You are on page 1of 45

LAPORAN KASUS

ODS MIOPIA RINGAN

P E M B I M BI N G:
Dr. Dw id jo P ra t ik njo , S p .M
Dr. Y b. H a r i Tr ilu n ggo no, S p .M
1. Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 12 tahun
Alamat : Nambangan, Magelang
Pekerjaan : Pelajar
Status Menikah : Belum Menikah
Tanggal periksa : 28 Desember 2018
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluh pandangan kabur pada mata kanan dan kiri jika melihat jauh
dan lebih jelas saat melihat jarak dekat.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli klinik RST TK.II dr.Soedjono Magelang dengan keluhan pandangan
kabur pada mata kanan dan kiri jika melihat jauh dan lebih jelas saat melihat jarak dekat. Keluhan
tersebut dirasakan pertama sejak kelas 5 SD, saat ini pasien adalah seorang pelajar kelas 6 SD.
Pada saat itu pasien mengaku pandangan kabur saat melihat papan tulis di kelas walaupun sudah
duduk di kursi paling depan, namun pandangan lebih jelas jika melihat lebih dekat. Biasanya
pasien sering menyipitkan mata untuk melihat jauh. Pasien mengaku sering menggunakan HP,
sering menonton TV dan membaca dengan jarak yang dekat.
Pasien menyangkal melihat benda menjadi ganda, melihat bintik atau benang melayang di depan
matanya. Pasien tidak mengeluh pusing dan mual. Pasien tidak mengeluh pandangan semakin kabur saat
melihat benda yang lebih dekat. Pasien tidak melihat suatu garis lurus menjadi berkelok. Pasien tidak
pernah memakai kacamata sebelumnya. Keluarga pasien juga tidak ada yang memakai kacamata. Pasien
baru pertama kali ini memeriksakan penglihatannya.
Riwayat Penyakit Dahulu
•Riwayat sakit serupa : disangkal
•Riwayat trauma : disangkal
•Riwayat DM : disangkal
•Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
•Riwayat keluhan serupa : disangkal
•Riwayat DM : diasangkal
•Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
•Pasien seorang pelajar
•Biaya kesehatan BPJS
•Kesan ekonomi baik
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Aktifitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Ophthalmicus
Oculus dexter Ooculus sinister
Gambar Ilustrasi
4. Status Lokalis
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak Ada
6. Diagnosis Banding
ODS Miopia Ringan : Dipertahankan karena pasien mengeluh kurang jelas jika melihat jauh dan
lebih jelas jika melihat dekat. Jika diberi koreksi dengan lensa sferis -2.00 ODS penglihatan
membaik. Lensa sferis -2,00 termasuk miopia ringan.

ODS Miopia Sedang : Disingkirkan kerena pada miopia sedang dimana miopia 3-6 D, sedangkan
pada pasien diberi koreksi dengan lensa sferis -2,00 sudah membaik dan lensa sferis -2,00
termasuk miopia ringan.

ODS Miopia Berat : Disingkirkan kerena pada miopia berat dimana miopia > 6 D, sedangkan pada
pasien diberi koreksi dengan lensa sferis -2,00 sudah membaik dan lensa sferis -2,00 termasuk
miopia ringan.
ODS Pseudomiopia : Disingkirkan karena pada miopia palsu terjadi oleh rangsangan berlebih
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kejang pada otot siliaris dan hilang jika di
relaksasikan sedangkan pada pasien tetap menetap miopianya walaupun sudah direlaksasikan.

ODS Hipermetropia : Disingkirkan karena pada hipermetropia mengeluh jika melihat jauh
kabur dan melihat dekat lebih kabur dan jika di beri lensa sferis (+) membaik, sedangkan pada
pasien ini mengeluh melihat jauh kabur dan melihat dekat lebih jelas dan di beri lensa (+) tidak
membaik.

ODS Astigmatisma : Disingkirkan karena pada pasien astigmatisma jika di tambahkan lensa
cylinder obyek akan terlihat lebih jelas, sedangkan pada pasien ini tidak perlu ditambahkan lensa
cylinder sudah membaik.
7. Diagnosis Kerja
ODS Miopia Ringan
8. Penatalaksanaan
ODS Miopia Ringan
Medikamentosa
◦ Oral :-
◦ Topikal :-
◦ Parenteral : -
◦ Operatif : -
Non Medikamentosa
Kacamata dengan lensa Sferis (–) ODS -2,00 (visus menjadi 6/6)
9. KOMPLIKASI

ODS Miopia Ringan


- Ablasio retina
- Strabimus
10. Edukasi
◦ Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dialami salah satunya disebabkan oleh bentuk bola
mata yang panjang.
◦ Menjelaskan kepada pasien jika ukuran minusnya berselisih >2 akan merasa pusing
◦ Menjelaskan bahwa kondisi mata minus tersebut bisa berhenti pada usia 25 th jika minusnya < 3, jika > 3 - 6
maka akan berhenti pada usia 30 th, jika > 6 maka akan berhenti di atas 40 th.

◦ Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat dibantu dengan kacamata.

