Professional Documents
Culture Documents
PERKEMBANGAN DIDAPAT
PADA SISTEM PENCERNAAN
ATAS DAN BAWAH
• Bayi diletakkan miring pada sisi letak lengkung aortanya, dengan lengan
extensi diatas kepala, terbaring pada telinga
Tata laksana : definitif
• Kantung esofagus atas diidentifikasi dengan • Anastomose antara esofagus proximal dan distal
memberi tekanan pada pipa nasoesofageal1. dikerjakan dengan teknik ujung-dengan-ujung,
• Kantung proksimal dimobilisasi untuk dengan jahitan terputus, ketebalan penuh,
mencapai anastomose bebas ketegangan benang halus ukuran 5.0
Tata laksana : post operatif
Komplikasi : Lanjut
• Gastroesofageal reflux
angka kejadia 40 %, terapi dengan medikamentosa atau bedah
• Trakeomalacia
angka kejadian 10%, terapi dengan aortopexy
• Dismotilitas esofagus
angka kejadian 60%, terjadi karena abnormalitas inervasi intrinsik, terapi dengan pola makan berkala
GASTER
Hipertrofi Stenosis Pilorus
STENOSIS PYLORUS
HIPERTROFI
Stenosis Pylorus Hipertrofi
• Suatu kelainan yang terjadi pada otot pylorus yang
mengalami hipertrofi pada lapisan sirkuler sehingga
menyebabkan penyempitan pada pylorus
• Pertama kali dikemukakan oleh Hirschsprung pada
1888 → congenital hypertrophic pyloric stenosis
• Pada1912, Ramstedt dan Borgward →
extramucosal muscle-splitting operation
Insiden
• Terjadi pada 1 : 300 kelahiran
• manifestasi terlihat jelas pada pada umur 3-6 minggu
• Perbandingan laki-laki dengan perempuan 4:1
• Terjadi pada 30 % dari seluruh pasien dg muntah
nonbilious sebelum usia 1 tahun
• Sering pada ras kulit putih dan jarang pada ras Asia
atau Afrika
Patofisiologi
• Belum diketahui patofisiologi atau penyebabnya
secara jelas
• Terjadi hipertrofi pada otot pylorus yang
menyebabkan penyempitan pada lumen pylorus
• Beberapa teori yang telah dikemukakan
• Compensatory work hypertrophy
• Neurologic degeneration or immaturity
• Abnormal endocrine signal
Manifestasi klinis
• Gejala klinis
• muntah proyekil non bilious
• Timbul 30-60 menit setelah makan dan minum
• Setelah muntah kelihatan selalu masih lapar dan
rakus bila diberikan minuman
• Kadang didapatkan bahan muntahan bercampur
darah yang dapat terjadi karena gastritis atau
esophageal trauma
•Pada pemeriksaan fisik
• Tampak peristaltik lambung tepat
sebelum muntah (gastric wave)
• Pada palpasi dapat ditemukan massa di
kanan atas umbilikus, padat, mobil dg
ukuran ± 2 cm (olive mass)
•Pemeriksaan penunjang
•USG
• Penebalan pylorus dg
central sonolucent area
• Diameter pylorus > 14 mm
• Penebalan mucosa > 4
mm
• Panjang > 16 mm
•Barium intake
• Lambung besar
• Evakuasi lambung lambat
• Pilorus channel sempit
• String sign
• Shoulder sign
Gangguan elektrolit
• Muntah → kehilangan H dan Cl sehingga terjadi hipokloremia dan alkalosis
metabolik
• Kehilangan kalium melalui urin sebagai kompensasi absorpsi Natrium di
ginjal yang meningkat
• Alkalosis makin meningkat oleh karena kadar clorida menurun dan HCO3 di
absorpsi oleh ginjal bersama Na
Terapi
•Pre op
• Replacement cairan dan elektrolit → koreksi
hipokloremik alkalosis
• Pasang NG tube
• Posisi ½ duduk
• Operasi
• Piloromyotomi Fredet and Ramstedt
• Insisi transversal di quadran superior dekstra diatas m.
