You are on page 1of 32

DIABETES MELITUS

DEFENISI DIABETES MELITUS


Dipiro Farmakologi dan Terapi
sekelompok gangguan metabolisme suatu sindroma kilnik yang ditandai oleh
lemak, karbohidrat, dan metabolisme poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai
protein yang hasil dari kerusakan peningkatan kadar glukosa darah atau
sekresi insulin, kerja insulin hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dl
(sensitivitas), atau keduanya atau postprandial ≥ 200 mg/dl atau glukosa
sewaktu ≥ 200 mg/dl).
ADA (American Diabetes
WHO, 1999 Asociation)

suatu penyakit atau gangguan kelompok penyakit metabolik yang ditandai


metabolisme kronis dengan multi oleh hiperglikemia akibat kerusakan
etiologi yang ditandai dengan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
tingginya kadar gula darah disertai hiperglikemia kronik diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka
dengan gangguan metabolisme
panjang,disfungsi, dan kegagalan berbagai
karbohidrat, lipid dan protein sebagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung,
akibat insufisiensi fungsi insulin dan pembuluh darah.
Berdasarkan Etiologinya (ADA, 2003)
A. Melalui proses imunologik
(Otoimunologik)
Diabetes Mellitus Tipe 1 B. Idiopatik
K
L A.Defek genetik fungsi sel β
A B. Defek genetik kerja insulin
Diabetes Mellitus Tipe 2 C. Penyakit eksokrin pankreas
S D. Endokrinopati
I E. Diabetes karena obat/zat
F kimia
F. Diabetes karena infeksi
I G. Diabetes Imunologi (jarang)
K Diabetes Mellitus Tipe Sidroma genetik lain
Lain
A
S
I
Diabetes Mellitus
Gestasional
D A. IFG (Impaired Fasting
M Glucose) = GPT (Glukosa
Puasa Terganggu)
B. IGT (Impaired Glucose
Pra-diabetes Tolerance) = TGT (Toleransi
Glukosa
Terganggu)
FISIOLOGI SEKRESI DAN KERJA INSULIN
Fase 1 akan mencapai puncak setelah 2-4 menit (masa kerja pendek)
Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya
meningkat tajam segera setelah makan. Kehadiran fase 1 yang cepat dan
adekuat diperlukan untuk mempertahankan berlangsungnya proses
metabolisme glukosa secara normal.

mula kerja (onset) fase 2 berlangsung


lebih lambat, namun dengan lama kerja (durasi) yang lebih lama pula.
Banyak tidaknya insulin yang disekresikan pada fase 2 tergantung dari
berapa banyak jumlah glukosa darah pada akhir fase 1.

Apabila fase 1 cukup adekuat maka sekresi


insulin pada fase 2 berlangsung dalam kadar
normal.

Apabila fase 1 tidak adekuat maka pada fase


2 akan disekresikan lebih banyak insulin
sehingga menyebabkan hiperinsulinemia
(peningkatan kadar insulin dalam darah) dalam
rangka mempertahankan kadar glukosa dalam
darah yang normal.
ETIOLOGI DAN PATOFOSIOLOGI DM

Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan


sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Destruksi
otoimun dari sel-sel β pulau Langerhans kelenjar pankreas langsung
mengakibatkan defisiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1.

Penderita DM Tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita


diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita
DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat.
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup
besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet
tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.
Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang
berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup
di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal
patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin
secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”.

Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes Mellitus)


adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul
selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya
sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui
menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah
trimester kedua.
Pra-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang
berada diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada
normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam
diabetes tipe 2

Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar glukosa


darah puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar glukosa darah
puasa
normal: <100 mg/dl)

Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa


Terganggu (TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang
pada uji toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup
tinggi untuk dikatagorikan ke dalam kondisi diabetes. Diagnosa IGT
ditetapkan apabila kadar glukosa darah seseorang 2 jam setelah
mengkonsumsi 75 gram glukosa per oral berada diantara 140-199
mg/dl.
MANIFESTASI KLINIS
DM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN UMUM
A.Glukosa darah
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus
berpuasa 6--12 jam sebelum diambil darahnya.
Setelah diambil darahnya, penderita diminta
makan makanan seperti yang biasa dia
makan/minum glukosa per oral (75 gr ) untuk
TTGO, dan harus dihabiskan dalam waktu 15-20
menit.
Dua jam kemudian diambil darahnya untuk
pemeriksaan glukosa 2 jam PP.
Darah disentrifugasi untuk mendapatkan serumnya,
kemudian diperiksa kadar glukosanya

