You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan Ca

Laring
(Diagnosa-Evaluasi)
Azkiel Fikrie
162310101129
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama
pasien dapat mencakup yang berikut :
 Defisit pengetahuan tentang prosedur pembedahan dan
perjalan pascaoperatif.
 Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis kanker dab
pembedahan yang akan dijalani.
 Inefektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
perubahan dalam jalan napas.
 Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
pengangkatan laring dan terhadap edema.
 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kesulitan menelan.
Perencanaan dan Implementasi

Tujuan utama untuk pasien dapat mencakup pencapaian


tingkat pengetahuan yang cukup, reduksi ansietas,
pemeliharaan patensi jalana napas (pasien mampu untuk
mengatasi sekresinya sendiri), perbaikan dalam komunikasi
dengan menggunakan metode alternatif, pencapaian tingkat
mutrisi dan hidrasi yang optimal.
Intervensi Keperawatan
PraOperatif

 Penyuluhan pasien. Diagnosis kanker laring berkaitan dengan pikiran-


pikiran dan ketakutan yang sudah jauh dibayangkan sebelumnya.
Banyak orang yang mengkategorikannya dengan kanker lain dan
mengganggapnya lebih buruk. Lainnya menganggap bahwa kehilangan
suara dan perubahan bentuk tubuh adalah hal yang tidak dapat
dihindari dengan kondisi ini. Oleh karena itu perlu adanya materi
penyuluhan (tertulis atau audiovisual) diberikan pada pasien dan
keluarga untuk ditelaah dan menjadi penguatan.
 Menurunkan ansietas dan depresi. Karena pembedahan laring
dilakukan paling sering untuk tumor malignan sehingga pasien
diberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan berbagi
persepsi dan perawat dapat menjawab pertanyaan seringkas dan
selengkap mungkin sehingga pasien tidak memiliki rasa takut saat
melakukan pra maupun post operasi terkait dampak ketika melakukan
pembedahan.
Intervensi Keperawatan
PascaOperatif

 Mempertahankan jalan napas yang paten. Jalan napas ditingkatkan dengan


memposisikan pasien dalam posisi semi-fowler setelah pemulihan dari anestesia.
Pasien diamati terkait kegelisahan, pernapasan labored, aprehensi, dan peningkatan
frekuensi nadi karena tanda-tanda ini menunjukan masalah pernapasan atau sirkulasi.
Jika dilakukan laringektomi total, selang laringektomi hampir pasti terpasang sehingga
perlu adanya perawatan untuk selang ini dan pembersihan dengan larutan salin yang
diresepkan.
 Meningkatkan Komunikasi dan rehabilitasi wicara. Ketidakmampuan berbicara
pascaoperasi, perawat membutuhkan cara magic slate untuk mengetahui apa yang
akan disampaikan oleh pasien kepada perawat terkait yang dibutuhkannya. Alternatif
lainnya menggunakan bel pemanggil, papan gambar, bahasa isyarat, membaca gerak
bibir dan bantuan komputer serta teknik bicara melalui esofagus.
 Peningkatn nutrisi yang adekuat. Kondisi yang dialami pasien tidak memungkinkan
untuk makan dan minum selama 10-14 hari sehingga digantikan dengan cairan IV,
pemberian enteral melalui selang gastrik, dan nutrisi parenteral total. Bilamana pasien
telah siap untuk makan per oral, maka perawat mejelaskan bahwa cairan kental seperti
gelatin dapat digunakan pertama kali karena mudah untuk dicerna. Pasien tidak
diperuntukkan untuk makan makanan yang manis dan intruksikan untuk membilas
mulut dengan cairan hangat dan menyikat gigi dengan teratur.
Evaluasi