Rectus abdominis
• Insisi serosa pada daerah avaskuler di permukaan superior-
anterior ke arah proksimal ke antrum sampai ± 4 mm dari
ujung distal otot pilorus yang teraba
• Serat otot di pisah sampai mukosa bulging, tidak sampai
ujung distal untuk mencegah perforasi
• Post op
• MSS D5 % 8 jam → diganti susu → volume
ditingkatkan sampai 24-36 jam
• Diet bebas setelah 2-3 hari post op
• Jika mukosa perforasi : repair, pasang NG tube
drainase, feeding setelah 24 jam
• Bila muntah tetap > 7 hari curiga piloromyotomi
inkomplit → piloromyotomi ulang setelah 2-3
minggu
Non operatif
•Dg sulfas atropin iv
• Dosis awal 0,4 mg/kg bb/ hari
• Ditingkatkan 0,1 mg/kg bb/hari tiap 8 hari
sampai muntah mereda
• Dilanjutkan atropin oral selama 2 minggu
• Evaluasi ulang dengan keadaan klinis dan USG
MALROTASI DAN
VOLVULUS MIDGUT
Malrotasi
• Malrotasi merupakan merupakan suatu kelainan kelainan rotasi / perputaran
perputaran dan fiksasi fiksasi pada perkembangan perkembangan dari Midgut.
• Penyebab: mutasi genetik Gen BCL6 dan FOXF1
• Bentuk-bentuk dari Malrotasi Malrotasi :
• Nonrotasi
• Rotasi Inkomplit
• Rotasi Terbalik
• Hernia Paraduodenal Mesokolika
Gambaran Klinis
• Terjadi pada beberapa minggu awal kehidupan
• Muntah billous
• BAB berdarah
• Distensi abdomen
• Nyeri perut
1. Kembung pada bayi yang cepat terjadi ( 8-24 jam setelah lahir)
2. Diperiksa ada tidaknya anus. Masukkan sonde dari lubang anus ke arah
belakang, bila ada hambatan dapat dirasakan tebal tipisnya jaringan
3. Juga dilihat ada tidaknya fistula
• Pada laki-laki fistula rectourethralis dan fistula rectovesicalis terjadi
pada atresia anorectal letak tinggi
• Khas pada fistula rectourethralis, meconium keluar dari ujung penis,
spontan sedikit demi sedikit
• Pada fistula rectovesicalis : meconium keluar bersama urine. Bila tidak
ada meconium dalam urine maupun pada urethra, berarti tidak ada
fistula pada atresia tersebut
• Pada atresia anorectal letak rendah, dicurigai apabila didapatkan tidak
adanya lubang anus , atau pada adanya fistula ke perineum
RADIOLOGI
• Plain foto abdomen setelah 18 – 24 jam, biar bayi menelan udara dahulu. Udara minimal
memerlukan waktu 18 jam untuk mencapai atresia ani letak tinggi dan 24 jam bila letak
atresianya rendah, sehingga untuk amannya ditunggu sampai 24 jam
METODE
1. WANGENSTEEN-RICE
Anak dijungkirkan 2- 3 menit, baru dilakukan Ro foto dengan arah AP lateral. Posisi AP
saja bisa menyesatkan, misalnya bila ususnya melengkung
1. KONSERVATIF
• Tergantung tingkatnya. Pada atresia ani letak tinggi dan intermediate dilakukan
transversocolostomi kanan sampai anak usia 1 – 1 ½ tahun baru dilakukan operasi
definitif
• Pada atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti
Pada wanita bila ada fistula rectoperinealis dan letak diujung anus, maka dilakukan cut back
anoplasty, dan biasanya diikuti dilatasi dengan bougie setelah 2 minggu agar tidak ada
striktura
Terapi dianggap berhasil ( goal ) bila sudah ada:
1. Normal bowel control ( kontrol buang air besar normal )
2. Continence / lancar buang air besar
HIRSPRUNG DISEASE
HIRSCPHRUNG DISEASE / MEGACOLON CONGENITAL
• Hal ini disebabkan tidak adanya sel ganglion dalam Pleksus Saraf
Parasimpatis AUERBACH / Myenteric plexus dan MEISSNER / Sub
mucosal plexus
• Lokasi aganglionisis ini adalah 75%-80% di rectosigmoid dan 5 – 11 % di
seluruh colon
• Serabut serabut saraf membesar, bercabang kasar, tak bermyelin.
