You are on page 1of 30

PRESUS

Pasien Dengan Bronkopneumonia


Oleh
Annisa Rizki Ratih Pratiwi
1310.221.086

1
IDENTITAS
Nama
Tgl/jam lahir
:
:
M. ANG
4 November 2013
Berat badan : 8000 Gram
Tanggal masuk : 29 juni 2014
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat Lengkap : Gardu Pocalan, Magelang

Alloanamnesis dilakukan terhadap Ayah dan Ibu pasien pada tanggal 2


juli 2014 pk.22.00 di Bangsal Flamboyan.
SUBJEKTIF
Keluhan Utama :

• Pasien baru datang dengan keluhan sesak nafas dan batuk sejak 2 hari yang
lalu.(+) diakui oleh pasien

Riwayat Penyakit Sekarang :

• Seminggu (22/6/14) SMRS penderita mengalami demam (+),batuk (+),pilek


(+),sesak nafas (-), mencret (-), Penderita juga mengalami muntah sebanyak 3
kali per hari, isinya adalah makanan yang dimakan. Penderita masih bisa
minum, rewel (+). Penderita belum di bawa berobat oleh orang tuanya.
• Dua hari (27/6.14) SMRS, demam pasien makin tinggi, batuk (+), pilek (+),
sesak nafas (+), sesak tidak berhubungan dengan cuaca, aktivitas dan posisi,
muntah (-), mencret (-). Pasien dibawa berobat ke bidan dan diberikan obat
sirup, namun belum ada perubahan. Pasien menghisap susu dengan lemah.
• Dua jam (29 /6/14) SMRS, penderita mengalami sesak nafas yang semakin
berat, sesak tidak dipengaruhi cuaca dan posisi tubuh, mengi (-), batuk (+),
demam tinggi (+), biru (-), pucat (-). Tidak ada riwayat sesak sebelumnya, BAK
normal, BAB normal. Pasien langsung di bawa ke Puskesmas, diberi obat
racikan, karena kondisi pasien tidak kunjung membaik, oleh karena itu pasien
dirujuk ke RST dr Soedjono magelang.
Riwayat Penyakit Dahulu :

• Riwayat penyakit Asma : disangkal


• Riwayat batuk lama : disangkal
• Riwayat kejang demam : disangkal
• Riwayat kejang tanpa demam : disangkal

RPK :

• Riwayat keluarga Asma disangkal


• Riwayat batuk lama disangkal
• Riwayat TBC disangkal
• Riwayat penyakit epilepsi disangkal
• Ayah merokok disangkal

Riwayat Pemakaian obat

• Pasien sudah berobat ke bidan setempat dan mendapatkan obat


penurun panas, antibiotik serta obat batuk tetapi tidak ada
perubahan dan anaknya agak susah minum obat.
Riwayat Alergi:

• disangkal

Riwayat Kehamilan :
• Saat hamil pasien, ibu pasien rutin ANC ke bidan dekat
rumah. Kurang lebih ANC sebanyak 1-2x setiap bulan.

Riwayat Persalinan
• Pasien lahir spontan (persalinan pervaginam) pada usia
kehamilan 9 bulan dengan Berat Badan Lahir 2600 gram.
Riwayat Imunisasi:

• Imunisasi segera setelah lahir = Hepatitis B


• DPT 1 :+
• Polio 1 :+
• Selanjutnya ibunya lupa sudah imunisasi apa saja

Riwayat Tumbuh Kembang :

• Tidak ditanyakan

Riwayat Nutrisi :

• Pasien minum ASI eksklusif sejak lahir sampai


sekarang,
• PASI sejak usia 6 bulan hingga saat ini. PASI awalnya
berupa bubur bayi instan, sayur-sayuran.
Definisi
Bronkopneumonia

Peradangan pada parenkim paru yang melibatkan


bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi
berbentuk bercak-bercak (patchy distribution)
peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal
Berdasarkan
lokasi lesi di
paru

Klasifikasi
•Pneumonia
lobaris
•Pneumonia
lobularis
(bronkopneumon)
•Pneumonia
interstitialis
ETIOLOGI

Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan


tindakan yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan. Patogen penyebab
pneumonia pada anak bervariasi tergantung :
Usia
Status imunologis
Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
Status imunisasi
Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
ETIOLOGI

1 2 3 4
5 tahun – remaja :
Lahir 20 hari : Umur 3 minggu Umur 4 bulan – 5
1.Escherria Coli – 3 bulan : tahun : 1. Chlamydia
2.Streptococcus Chlamydia Bakteri pneumonia
grup B trachomatis chlamydia,my 2. Mycoplasma
3.Listeria coplasma, pneumonia
monocytogenes streptococcus 3. Streptococcus
pneumonia. pneumonia.
Virus
Patologi dan
Patogenesis
Stadium II/Hepatissi
Stadium I/ Hiperemia Merah

Disebut hiperemia Disebut hepatisasi


karena terjadi respon merah karena terjadi
peradangan sewaktu alveolus terisi
permulaan yang oleh sel darah merah,
berlangsung pada eksudat dan fibrin yang
daerah baru yang dihasilkan oleh pejamu
terinfeksi. (host) sebagai bagian
dari reaksi peradangan.
Patologi dan
Patogenesis
Stadium III/ Hepatisasi Stadium IV/
Kelabu Resolusi
Pada stadium IV/
resolusi yang terjadi
Hepatisasi kelabu yang sewaktu respon imun
terjadi sewaktu sel-sel dan peradangan mereda,
darah putih sisa-sisa sel fibrin dan
mengkolonisasi daerah eksudat lisis dan
paru yang terinfeksi. diabsorpsi oleh
makrofag sehingga
jaringan kembali ke
struktur semula.
Pertusis
1