B.Pemeriksaan HbA1C
HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas
kontrol glukosa darah pada penderita DM (glukosa
darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-
nya ) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit)
Nilai yang dianjurkan untuk HbA1C (terkontrol): 4%-
5,9%.
PEMERIKSAAN LAIN (PENUNJANG)

1.Aseton plasma (keton) : positif secara


8.Amilase darah : mungkin meningkat yang
metabolik
mengidentifikasikan adanya pankreatitisakut
2.Asam lemak bebas : kadar lipid dan sebagai penyebab dari DKA (Diabetik Keto
kolesterol meningkat Asidosis).

3.Osmolalitas serum : meningkat tetapi 9.Insulin darah mungkin menurun bahkan


biasanya kurang dari 330 mosm/lt sampai tidak ada (tipe I) atau normalsampai
tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan
4.Elektrolit Natrium : mungkin normal, infusiensi insulin atau gangguandalam
meningkat atau menurun.Kalium : normal atau penggunaannya (endogen atau eksogen).
peningkatan semu
10.Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan
aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan
5.Gas darah arteri :Biasanya menunjukkan pH glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosismetabolik) dengan kompensasi alkalosis 11.Urin : gula dan aseton positif berat jenis
respiratorik. dan osmolalitas mungkin meningkat.

6.Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat 12.Kultur dan sensitivitas : kemungkinan


atau (dehidrasi / leukositosis, hemakonsentrasi, adanya infeksi pada saluran kemih,
merupakan respon terhadap stres atau infeksi). infeksipernafasan dan infeksi pada luka.

7.Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau


normal (dehidrasi atau penurunanfungsi ginjal).
TERAPI DIABETES MELITUS
TERAPI NON FARMAKOLOGI
TERAPI FARMAKOLOGI

TERAPI INSULIN
sulfonilurea
Golongan Insulin
secretagogues glinida

Golongan Biguanida
Golongan
antidiabetes Thiazolidinedione

Alfa glukosidase inhibitor


TERAPI OBAT HIPOGLIKEMIK
ORAL
Golongan inkretika
Golongan
lain
Penghambat DPP IV
The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa
parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan
diabetes

Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan


Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120mg/dl
Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130mg/dl
Kadar Glukosa Darah Saat Tidur
(Bedtime blood glucose) 100–140mg/dl
Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur
(Bedtime plasma glucose) 110–150mg/dl
Kadar Insulin <7 %
Kadar HbA1c <7mg/dl
Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria)
Kadar Kolesterol HDL >55mg/dl (wanita)
Kadar Trigliserida <200mg/dl
Tekanan Darah <130/80mmHg
TERAPI INSULIN

Terapi insulin dibutuhkan untuk pasien diabetes yang


memiliki gangguan sekresi insulin basal (puasa)
dan prandial (setelah makan)

Jenis-Jenis terapi insulin berdasarkan masa kerja, yaitu:


Insulin basal
Insulin kerja menengah atau
Insulin kerja panjang

Insulin prandial
Insulin kerja cepat (insulin reguler/short-acting insulin)
Insulin kerja sangat cepat (rapid- atau ultra-rapid
acting insulin)
1. Semua penderita DM Tipe 1 karena
6. Insulin seringkali diperlukan pada
produksi insulin endogen oleh sel-sel β
kelenjar pankreas tidak ada atau hampir pengobatan sindroma hiperglikemia
tidak ada hiperosmolar non-ketotik.

2. Penderita DM Tipe 2 tertentu 7. Penderita DM yang mendapat nutrisi


kemungkinan juga membutuhkan terapi parenteral atau yang memerlukan
insulin apabila terapi lain yang diberikan suplemen tinggi kalor untuk memenuhi
tidak dapat mengendalikan kadar kebutuhan energi yang meningkat,
glukosa darah memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah
3. Keadaan stres berat, seperti pada mendekati normal selama periode
infeksi berat, tindakan pembedahan, resistensi insulin atau ketika terjadi
infark miokard akut atau stroke peningkatan kebutuhan insulin.
4. DM Gestasional membutuhkan terapi 8. Gangguan fungsi ginjal atau hati
insulin,
yang berat
apabila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
9. Kontra indikasi atau alergi terhadap
5. Ketoasidosis diabetik OHO
KLASIFIKASI INSULIN DAN TATA CARA
PEMAKAIANNYA
PERHITUNGAN JUMLAH
PEMAKAIAN INSULIN
TERAPI OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL

1.INSULIN SECRETAGOGUES

Obat-obat ini yang meningkatkan sekresi insulin dengan


cara perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas

Obat oral golongan ini yaitu:


 sulfonilurea
glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
peningkatan sekresi insulin.
mengikat reseptor sulfonilurea tertentu (SUR) pada
sel β pankreas.
menutup ion kalium trifosfat-dependent adenosine
(K +) channel, yang menyebabkan penurunan kalium
sulfonilurea dan selanjutnya
depolarisasi membran. Saluran Ion kalsium (Ca+2)
saluran terbuka dan masuk Ca+2. peningkatan
intraseluler Ca+2 penyebab translokasi butiran sekresi
insulin ke permukaan sel dan eksositosis resultan dari
granul insulin. Sekresi peningkatan insulin dari
pankreas perjalanan melalui portal vena dan kemudian
menekan produksi glukosa hepatik.

menurunkan glukosa dengan merangsang sekresi


insulin pankreas, tapi pelepasan insulin adalah
glinida tergantung glukosa dan akan hilang pada konsentrasi
glukosa darah rendah.
Agen ini menghasilkan pelepasan insulin fisiologis
lebih banyak dan lebih hebat menurunkan glukosa
post-prandial dibandingkan dengan sulfonilurea
durasi panjang
Efek samping
Gangguan saluran cerna
berupa mual, diare,
sakit perut, hipersekresi asam
lambung dan sakit kepala.
Gangguan susunan 38 syaraf
pusat berupa vertigo, bingung, Peringatan dan Kontraindikasi
ataksia dan lain sebagainya. (IONI, 2000 dan)
harus hati-hati:
•pada pasien usia lanjut,
Interaksi Obat (Handoko dan •wanita hamil
Suharto, 1995; IONI, 2000) •pasien dengan gangguan fungsi
hipoglikemi: hati
•Alkohol •gangguan fungsi ginjal.
•Insulin • Obat-obat golongan sulfonilurea
•fenformin, cenderung meningkatkan berat
•Sulfonamida badan.
•Kloramfenikol
•penghambat MAO (Mono
Amin Oksigenase)
•steroida anabolik
2. GOLONGAN ANTIDIABETES

bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan


produksi glukosa hati. Senyawa senyawa
Golongan Biguanida golongan biguanida tidak merangsang sekresi
insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan
hipoglikemia.

Agen-agen ini mengaktifkan PPARγ, suatu faktor


transkripsi nuklear yang penting pada diferensiasi
sel lemak dan metabolisme asam lemak. Agonis
Thiazolidinedione PPARγ mengurangi resistensi insulin pada perifer
(membuat otot dan lemak sensitif terhadap insulin)
dan kemungkinan di liver

mencegah pemecahan sukrosa dan karbohidrat


kompleks di intestinal kecil dengan menghambat
Alfa glukosidase inhibitor kerja enzim α-glukosidase, sehingga
memperlama absorpsi karbohidrat. Ini berefek
langsung pada berkurangnya konsentrasi glukosa
post prandial sementara glukosa puasa relatif
tidak berubah
3. GOLONGAN LAIN
kerja menyerupai efek hormon inkretin endogen yang
menunjukkan aktifitas glukoregulator multiple. Pada
Golongan inkretika akhirnya obat ini mampu menstimulasi sekresi insulin
sekaligus menghambat pelepasan glukagon, sehingga
terjadi penurunan kadar glukosa darah.

Contoh: Analog dan Agonis Glucagon-Like Peptide (GLP)


Contoh obat : Daily : Exenatide, Liraglutide; Weekly : Taspoglutide
Analog Gastric Inhibitory Peptide (GIP) : Belum ada yang
disetujui oleh FDA

menghambat suatu enzim yang mendegradasi


hormon inkretin endogen, hormon GLP-1 dan GIP
Penghambat DPP IV yang berasal dari usus, meningkatkan kadarnya
setelah makan, meningkatkan sekresi insulin
(dipeptidyl peptidase IV) mengurangi sekresi glukagon memperlambat
pengosongan lambung.
Contoh obat : vildagliptin (50 mg - 100 mg/hari)
sitagliptin(100 mg/hari)

You might also like