebo.
• waktu rata-rata pasien post persalinan pertama kali berkemih tidak ada perbandingan
yang signifikan.
• Hal yang berbeda didapatkan jumlah volume urin rata-rata lebih banyak
dibandingkan jumlah urin pasien yang diberikan placebo.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Azami di RSUD


Sutomo Surabaya, hal ini dikarenakan perbedaan cara pemberian
misoprostol.
KESIMPULAN
 Misoprostol merupakan stimulator kuat  Pada beberapa penelitian pasien post
kontraksi otot polos. sectio caesaria dan post partum
spontan yang diberikan misoprostol
didapatkan hasil bahwa misoprostol
berpengaruh terhadap jumlah residu
urin yang dikeluarkan, namun hasil
yang tidak signifikan ditemukan pada :
 volume urin yang dikeluar waktu
pertama urin keluar.
 Kontraksi otot detrusor
menyebabkan fungsi
pengosongan kandung kemih
membaik dan menyebabkan
risiko retensi rendah serta
residu urin pasca berkemih
berkurang.
Thank You

You might also like