You are on page 1of 29

DI SUSUN OLEH

DWI PURWANINGSIH (1602100)


DYAH PUJI PANGESTI (1602102)
KUSUMA ARUM MAHARANI (1602113)
NURDIANA QOIRUNISA (1602118)
ROHMAD GAYUH TEGUH S (1602121)
Definisi
 Resiko perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana seseorang pernah atau
mempunyai riwayat melakukan tindakan
yang membahayakan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan baik secara fisik
maupun emosional atau seksual dan
verbal. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif.
Etiologi
 Kehilangan harga diri
 Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau
terhambat
 Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak
tercapai
Fisik
Rentang Respon Marah
ADAPTIF
Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif

MALADAPTIF Amuk/ PK
Faktor Predisposisi
Biological theory
 Neurologic factor
 Genetic factor Kazuo Murakami (2007) adanya potensi
agresif yang dormant  gen karyotype XYY
 Cyrcardian rhytm pe↑ kortisol
Faktor Predisposisi
Biological theory
 Biochemistry factor pe↑ norepinefrin, dopamin
dan androgen, pe↓ serotonin dan GABA (Gamma Amino
Butiric Acid)

 Brain area disorder gangguan sistem limbik dan


lobus temporal tumor, trauma, ensefalitis, epilepsi
 Kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi
dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), dan lobus temporal (untuk
interpretasi indera penciuman dan memori).
Faktor Predisposisi
Psychological theory
 Psychoanalitical theory  instinctual drives
 Frustation-Agression theory tujuan terhambat 
agresif
Faktor Predisposisi
Behavioral theory
 Social learning theory
 Imitation, modelling and information
processing theory Reinforcement (Observasi  Stimulasi
 Adopsi). Perilaku dapat dipelajari.
Faktor Presipitasi
• Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang
PD, ekspresi diri, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
• Lingkungan
Padat, bising , panas, penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai, kesulitan mengkonsumsi kebutuhan dasar dalam
keluarga
• Interaksi
Konflik, provokatif,
• Riwayat perilaku antisosial (penyalahgunaan obat,
alkohol)
• Kematian anggota keluarga yang penting
Penilaian terhadap stressor
Sumber koping
 Keluarga merupakan salah satu sumber
pendukung utama dalam penyembuhan klien
(Videbeck, 2008).
 Pengetahuan dan intelegensi adalah sumber
koping lainnya yang akan menuntun individu
untuk melihat cara lain dalam menghadapi
stress. Dengan demikian sumber koping juga
termasuk identitas ego yang kuat, sistem nilai
dan keyakinan yang stabil dan orientasi
pencegahan untuk kesehatan (Stuart, 2009).
Mekanisme koping
 Sublimasi  adanya sasaran pengganti
 Proyeksi  menyalahkan orang lain mengenai kesulitan atau
keinginan yang tidak baik
 Represi  mencegah pikiran masuk ke alam sadar
 Reaksi formasi  mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku
yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan
 Diplacement  melepaskan perasaan tertekan pada objek yang
tidak berbahaya.
Penatalaksanaan
1. STRATEGI PREVENTIF
1. Kesadaran Diri
2. Pendidikan Klien
3. Latihan Asertif
2. STRATEGI ANTISIPASIF
1. Komunikasi
2. Perubahan lingkungan
3. Tindakan Psikofarmakologi
3. STRATEGI PENGURUNGAN
1. Manajemen krisis
2. Seclusion
3. Restrain
PsikoFarmakologi
 Buspirone
 Anti depresant (Amitriptyline dan Trazodone)
 Antipsychotic (Haloperidol, Chlorpromazine/CPZ,
Trihexypenidile/THD)
 Naltrexone (antagonis opiat)
 Betablocker (Propanolol)  pada anak dan GMO
Pengkajian
Pengumpulan data
• Aspek biologis
• Aspek emosional
• Aspek intelektual
• Aspek social
• Aspek spiritual
Analisa data
• Data subyektif
• Data obyektif
• Data primer
• Data sekunder
Identitas pasien
 Nama : Tn. F
 Umur : 18 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : SMP
 Agama : Islam
 NO. RM : 050xxx
 Alamat : Klaten
 Tanggal masuk: 30 Desember 2016
 Keluhan utama
Pasien mengatakan mudah emosi dan
marah ketika mempunyai keinginan yang
tidak dituruti.
Pohon masalah
ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
1 Ds : Resiko Perilaku Kekerasan
- Pasien mengatakan mudah emosi dan marah terkadang jika
mempunyai keinginan yang tidak dituruti memicu emosi.
- Jika pasien marah, mengamk dan membawa senjata tajam serta
memukul barang disekitarnya.
Do :
- Pasien berkata dengan nada keras,kontak mata kurang serta
melirik lawan bicara.
2 Ds : Koping individu Inefektif
- Pasien mengatakan merasa malu jika diejek dan dianggap gila
oleh orang lain sehingga terkadang menjadi pemicu emosi
pasien.
- Pasien mengatakan bila mempunyai masalah tidak mau
bercerita dengan keluarganya karena tidak ingin melihat
bapaknya sedih.
Do :
- Terkadang pasien melampiaskan marahnya jika keinginannya
tidak terpenuhi.
3 Ds :
Regimen Terapeutik
- Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa
sebelunya, pernah dirawat di RSJ sebanyak 5x karena Inefektif
mengamuk.
- Pasien tidak rutin meminum obat dengan alasan lupa,
sebelum dibawa ke RS obat pasien sudah habis 2 hari yang
lalu.
Do :
- Pasien belum mau bercerita banyak tentang alasan ketidak
patuhan minum obat.