1) Mendapatkan tingkat pengetahuan yang memadai


 Mengungkapkan pengertian tentang prosedur pembedahan dan melakukan perawatan
diri secara adekuat
2) Menunjukkan penurunan ansietas dan depresi
Mengekspresikan adanya harapan
 Bertemu dengan seseorang yang memiliki masalah serupa
3) Mempertahankan jalan napas yang bersih dan dapat mengatasi sekresi sendiri
 Mempragakan teknik yang tepat dan praktis yang mencakup pembersihan dan
penanganan selang laringektomi
4) Mendapatkan teknik komunikasi yang efektif
 Menggunakan alat bantu untuk komunikasi
 Mempraktikkan arahan yang diberikan oleh ahli wicara-bahasa.
5)Mempertahankan masukan nutrisi yang seimbang dan adekuat
KASUS NEPHROLITHIASIS

Diagnosa Keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus
urinarius
 Kurang pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan batu renal
Masalah kolaboratif
Komplikasi potensial
 Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial mencakup :
 Infeksi dan sepsis (dari UTI dan pielonefritis)
 Obstrukksi traktus urinarius oleh batu atau edema pada gagal ginjal
akut berikutnya.
Perencanaan dan Implementasi
 Tujuan: mencakup pengurangan nyeri dan ketidaknyamanan,
pencegahan kekambuhan batu renal, dan pencegahan komplikasi.
Intervensi

 Mengurangi nyeri: pengurangan segera terhadap nyeri yang parah akibat


kolik renal atau ureteral dilakukan dengan analgesik narkotik. Pasien di
dorong dan dibantu untuk berbaring pada posisi yang nyaman. Pasien
disiapkan untuk menjalani penanganan lain (misal., lithotripsi, pengangkatan
batu perkutan, ureteroskopi atau pembedahan) jika nyeri sangat parah dan
tidak hilang serta batu tidak dapat keluar dengan spontan.
 Pendidikan pasien: pasien didorong untuk mengikuti program yang
menghindari berulangnya pembentukan batu yaitu dengan cara
mempertahankan masukan cairan karena kegiatan dan aktivitas bisa
menimbulkan keringat berlebih serta batu mudah terbentuk dalam urin
dengan konsentrasi tinggi, minum cukup cairan pada sore hari untuk
mencegah urin menjadi pekat pada malam hari, mematuhi resep diet seperti
informasi yang rinci mengenai makanan yang harus dimakan atau dihindari,
menghindari peningkatan suhu lingkungan yang mendadak, ingesti vitamin
(terutama vitamin D) dan mineral dianjurkan.
Pemantauan dan
penatalaksanaan

Komplikasi Potensial
 Infeksi dan obstruksi: pasien diinstruksikan untuk melaporkan
adanya penurunan volume urin, warna urin keruh atau
mengandung darah. Asuhan keperawatan pada pasien batu
renal memerlukan observasi yang terus menerus untuk
mendeteksi pasase batu secara spontan. Pasien diinstruksikan
untuk segera melaporkan setiap adanya peningkatan nyeri yang
mendadak karena adanya serpihan batu yang mengobstruksi
ureter.
 Tanda-tanda vital pasien meliputi suhu, dipantau dengan ketat
untuk mendeteksi adanya tanda dini infeksi traktus urinarius
yang berhubungan dengan batu renal akibat obstruksi oleh batu
atau batu itu sendiri
Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1) Menunjukkan berkurangnya nyeri
2) Menunjukkan peningkatan perilaku sehat untuk mencegah kekambuhan
 Mengkonsumsi masukan cairan dalam jumlah besar (10-12 gelas/hari)
 Melakukan aktivitas yang sesuai
 Mengkonsumsi diet yang diresepkan untuk mengurangi faktor predisposisi pembentukan batu
 Mengindentifikasi gejala yang harus dilaporkan (demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria)
 Memantau pH urin sesuai anjuran
 Mematuhi medikasi seperti yang dianjurkan untuk mengurangi pembentukan batu
3) Tidak adanya komplikasi
 Tidak memperlihatkan tanda sepsis dan infeksi
 Berkemih sebanyak 200 sampai 400 ml urin jernih tanpa mengandung sel darah merah setiap kali berkemih
 Melaporkan tidak adanya disuria, frekuensi, dan hesistansi
 Memperlihatkan suhu normal
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah


Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC

You might also like