You are on page 1of 23

PSIKOLOGI MASSA

( BRIPTU ABDUL KHOLIQ NUR)

Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro
PERKENALAN
 Nama : Abdul Kholiq Nur
 Jabatan : Bamin Subbag Humas Polres SMG

 TTL : Demak, 13 April 1984


 Alamat : Ds. Tugu Rt. 06 Rw.02 Kec. Sayung
Kab. Demak
 No.HP : 087731200567

 Pendidikan : sedang menyelesaikan S1 Psikologi


Undip
 Hoby : Gym dan Karate
 Status : Single
SOAL PRE TEST DAN POST TEST

 Apakah yang dimaksud dengan massa?


 Apakah yang Anda ketahui tentang psikologi
massa?
 Apa yang dimaksud dengan perilaku kolektif?

 Sebutkan macam-macam perilaku kolektif !

 Sebutkan bentuk-bentuk penyimpangan dalam


perilaku kolektif
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Tujuan: Peserta mampu memahami hubungan


secara umum antara psikologi dan perilaku
massa (kolektif), mampu menganalisis masalah-
masalah yang berkaitan dengan situasi sosial
politik dan gerakan sosial dalam masyarakat.
PENGERTIAN
 Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan
proses mental. Massa dapat diartikan sebagai
bentuk kolektivisme (kebersamaan).
 Oleh karena itu psikologi massa akan
berhubungan perilaku yang dilakukan secara
bersama-sama oleh sekelompok massa.
Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula
sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior)
PENGANTAR
Pada tahun 1998, kita juga menyaksikan
demonstrasi para mahasiswa dan kelompok pro
demokrasi di jalan-jalan protokol ibu kota,
demosntrasi di Gendung DPR. Gerakan ini
berhasil menggulingkan pemerintahan Orde Baru,
melahirkan suatu sistem pemerintahan yang lebih
demokratis dan terbuka.

Pertannyaannya sekarang adalah bagaimanakah


gerakan seperti di atas dilihat secara psikologis?
Psikologi mengklasifikasi gerakan tersebut di atas
sebagai suatu prilaku kolektif yang diberi nama
gerakan sosial.
PENGERTIAN GERAKAN SOSIAL
Untuk mempermudah dan memperjelas pengertian
mengenai gerakan sosial, kita telusuri terlebih dahulu apa
yang dimaksudkan dengan perilaku kolektif, sebab
gerakan sosial sebagaimana yang telah disinggung
sebelumnya, secara sosiologis diklasifikasi sebagai
perilaku kolektif.

Perilaku kolektif (Macionis, 1989:528) adalah tindakan,


pemikiran, dan perasaan-perasaan (emotions) yeng
meliputi sejumlah besar orang dan yang tidak sesuai
dengan norma-norma sosial yang ada.
Perilaku kolektif memiliki tiga karakteristik:
 Interaksi sosial sangat terbatas.
 Ikatan sosil tidak jelas
 Norma-normanya lemah dan tidak konvensional
BENTUK PRILAKU KOLEKTIF:

A. Perilaku kerumunan
Perilaku kerumunan (Macionis, 1989:253) adalah orang-orang yang
berkupul secara temporer yang memiliki beberapa perhatian yang
sama dan sering saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Herbert Blumer mengklasifikasi kerumunan dengan beberapa tipe:
1) Kerumunan sambil lalu, contonhya orang-orang kebetulan
sama- sama berada dipantai, atau sama-sama sendag
mengamati suatu peristiwa/kejadian.
2) Kerumunan konvensional adalah kerumunan yang terdiri dari
sekumpulan orang yang berada di suatu tempat untuk suatu
tujuan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Seperti
kerumunan penumpang di terminal bis, bandara udara
atau pelabuhan, para pengunjung pasar atau toko.
3) Kerumunan ekspresif, kerumunan dimana orang meluapkan
emosinya seperti pada saat orang sedang menari, menyanyi,
menonton sepak bolan dan lain sebagainya.
4) Kerumunan bertindak, termasuk tindakan destruktif atau
peyimpangan
2. MOB
Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang
cenderung melakukan kekerasan/penyimpangan
(violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka
melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang
ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya
ras ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya
perasaan dicederai oleh institusi yang telah mapan
atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar,
maka bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka
melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun
yang dipandang menjadi sasaran kemarahanannya
3. PANIC
 Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya
merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di
dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan
dengan kejadian-kejadian bencana (disaster).
Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada
awal suatu kejadian, dan hal ini tidak terjadi ketika
mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari
kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada
histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan
dalam masyarakat. misalnya munculnya isue
tsunami, banjur.
4. RUMOR
 RUUMORS Adalah suatu informasi yang tidak
dapat dibuktikan, dan dikomunikasikan yang
muncul dari satu orang kepada orang lain (isu
sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang
seringkali kekurangan informasi untuk membuat
interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang
digunakan umumnya adalah telepon.
5. OPINI PUBLIC
 OPINI PUBLIC Adalah sekelompok orang yang
memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam
masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok
masyarakat terjadi perbedaan pandangan /
perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada
masyarakat yang kurang memahami akan masalah
yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut.
Contoh adalah adanya perbedaan pendangan antar
masyarakat tentang hukuman mati, pemilu,
penetapan undang-undang tertentu, dan
sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi
yang beda, namun dalam kenyataannya bisa menjadi
stimulator konflik dalam masyarakat.
5. PROPAGANDA
 PROPAGANDA Adalah informasi atau
pandangan yang sengaja digunakan untuk
menyampaikan atau membentuk opini publik.
Biasanya diberikan oleh sekelompok orang,
organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai
tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan
untuk melalukan propaganda ini. Kadangkala
juga berupa pertemuan kelompok
(crowds).Penampilan dari public figure kadang
kala menjadi senjata yang ampuh untuk
melakukan proraganda ini.
FAKTOR PENENTU PERILAKU
KOLEKTIF
Perilaku kolektif bisa terjadi dimasyarakat mana saja, baik
masyarakat yang sederhana maupun yang kompleks. Menurut
teori Le Bon perilaku kolektif dapan ditentukan oleh 6 faktor
berikut ini :
1. Situasi social
Situasi yang menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam
instansi tertentu.
2. Ketegangan structural
Adanya perbedaan atau kesenjangan disuatu wilayah akan
menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan bentrok
ketidakpahaman
3. Berkembang dan menyebarnya suatu kepercayaan umum.
Misalnya : berkembangnya isu-isu tentang pelecehan suatu
agama atau penindasan suatu kelompok yang dapat
menyinggung kelompok lain.
LANJUTAN