Acethylcholinesterase berlebihan menimbulkan kontraksi otot sirkuler usus
sehingga terjadi penyempitan lumen, sebagai kompensasinya otot-otot
colon bagian proksimal akan hipertrofi dan bila berlanjut akanterjadi
dilatasi pada bagian proksimal , menjadi MEGACOLON
Pleksus auerbach dan pleksus Meissner
GEJALA
DIAGNOSIS
PENANGANAN
A. LIFE SAVING
COLOSTOMI ( SIGMOIDOSTOMI ) untuk menghindari komplikasi dan
kemungkinan anak buang air besar dengan lancar. Ditunggu 3 – 6 bulan
dimana mungkin usus yang membesar bisa mengecil kembali baru diadakan
operasi definitif
B. OPERASI DEFINITIF
• Cara Swenson
• Cara Duhamel
• Cara Soave
• Cara Renbein
COLOSTOMI ( SIGMOIDOSTOMI )
CARA SWENSON CARA DUHAMEL
Sigmoid yg membesar dibuang anastomose side to side
rektum ditarik keluar,colon desenden kebaikan cara ini relatif
mudah,
ditarik juga keluar dan dilakukan perdarahan tidak banyak & tidak
anastomoses end to end dengan mengganggu pleksus, sehingga
rektum lalu dimasukkan kembali pasca bedah penderita masih
Cara ini sulit karena harus memiliki rasa ingin buang air besar
membebaskan colon dari jaringan
sekitarnya dala ruang pelvis yang
sempit sehingga bisa terjadi banyak
perdarahan
OMPHALOKEL
OMFALOKEL
Termasuk dalam Hernia Umbilikalis
Ada 3 macam Hernia umbilikalis
1. Hernia umbilicalis intra uterin : Hernia umbilikalis fetalis ( OMPHALOCELE )
2. Hernia umbilicalis infantilis
3. Hernia umbilicalis dewasa/adulthood
• Dalam keadaan normal, pertumbuhan janin intrauterin, terjadi perputaran usus menuju posisi viscera seperti orang
dewasa
• Dalam proses tersebut usus sempat menonjol ke umbilikus mulai minggu ke 6 dan berbalik lagi pada minggu ke 10 -121,
tumbuh dan menyelesaikan rotasinya
• Kegagalan viscera untuk kembali secara lengkap ke rongga abdomen, menyebabkan dinding ventral perut fetus tak
terbentuk.
• Hal ini disebabkan rongga abdomen tak cukup besar untuk menampung viscera yang mononjol k eumbilikus (
ketidaksesuaian volume usus dan volume rongga abdomen )
• Pada bayi dengan omphalocele, viscera yang terletak pada umbilicus tak dilapisi kulit, namun hanya
dilapisi membran transluscent yang terdiri dari membran amnion tak dilapisi peritoneum
• Yang dikhawatirkan adalah karena terkena udara maka membran tersebut cepat kering, terjadi
nekrose sehingga membahayakan penderita
• Karenanya perlu segera dilakukan tindakan operatif dengan cara: sebagian usus dipotong dan dinding
perut dirapatkan
INTRAUTERINE OMPHALOCELE
OMPHALOCELE GASTROSCHIZIS
Pertolongan pertama saat lahir
1. Kantong omfalokel dibungkus kasa steril yang dibasahi betadin atau kasa steril ditetesi Na Cl 0,9
% , selanjutnya dibungkus dengan plastik (oklusif plastik dressing wrap atau plastik bowel bag)
mencegah kehilangan panas dan mencegah infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang dapat
mengganggu suplai aliran darah.