◦ Bisa menggunakan lensa kontak namun butuh keterampilan dan ke hati hatian, karena bisa menimbulkan
infeksi pada mata
◦ Menjelaskan pada pasien selain terapi kacamata dan kontak lens bisa di lakukan operasi lasik tetapi di
lakuakan setelah usia 25 th atau pertumbuhan minus nya sudah berhenti
11. Rujukan
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya
karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang berkaitan dengan
Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.
12. Prognosis
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister

Quo ad visam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam

Quo ad sanam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam

Quo ad functionam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam

Quo ad cosmeticam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam

Quo ad vitam ad Bonam ad Bonam


Tinjauan Pustaka
Anatomi fisiologi optik

Ukuran bola mata normal dewasa


Diameter Anteroposterior : 24mm
Diameter horizontal : 23,5mm
Diameter vertical : 23mm
Lingkar bola mata : 75mm
Volume : 6,5ml
MIOPIA
Miopia (nearsightedness, shortsightedness, penglihatan dekat) yaitu seseorang
tidak bisa melihat benda jauh dengan jelas tapi bisa melihat dengan jelas benda-
benda yang dekat. Hal ini terjadi apabila bayangan dari benda yang terletak jauh
berfokus di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi.
Klasifikasi
Borish and Duke-Elder membagi beberapa bentuk miopia menjadi :
Miopia refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi
lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang
terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
◦ Kurvatura miopia adalah banyaknya atau peningkatan lengkungan satu atau lebih dari permukaan refraksi
dari mata, terutama kornea. Pada pasien dengan sindrom Cohen, miopia biasanya diakibatkan oleh
tingginya tenaga kornea dan lentikular.
◦ Indeks miopia adalah variasi pada indeks refraksi dari satu atau lebih dari media okular.
Miopia aksial
Miopia akibat penjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
Klasifikasi menurut kekuataan dan tenaga
optik lensa
Miopia diukur dalam satuan dioptri menurut kekuatan dan tenaga optik dari lensa, dapat dibagi menurut
derajat beratnya yaitu :
•Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
•Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri. Pasien dengan miopia sedang lebih cenderung
terkena sindrom penyebaran pigmen atau glukoma pigmentasi.
•Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
Pasien dengan miopia berat atau tinggi juga sering melihat floaters , bentuk seperti bayangan yang terlihat
tunggal atau berkelompok pada lapang pandang. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan
pada fundus okuli seperti miopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian
temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut
annular patch. Secara garis besar, 30% dari pasien yang menderita miopia adalah kelompok miopia berat atau
tinggi.
Menurut perjalanan miopia
•Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
•Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya
bola mata
•Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasio retina dan
kebutaan
Patogenesis
Refraksi :

Penyebab miopia tersering adalah karena mata yang terlalu panjang. Sampai saat
ini, tidak ada teori yang bisa menjelaskan secara baik pemanjangan ini. Pada
pertengahan tahun 1900, para ahli mata percaya miopia merupakan penyakit
keturunan dan pengaruh bekerja secara dekat terhadap terjadinya miopia
tampaknya terjadi secara insedental.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya miopia adalah :

Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : “kelemahan genetik” terhadap faktor lingkungan
dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya miopia antara individu atau populasi.
Namun jika terjadi perubahan lingkungan – adanya televisi dan komputer- dapat mengubah
insiden dari miopia. Sehingga dapat disimpulkan beberapa orang-dipengaruhi oleh genetik-
memiliki resiko tinggi menjadi miopia jika dipengaruhi kondisi lingkungan modern dengan
banyak bekerja secara dekat.
Faktor genetik: banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan bukti
tambahan yang mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia. Peneliti
juga menemukan adanya kerusakan pada gen PAX6 berhubungan dengan terjadi
miopia pada penelitian menggunakan orang kembar. Faktor genetik dapat
bekerja melalui berbagai cara biokimia untuk menyebabkan miopia, lemahnya
atau hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu yang penting.
Faktor lingkungan: teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja
tambahan secara terus-menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat
dan latihan mata dapat melonggarkan otot siliar dan memperbaiki kemampuan
untuk melihat jauh.
Gejala klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
•Kabur bila melihat jauh.
•Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.
•Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi).
•Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.
Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai
kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada.
 Badan kaca : dapat ditemukan floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan
kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya
dengan keadaan miopia.
 Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang
meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil
sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur.
 Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan
subretina pada daerah makula.
 Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer.
 Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat
penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
Koreksi Miopia dengan Menggunakan Kaca mata

Pembuatan kacamata untuk Miopia membutuhkan alat seperti Snellen chart, E chart, C chart.

Kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata.

Dikoreksi dari Spheris negatif sampai pandangan jelas dan diambil spheris yang terkecil.
Koreksi Miopia dengan Menggunakan Lensa Kontak

Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak keras (hard
lens).

Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak lunak disusun oleh
hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan lensa kontak
keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).
Koreksi Miopia Operasi (Refractive Surgery)
1. LASIK
LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi laser
dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea.
Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamata atau
lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat
(hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).
2. Radial keratotomi (RK)

Insisi dengan pola seperti jari-jari radial pada parasentral kornea untuk melemahkan bagian
dari kornea. Bagian yang curam pada kornea akan menjadi lemah sedangkan bagian central
kornea akan mendatar. Hasil dari perubahan refraktif tergantung pada ukuran zona optiknya
dan jumlah serta dalamnya insisi.
3. Photorefraktive Keratektomi (PRK)

PRK adalah suatu prosedur dimana kekuatan kornea dikurangi dengan menggunakan ablasi
laser pada central kornea. Data dari beberapa penelitian menyatakan bahwa 48-92% pasien
mendapatkan ketajaman penglihatan 6/6 setelah melakukan prosedur ini. Pasien kadang-
kadang menyatakan tidak ada perbaikan setelah PRK, namun PRK ini lebih baik daripada RK.
Baik RK maupun PRK ini diindikasikan untuk miopia ringan dan sedang.
Komplikasi
Komplikasi dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina, dan juling
esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus.
Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia
Terima Kasih

You might also like