2
Morbili
FAKTOR
3
RESIKO
Gizi kurang

Umur kurang dari 2 bulan 4

Berat badan lahir rendah 5

Tidak mendapat ASI yang memadai 6


Polusi udara
7

8
Laki-laki
FAKTOR
9
RESIKO
Imunisasi yang tidak memadai

Defisiensi vitamin A 10

Pemberian makanan tambahan terlalu dini 11

Kepadatan tempat tinggal 12


Manifestasi Klinis Pneumonia

1. ISPA selama beberapa hari

2.
2. Demam
Demam tinggi
tinggi mendadak
mendadak

3. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan


Cuping hidung

4. Sianosis sekitar mulut dan hidung

5. Gelisah, malaise, penurunan nafsu makan


1. Darah Perifer Lengkap
2. C-Reaktif Protein Pemeriksaan
3. Uji Serologis Penunjang
4. Pemeriksan Mikrobiologis
5. Rontgen Thorax
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit dalam batas normal. Pada pneumonia bakteri
didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000 – 40.000/mm3 dengan predominan PMN. Kadang-kadang
terdapat anemia ringan dan laju endap darah (LED) yang meningkat

2. C-Reactive Protein (CRP)


Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi,
infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada
infeksi virus dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan untuk
evaluasi respons terhadap terapi antibiotik.17
Pemeriksaan CRP dan prokalsitonin juga dapat menunjang pemeriksaan radiologi untuk mengetahui spesifikasi
pneumonia karena pneumokokus dengan nilai CRP ≥ 120 mg/l dan prokalsitonin ≥ 5 ng/ml. 17

3. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia
berat,dan jarang didapatkan hasil yang positif. Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari
usap tenggorok, sekret nasofaring tidak memiliki nilai yang berarti. Diagnosis dikatakan definitif bila kuman
ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.18

19
4. Pemeriksaan serologis
Uji serologik IgM dan IgG antara fase akut dan konvalesen pada anak
dengan infeksi pneumonia oleh Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma
pneumonia memiliki hasil yang memuaskan tetapi tidak bermakna pada
keadaan pneumonia berat yang memerlukan penanganan yang cepat.
5. Pemeriksaan Roentgenografi
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing dan overaeriation. Bila berat terjadi pachy consolidation
karena atelektasis.
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris
atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk
sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor paru
disebut sebagai round pneumonia
Bronkopneumoni ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

20
DIAGNOSIS

Terdapatnya retraksi
epigastrik, interkostal,
dan suprasternal
merupakan indikasi
PEMERIKSAAN
ANAMNESA FISIK
tingkat keparahan.
Pada
bronkopneumoni,
bercak-bercak infiltrat
didapati pada satu
atau beberapa lobus

Tingginya angka morbiditas dan mortalitas


pneumonia pada balita, upaya penanggulangannya
WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan
tatalaksana yang sederhana 21
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO

Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun :

Pneumonia berat
• Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit, Usia 1-5
tahun ≥ 40 x/menit
• Adanya retraksi
• Sianosis
• Anak tidak mau minum
• Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)
• Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik
Pneumonia
• Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit, Usia 1-5
tahun ≥ 40 x/menit
• Adanya retraksi 22
• Anak perlu di rawat dan berikan terapi antibiotik
Bayi berusia di bawah 2 bulan

Pada bayi berusia dibawah 2 bulan, perjalanan penyakit lebih


bervariasi. Klasifikasi pneumonia pada kelompok usia ini adalah
sebagai berikut :

Pneumonia
• Bila ada nafas cepat ≥ 60 x/menit atau sesak nafas
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan pneumonia
• Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
• Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatik

23
Penatalaksanaan
Pneumonia

Pneumonia Pneumonia Rawat


Rawat Jalan: Inap :
Diberi antibiotik Terapi antibiotik
- Amoksisilin 25 selama 7-10 hari.
mg/kgbb Bila keadaan
- Kotrimoksazol 4 sudah stabil
mg/kgbb antibiotik dpt
diganti dengan
antibiotik oral
selama 10 hari.
Penatalaksanaan
Pneumonia Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari. Diwilayah
resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikan sampai 80-90 mg/kgBB.
ringan

Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB – sulfametoksazol 20 mg/kgBB) dibagi


dalam 2 dosis sehari selama 5 hari

Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam


Pneumonia
berat
Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam

Ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari empat kali, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari
sekali
Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari
sekali
Pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa komplikasi,
sampai saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi antibiotik yang optimal
Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik berdasarkan umur

ampicillin + aminoglikosid
Neonatus
dan bayi amoksisillin-asam klavulanat

muda (< 2 amoksisillin + aminoglikosid


bulan) : sefalosporin generasi ke-3

beta laktam amoksisillin


Bayi dan
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
anak usia golongan sefalosporin
pra sekolah kotrimoksazol
(2 bl-5 thn) makrolid (eritromisin)
amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
Anak usia
sekolah (>
5 thn) tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Terapi Suportif

Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah ≥ 60 torr
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5 x 0,3 x
defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah setiap 4-6 jam. Bila
analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal bikarbonat 0,5 x 2-3 mEq x BB
(kg).
Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena
akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat penurun panas diberikan
hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung.
Komplikasi

1. Empiema
2.Abses Paru
3.Atelektasis
4.Emfisema
5.Meningitis
PROGNOSIS

• Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat,


mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak
dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi

30

You might also like