2. Bayi dijaga agar tetap hangat dan diberi oksigen
3. Posisikan senyaman mungkin untuk menghindari bayi menangis dan air swalowing . Posisi kepala
sebaiknya lebih tinggi untuk memeperlancar drainase
4. Pasang NGT untuk mengeluarkan udara dan cairan dari sistem usus, mencegah aspirasi, muntah
dan mengurangi tekanan intra abdominal .NGT diisap-isap tiap 30 menit
5. Pasang rectal tube untuk irigasi dan dikompresi sistem usus
6. Pasang cairan intravena di ekstremitas atas untuk pemberian cairan
dan nutrisi untuk menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga
kehilangan protein karena gangguan sistem usus
7. Antibiotika broad spectrum
8. Evaluasi adanya kelainan kongenital lain
9. Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu
inkubator hangat dan ditambah oksigen.
PLASTIC BOWEL BAG OCCLUSIF PLASTIC DRESSING WRAP
HERNIA
DIAGFRAGMATIKA
HERNIA DIAFRAGMATIKA
• Hernia diafragmatika termasuk hernia interna yang mempunyai insidensi kecil sekali
• Hernia diafragmatika adalah penonjolan isi abdomen ke dalam rongga thoraks melalui suatu pintu pada diafragma
DIAGNOSA
• Merupakan celah antara perlekatan diafragma pada costae dan sternum dimana
biasa dilalui oleh basa epigastrica superior
• Dikarenakan pertumbuhan otot yang kurang disekitar foramen Morgagni
• Pada bayi, terbentuk kantung peritoneum yang berisi hepar atau usus
• Isi hernia : umumnya lemak preperitoneal
Hernia Bochdalek
• Pada dasarnya retensi asam empedu akan merusak membran biologis tubuh. Retensi asam
empedu hidrofobik akan menyebabkan pengendapan asam empedu ini di membran sel
sehingga mengganggu membrane fluidity dan fungsinya. Kerusakan yang disebabkan asam
empedu terhadap membran sel hati merupakan faktor utama timbulnya kolestasis. Di lain
pihak retensi kolesterol menyebabkan peningkatan kolesterol di dalam membran sel sehingga
mengurangi fungsi membran. Kondisi ini memperberat gangguan fungsi embran dan akhirnya
menyebabkan kegagalan total sekresi empedu
• Parameter yang paling banyak digunakan adalah kadar bilirubin direk serum ≥ 1,5 mg / dl atau
15 % dari bilirubin total
METABOLISME BILIRUBIN
• Sebanyak 80-85% bilirubin berasal dari hemolisis eritrosit tua. Hemoglobin yang berasal dari
hemolisis eritrosit oleh makrofag di dalam limpa, hati dan RES lainnya mengalami pemecahan
menjadi heme dan globin. Melalui proses oksidasi, komponen globin mengalami degradasi menjadi
asam amino dan digunakan untuk pembentukan protein lainnya. Sedangkan unsur heme
selanjutnya oleh heme-oksigenase, teroksidasi menjadi biliverdin dengan melepaskan zat besi
dan karbonmonoksida. Biliverdin reduktase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak
terkonjugasi.
• Dalam keadaan normal bilirubin dibersihkan dengan cepat dan efisien dari peredaran darah oleh sel-
sel hati. Bilirubin tidak terkonjugasi secara bertahap berdifusi ke dalam sel hati (hepatosit).
Dalam hepatosit, bilirubin tidak terkonjugasi, dikonjugasi dengan asam glukuronat dengan
bantuan enzim UDP glukuronil transferase untuk membentuk monoglukuronida dan kemudian
menjadi diglukuronida (bilirubin terkonjugasi). Konjugasi harus dilakukan supaya bilirubin dapat
diekskresi melalu membran kanalikular ke dalam empedu.
• Sesudah dilepas ke dalam saluran cerna bilirubin terkonjugasi diaktifasi oleh enzim bakteri dalam
usus, sebagian menjadi komponen urobilinogen yang akan keluar dalam tinja (sterkobilin), atau
diserap kembali dari saluran cerna, dibawa ke hati dan dikeluarkan kembali ke dalam empedu.
Urobilinogen dapat larut dalam air, oleh karena itu sebagian dikeluarkan melalui ginjal.
