Professional Documents
Culture Documents
A B D U L L A H R AY H A N
DEFINISI TIDUR
• TIDUR adalah keadaan berulang, teratur, mudah reversibel yang ditandai dengan
keadaan relatif tidak bergerak dan tinggi nya peningkatan ambang respons
terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga.
• Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2
1.Penyakit
2.Lingkungan
3.Kelelahan semakin pendek siklus tidur REM
4.Gaya Hidup
5.Stres emosional
6.Stimulant ,alkohol,dan Merokok
7.Medikasi : hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,betabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan
morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
8.Motivasi
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
M E N U RU T P P D G J I I I M E N U RU T D S M I V- T R ( A M E R I C A N
P S Y C H I AT R I C A S S O C I AT I O N )
• Secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu • Gangguan tidur dibagi menjadi
1. Insomnia primer,
1. Dissomnia
2. Hipersomnia primer,
2. Parasomnia 3. Narkolepsi,
• Penggolongan gangguan tidur lain 4. Gangguan tidur yang berhubungan
dengan pernapasan,
adalah gangguan tidur organik,
5. Gangguan tidur irama sirkadian,
gangguan nonpsikogenik termasuk
6. Gangguan mimpi buruk,
narkolepsi dan katapleksi, apne waktu
7. Gangguan teror tidur,
tidur, gangguan pergerakan episodik 8. Gangguan tidur berjalan,
termasuk mioklonus nokturnal, dan 9. Gangguan tidur terkait kondisi
enuresis medis,
10. Gangguan tidur yang diinduksi zat
A. DISSOMNIA
• Keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan untuk jatuh tidur (falling asleep), mengalami
gangguan selama tidur (Difficulty in staying asleep), bangun terlalu dini atau kombinasi
diantaranya:
1. Insomnia,
2. hipersomnia;
3. gangguan tidur berhubungan dengan pernapasan;
4. gangguan tidur irama sirkadian
1. INSOMNIA
• Tidur yang bersifat tidak menyegarkan atau • suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri,
kesulitan memulai atau mempertahankan kecemasan obat, depresi, atau stress yang
tidur, dan keluhan ini terus berlangsung hebat
minimal 1 bulan, tanpa adanya gangguan fisik
atau psikologis
INSOMNIA
•Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur
•Diagnosis pasti bila ada :
- Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang
buruk
- Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
- Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap
akibat nya pada malam hari dan sepanjang siang hari
- Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup
berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
•Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti ; depresi, anxietas, atau obsesi yang
dapat menyingkirkan diagnosis insomnia
•Kriteria “lama tidur” tidak digunakan untuk penentuan adanya gangguan karena
luasnya variasi individual
• Tidur yang berlebihan atau terjadi serangan
2. tidur ataupun perlambatan waktu bangun
HIPERSOMNIA • Hipersomnia sekunder merupakan akibat dari
penyakit mental organis, penyakit organik,
PRIMER idiopatik
•Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa
lain, misalnya ; Gangguan Afektif maka diagnosis harus sesuai dengan
gangguan yang mendasari nya.
•Diagnosia hipersonia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia
merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa
lain nya.
SLEEP-WAKE CYCLE DISTURBANCE
• Gangguan jadwal tidur melibatkan pergeseran tidur dari periode sirkadian yang
di inginkan pasien.
• Pasien lazim nya tidak dapat tidur ketika mereka ingin tidur, meskipun mereka
bisa tidur pada waktu lain, dan tidak dapat benar-benar bangun ketika mereka
ingin benar-benar bangun, tetapi mereka dapat bangun diwaktu lain.
• Gangguan ini tidak persis insomnia atau somnolen, meskipun awalnya keluhan
sering insomnia atau somnolen
• Diagnosis pasti bila :
- Pola tidur-bangun dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan pola tidur-bangun yang
normal bagi masyarakat
- Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang bangun,
yang dialami hampir setiap hari atau sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang
lebih pendek
- Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderitaan yang cukup
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
•Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti anxietas, depresi, insomnia, tidak
menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-bangun, yang penting
adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita.
•Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis
gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah
B. PARASOMNIA
Peminum
alkohol
Kurang
tidur
Gangguan tidur
akibat gangguan
jiwa lain
1. Somnambulism (Tidur sambil
berjalan)
• Episode berulang bangkit dari tempat
tidur saat tidur, dan berjalan berkeliling
terjadi selama sepertiga malam selama
tidur NREM ( 3 – 4)
• Dalam beberapa menit setelah terjaga
dari episode tidur berjalan, tidak
terdapat gangguan aktivitas mental atau
perilaku
2. NIGHTMARE (Gg. Mimpi
Buruk)
• Adalah mimpi yang lama dan
menakutkan yang membuat orang
terbangun dengan merasa ketakutan.
• Hampir selalu terjadi selama tidur
REM, biasanya setelah periode REM
yang panjang di akhir malam
3. NIGHT TERROR (GG. TEROR TIDUR)
• Kesehatan Jiwa merupakan amanah dari Undang - Undang No.18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa. Pasal 1 menyatakan bahwa Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan/stress, dapat bekerja secara produktif
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
• Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara bertahap dan berkesinambungan yang mengacu
pada arah dan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2004 - 2025) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah yang disusun dalam 5 tahunan.
• Kepmenkes No. 375/MENKES/SK/V/2009 telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005 - 2025 yang menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan jangka menengah (lima tahunan) terutama pada periode 2015-2019
• Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional tahun 2011, dalam 1 (satu) tahun
terakhir terdapat kurang lebih 2,2% dari penduduk menggunakan napza. Hal ini berarti ada sekitar
3,8 juta jiwa pengguna Napza di Indonesia, dengan 1,8 juta diantaranya merupakan pengguna reguler.
• Berdasarkan laporan dari Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar
0.5 % dari 100.000 populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang dilaporkan dalam
satu tahun.
• Masalah lain yang Juga tidak kalah penting adalah pemasungan Data yang dihimpun dalam Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan bahwa angka pemasungan pada orang dengan gangguan
jiwa berat (Psikotik) adalah sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami
pemasungan.
• Sasaran pembangunan kesehatan jiwa pada RPJMN 2015 - 2019 adalah Meningkatnya Mutu dan
Akses Pelayanan Kesehatan Jiwa dan NAPZA yaitu:
• 1. Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
pecandu Narkotika yang aktif
• 2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa
• 3. Persentase RS Umum rujukan regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
jiwa/psikiatri
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA
UU KESEHATAN JIWA NO.18 TAHUN 2014
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
TIMKES
dr & perawat
TOMA KLIEN:
1. ODGJ
2. ODMK
3. SEHAT
KADER
(KKJ)
KELUARGA
TARGET UPAYA PROMOTIF
(pasal 8)
Keluarga;
Lembaga pendidikan;
Tempat kerja;
Masyarakat;
Media massa;
Lembaga keagamaan dan tempat ibadah; dan
Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
36
UPAYA PREVENTIF KESEHATAN JIWA
(pasal 11)