Definisi Mereka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Gangguan kognitif adalah sebuah istilah umum yang mencakup setiap jenis kesulitan atau defisiensi mental. Anak yang berkebutuhan khusus antara lain autisme, hiperaktif, down sindrom dan retardasi mental. Penatalaksanaan terapi pada anak yang berkebutuhan khusus paling efektif dilakukan pada usia sebelum lima tahun. Autisme Berasal dari istilah dalam bahasa Yunani; “aut‟ = diri sendiri,”isme‟ orientation/state= orientasi/keadaan. Merupakan suatu gangguan perkembangan pada anak yang sifatnya komplek dan berat, biasanya telah terlihat sebelum berumur 3 tahun, tidak mampu untuk berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan maupun keinginannya. Autisme dapat mengenai siapa saja tidak tergantung pada etnik, tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi. Penyebab Autisme Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada otak ditemukan kerusakan khas di dalam otak pada daerah dengan limbik sistem (pusat emosi). Melimpahnya zat-zat yang bekerja seperti opium ini ke dalam otak menyebabkan terganggunya kerja susunan saraf pusat. Apapun yang melatarbelakangi penyebab gangguan pada individu autisme, bukan karena ibu tidak memberi kehangatan kasih sayang, akan tetapi autisme terjadi erat kaitannya dengan gangguan pada otak. Karakteristik Autisme Ciri yang sangat menonjol adalah tidak ada kontak mata dan reaksi yang sangat minim terhadap ibunya atau pengasuhnya. Oleh karena itu kemudian diketahui bahwa seseorang baru dikatakan mengalami gangguan autisme jika ia memiliki gangguan perkembangan dalam tiga aspek: kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan Pemeriksaan Fisik Autisme Tidak ada kontak mata pada anak. Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh). Terdapat Ekolalia. Tidak ada ekspresi non verbal. Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut. Peka terhadap bau. Penanganan Autisme Intervensi terapeutik untuk anak penderita autisme merupakan wilayah khusus yang melibatkan pelatih profesional. Hasil yang paling menjanjikan adalah melalui program modifikasi perilaku yang dilakukan secara intensif dan terstruktur. Tujuan penanganan adalah meningkatkan penguatan positif, peningkatkan kesadaran sosial terhadap orang lain, mengajari keterampilan komunikasi verbal, dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima. Sindroma Hiperaktivitas Istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak. Yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. Etiologi Sindroma Hiperaktivitas Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari gangguan-gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan saraf pusat. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun racun, bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa, atau anoksia Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab pasti. Patofisiologi Sindroma Hiperaktivitas Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsive, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang suatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Manifestasi Klinis Sindroma Hiperaktivitas Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak. Jika dibandingkan dengan anak-anak normal, tetapi gerakan-gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsive dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan tersebut. Pemeriksaan Fisik Sindroma Hiperaktivitas Rambut yang halus. Telinga yang salah bentuk. Lipatan-lipatan epikantus. Langit-langit yang melengkung tinggi. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus. Pemeriksaan Penunjang Sindroma Hiperaktivitas Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektroensefalogram mereka. Tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologic atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Komplikasi Sindroma Hiperaktivitas Diagnosis sekunder, gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi). Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-kata yang diungkapkan). Penatalaksaan Sindroma Hiperaktivitas Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga. Orang tua mungkin mengutarakan kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Psikostimulan-metilfenidat (ritalin), amfetamin sulfat (benzedrine), dan dekstroamfetamin sulfat (dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak. Definisi Down Syndrome Merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20% anak dengan dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Syndrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom X. Syndrom ini juga Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal. 95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom. Etiologi Down Syndrome Non Disjunction sewaktu osteognesis (Trisomi). Translokasi kromosom 21 dan 15. Prostzygotic non disjunction (mosaicism). Genetik. Radiasi. Infeksi dan kelainan kehamilan. Autoimun dan kelainan endoktri pada ibu. Umur ibu dan ayah. Manifestasi Klinis Down Syndrome Sutura Sagitalis Yang Terpisah. Fisura Palpebralis Yang Miring. Jarak yang lebar antara kaki. Fontanela Palsu. “Plantar Crease”. Hyperfleksibilitas. Peningkatan Jaringan Sekitar Leher. Bentuk Palatum Yang Abnormal. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar Bentuk atau struktur telinga yang abnormal Manifestasi Klinis Down Syndrome Hidung Hipoplastik. Kelainan otot dan hipotonia. Bercak Brushfield pada Mata. Mulut terbuka dan lidah terjulur. Lekukan epikantus (Lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata sebelah dalam. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan. Jarak pupil yang lebar. Oksiput yang datar. Kelainan mata , tangan, kaki, mulut, sindaktili Mata sipit Patofisiologi Down Syndrome Faktor Resiko Down Syndrome Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan Resiko infeksi. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi. Defisiensi pengetahuan (orang tua) dengan perawatan anak syndrome down. Pencegahan Down Syndrome Konseling genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu mengurangi angka kejadian syndrome down. Pencegahan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Fisioterapi pada down sindrom adalah membantu anak belajar untuk menggerakkan tubuhnya dengan cara atau gerakan yang tepat (appropriate ways). Retardasi Mental Merupakan keadaan fungsi intelektual umum yang dimulai dalam masa perkembangan individu dan berhubungan dengan terbatasnya kemampuan belajar maupun penyesuaian diri proses pendewasaan. Pengertian retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Etiologi Retardasi Mental Genetik. Prenatal. Perinatal. Pascanatal. Gambaran Klinis Retardasi Mental Penampilan fisik tidak seimbang misalnya kepala terlalu besar atau terlalu kecil, mulut melongo, mata sipit (mongoloid), badan bungkuk. Kecerdasan terbatas. Tidak dapat mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai usia. Arah minat sangat terbatas pada hal-hal yang terbatas dan sederhana saja. Perkembangan bahasa atau bicara lambat. Tidak ada perhatian terhadap lingkungannya dan perhatiannya labil. Koordinasi gerakan kurang , gerakan kurang terkendali. Daya ingatnya lemah, emosi sangat miskin dan terbatas, apatis, dan acuh tak acuh terhadap sekitarnya. Sering kali ngiler. Pemeriksaan Fisik Retardasi Mental Kepala dan lingkar kepala. Mata. Telinga. Mulut atau leher. Kelenjar tiroid. Kulit. Thorak. Paru Jantung Genitalia. Ekstremitas Penatalaksanaan Retardasi Mental Radiologi. Pemeriksaan EEG. Pemeriksaan CT scan. Thoraks AP/PA. Laboratorium : SE (serum elektrolit), FL, UL, DL, BUN, LED, serum protein,IgG, IgM. Konsultasi bidang THT, jantung, paru, bidang mata, rehabilitasi medis. Program terapi: gizi seimbang, multivitamin, AB sesuai dengan infeksi penyerta. Kesimpulan Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Untuk anak yang mengalami gangguan kognitif seperti autism, hiperaktif, down sindrom dan retardasi mental, membutuhkan perhatian lebih terutama dari orang-orang sekitar. Sehingga perlu melibatkan lingkungan untuk memberikan asuhan perawatan pada anak tersebut yang memiliki kebutuhan khusus seperti diatas. Thank you