• Bilirubin dibagi dua jenis, yaitu bilirubin tidak terkonjugasi dan bilirubin terkonjugasi. Bilirubin
tidak terkonjugasi (indirek) adalah suatu zat lipofilik, larut dalam lemak, hampir tidak larut dalam
air sehingga tidak dapat dikeluarkan dalam urin melalui ginjal. Karena sifat lipofiliknya maka dalam
darah bilirubin ini berikatan dengan albumin, sehingga dapat larut dalam darah. Sedangkan
Bilirubin terkonjugasi (direk)bersifat hidrofilik sehingga dapat larut dalam air, dapat pula
dikeluarkan melalui ginjal, namun dalam keadaan normal tidak dapat dideteksi dalam urin.
Patofisiologi Ikterus
• Ikterus terjadi karena adanya hiperbilirubinemia, yaitu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam
darah sangat tinggi yang dapat disebabkan peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi atau
peningkatan bilirubin terkonjugasi ataupun keduannya. Hiperbilirubinemia dan ikterus dapat timbul
sebagai
1. hasil dari produksi bilirubin yang meningkat
2. penurunan kecepatan penyerapan bilirubin oleh sel hati
3. gangguan konjugasi bilirubin
4. gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi.
Metabolisme bilirubin
Kolestasis secara klinis dibedakan :
1. Kolestasis intrahepatik
2. Kolrstasis ekstrahepatik, terutama atresia bilier
• PEMERIKSAAN FISIK
2. Abdomen :
• hepatomegali atau hati yang sudah mengecil, konsistensi hati kenyal
atau sedah mengeras
• Splenomegali
• Vena kolateral, asites
3. Spider angiomata, eritema palmaris , oedem
4. Lain-lain : jari tabuh, foetor hepaticus
Jari tabuh spider angiomata eritema palmaris
PEMERIKSAAN PENUNJANG ATRESIA BILIER
• Istilah SPINA BIFIDA mencakup serangkaian kelainan bertebra dan tuba neuralis
• Terjadi karena kegagalan ‘lengkung/arcus vertebra posterior’ untuk menutup sempurna
• Paling sering terjadi di daerah lumbosakral
Spina bifida occulta
• bentuk spina bifida yang paling sering terjadi
• Prevalensi sesungguhnya tidak jelas
• Adanya defek pada tulang belakang terlihat pada 5 % pemeriksaan x-ray
• Sumsum tulang belakang biasanya normal
• Gejala klinis hanya berupa adanya sekumpulan rambut yang tumbuh diatas kulit yang
berlekuk di tempat terjadinya defek ( tulang belakang)
• Defek neurologis jarang terjadi, kadang ada sedikit gangguan neurologis seperti
mengompol atau inkontinensia
SPINA BIFIDA MENINGOCELE MYELOMENINGOCELE
MENINGOCELE/ENCEFALOKEL
• Jika selaput otak/ meninges menonjol keluar melalui defek/celah maka disebut kelainan
meningocele atau myelomeningocel.Selaput otak menyembul keluar karena adanya
suatu lubang pada tulang tengkorak
• Biasanya di daerah oksipital, dahi, antara hidung dan dahi
• Meningocele tidak berisi elemen saraf tulang belakang
• Myelomeningocele berisi dan jaras-jaras saraf tulang belakang. Meningokel isi cairan
serebrospinal, ensefalokel : isi korteks serebri, otak kecil
• Jika tak ada kelainan neurologis dan tertutup kulit yang cukup tebal, operasi
dapat ditunda
• Jika terjadi kebocoran cairan otak, kulit yang menutup tipis bahaya/ risiko
meningitis perlu operasi segera
• Dapat disertai dengan pergeseran ke arah caudal medulla dan otak kecil/serebelum
• Dapat disertai dengan hidrosefalus ( Malformasi Arnold-Chiari )
• Sering didapatkan juga kelainan lain seperti talipes and dislokasi sendi panggul
meningomielokel
GEJALA KLINIS MENINGOCELE/MIELOMENINGOCELE
• Sepertiga penderita Meningomielocele mengalami paralisis total dan kehilangan indra perasa dibawah
level defek
• Sepertiga kasus bagian bawah defek masih berfungsi baik
• Sepertiganya lagi fungsi bawah defek tidak sempurna
• 90% penderita mengalami gangguan berkemih
TERIMA KASIH