You are on page 1of 8

Asphyxia

dr. Bendrom Moediarso, SpF, SH


– Di TKP  saat kematian, cara kematian, dan mekanisme kematian
– Otopsi  sebab kematian

– Lebam mayat  terendah dan tidak tertekan, hilang jika telah ada tanda-tanda
pembusukan
– Flacidity primer 3-6 jam
– Kaku mayat tetap 6-18 jam
– Flacidity secondary 24 jam
– Semua yang menghambat pembusukan  membuat tanda-tanda pembusukan
tidak normal, diracun, formalin, suhu yang ekstrim,
– Tes apung paru tidak dilakukan jika sudah ada tanda pembusukan
– Jika secara hukum diharuskan tes apung paru jika ada pembusukan maka hasilnya  sulit
dievaluasi
– Harus dicari tahu apakah jenazah meninggal sebelum atau sesudah di tenggelamkan.
– Cadaveric spasme
– Medikolegal  ilmu kedokteran yang digunakan untuk hukum.
– Legal medicine  hukum kedokteran
– Gangguan organ vital yang menyebabkan kematian
– Ditemukan sebab kematian karena tanda baji mati pada otot jantung baru
– Arteri koronaria  nadi tajuk
– Korban meninggal akibat gangguan organ vital saraf pengembara yang
bersentuhan dengan benda tumpul
– Cerebral hypoxia
– Hypoxic Hypoxia
– Cardiaa Rhytmia
Taksonomi

– Obstruksi respirasi eksternal (Suffocation)


– Obstruksi respirasi internal (Choking)
– Kompresi leher (Throttling, Hanging/ Garoting)
– Kompresi dada (traumatic) – Potitional Asphyxia

– Non mekanik
– Lingkungan
– Toksikologi
– Patologi
– Iatrogenik
– Informasi yang akurat bisa diperoleh dari kepolisian setempat
– Foto dari berbagai angels
– Dokumentasi dari ikatan, simpul, dan barang bukti lain terkait

– Tkp
– Mati/ hidup
– Saat kematian
– Cara kematian
– Pengumpulan barang bukti
– Penerangan yang cukup
– Kaca pembesar
– Pemindaian flurosense jika ditemukan bercak dari genitalia
– Kumpulkan kuku tangan, rambut yang tercabut dan pakaian
– Foto dan ukur marker ikatan sebelum dileaps, pemeriksaan sisa fiber jika perlu
– Jatuhnya cairan seminal karena gravitasi bukan indikasi aktivitas sexual
antemortem
– Tubuh korban dibersihkan difoto ulang dan pemeriksaan detail

You might also like