4 Ds :
Harga Diri Rendah
- Pasien mengatakan malu dan kurang percaya diri untuk bergaul
dengan orang lain karena sering diejek teman-temannya dan
dianggap gila. Selama di RS belum berani mengajak ngobrol
dengan pasien lain maupun perawat.
Do :
- Pasien tampak lesu, jika ada kegiatan pasien hanya tidur, tidak
mau mengobrol dengan pasien lain.
Diagnosa Keperawatan
 Koping individu inefektif.
 Harga diri rendah.
 Resiko perilaku kekerasan.
 Regimen terapeutik efektif
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil

1. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan 10x pertemuan


diharapka perilaku kekerasan dapat diatasi dengan
Perilaku
kriteria hasil :
kekerasan 1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan.
3. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan.
4. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang dapat dilakukan.
5. Pasien dapat mendemonstrasikan cara pencegahan
dengan fisik, obat, verbal dan spiritual.
Intervensi
Pasien Keluarga

SP 1 : SP 1 :
1. Identifikasikan penyebab tanda dan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
gejala perilaku kekrasan yang merawat pasien.
dilakukan, akibat perilaku kekerasan. 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan
2. Kemudian jelaskan cara mengontrol proses terjadinya perilaku kekerasan.
perilaku kekerasan : fisik, obat, verbal, 3. Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan.
spiritual. 4. Latih satu cara merawat perilaku
3. Selanjutnya latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan melakukan kegiatan
kekerasan secara fisik : tarik nafas fisik : tarik napas dalam dan pukul kasur
dalam dan pukul bantal atau kasur. dan bantal.
4. Kemudian masukkan pada jadwal 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
kegiatan untuk latihan fisik. dan memberi pujain.
Intervensi
Pasien Keluarga

SP 2 : SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian. merawat / melatih pasien secara
2. Kemudian jelaskan cara mengonrol fisik, beri pujian.
perilaku kekerasan dengan obat 2. Jelaskan 6 cara benar memberikan
(jelaskan 6 benar obat : jenis,guna, obat.
dosis, cara, frekuensi, kontinuitas 3. Latih cara memberikan /
minum obat). membimbing minum obat.
3. Selanjutnya masukkan pada jadwal 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
kegiatan untuk latihan fisik dan jadwal dan memberi pujian,
minum obat.
Intervensi
Pasien Keluarga

SP 3 : SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan obat, beri pujian. merawat / melatih pasien, fisik,
2. Kemudian latih cara mengontrol dan memberikan obat, beri pujian.
perilaku kekerasan secara 2. Latih cara membimbing : cara
verbal (3 cara yaitu : biacara yang baik.
mengungkapkan, meminta, 3. Latih cara membimbing kegiatan
menolak dengan benar). spiritual.
3. Selanjutnya masukkan pada 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal kegiatan untuk latihan jadwal dan memberikan pujian.
fisik, minum obat dan verbal.
Intervensi
Pasien Keluarga

SP 4 : SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, 1. Evaluasi kegaiatan keluarga
obat, dan verbal, beri pujian. dalam merawat / melatih pasien :
2. Kemudian latih cara mengontrol fisik, memberikan obat, bicara
perilaku kekerasan dengan yang baik dan kegiatan spiritual.
spiritual (2 kegiatan). 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM
3. Masukkan pada jadwal kegiatan tanda kambuh, rujukan.
untuk latihan fisik, minum obat, 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
verbal dan spiritual. jadwal dan memberikan pujian.
Intervensi
Pasien Keluarga
SP 5 : SP 5 :
1. Evaluasi kegiatan fisik 1, 2, dan 1. Evaluasi kegaiatan keluarga
obat, verbal dan spiritual beri dalam merawat / melatih pasien :
pujian. fisik, memberikan obat, bicara
2. Nilai kemampuan yang telah yang baik dan kegiatan spiritual
mandiri serta nilai apakah serta follow up, beri pujian.
perilaku kekerasan terkontrol 2. Nilai kemampuan keluarga dalam
merawat pasien.
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ

You might also like