4. Factor yang mendahului.


Yakni factor-faktor penunjang kecemasan dan
kecurigaan yang dikandung masyarakat. Misalnya desas-
desus isu kenaikan harga BBM, yang diperkuat dengan
pencabutan subsidi BBM, hal ini dapat memicu kuat
sekelompok orang untuk protes.
5. Mobilisasi perilaku oleh pemimpin untuk bertindak.
Perilaku kolektif akan terwujud apabila khalayak ramai
dikomando/dimobilisasikan oleh pimpinannya.
6. Berlangsungnya suatu pengendalian social.
Merupakan hal penentu yang dapat menghambat,
menunda bahkan mencegah ke 5 faktor diatas, misalnya :
pengendalian polisi dan aparat penegak hukum lainnya.
Dari keenam factor penentu tersebut merupakan suatu
rangkaian yang dapat menyebebkan terjadinya suatu
perilaku kolektif.
KESALAHAN DALAM MEMANDANG
PERILAKU KOLEKTIF
Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe
kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan
(perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-
kesalahan itu, meliputi yaitu:
(1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari
konflik antar-kelompok,
(2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya,

(3) terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya,

(4) kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan

(5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.


HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI
TENTANG PERILAKU KOLEKTIF
Ciri penting yang harus dipahami petugas apakah kumpulan dapat
mengakibatkan potensi konflik?
1. Apakah terjadi kebangkitan emosi (arousal) massa yang sangat
signifikan? Bila mereka sangat antusias dengan yel-yel dan
gerakan yang menyinggung harga diri kelompok maka perlu
dibutuhkan upaya kesabaran namun waspada.
2. Apakah ada stimulator / pemicu dari lingkungan yang
membahayakan? Alat agresi apakah muncul dalam kerumunan
massa tu. Batu, pentungan, senjata tajam, dll, sangat mendorong
munculnya kekerasan.
3. Apakah ada provokator yang terorganisir?Provokator selalu
menyemangati para anggota kelompoknya untuk tetap
melakukan tindakan demonstrasi.
4. Apakah situasinya panas atau hujan? Situasi panas dapat
membuat situasi tidak nyaman, dan situasi ini dapat mudah
menyulut kekerasan.
LANJUTAN
5. Apakah munculnya sesaat atau bersifat kronis? Perilaku
kolektif yang munculnya sesaat umumnya tidak menimbulkan
agresi, terkecuali memang sudah ada konflik didalamnya.
6. Adakah keberpihakan dalam perilaku kolektif ?Konsep ini
muncul dari adanya pemahamana bahwa bila ada dua
kelompok atau lebih yang sedang berkompetisi, maka mereka
akan saling berusaha untuk mengalahkan yang lain
7. Adakah motif dasar yang melatarbelakangi munculnya perilaku
kolektif?Perilaku kolektif akan menjadi sangat berbahaya
apabila dalam kolektivitasnya itu dipicu oleh masalah
kebutuhan pokok.
8. Apakah ada organisasi yang mensponsori? Kekerasan akan
semakin meningkat konstelasinya apabila ada dukungan
sponsorship yang kuat, sehingga perilaku kolektif ini akan
berlangsung lama. Oleh karena itu, kesiapan logistik yang
cukup harus dilakukan dan dicarinya upaya strategi yang
tepat
BENTUK PENYIMPANGAN KOLEKTIF
1. Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal
umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani
dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut
adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu.
Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi
kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar,
mengoda dan mengganggu cewek yang melintas, corat-coret
tembok orang dan lain sebagainya
2. Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama
nakal atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan
perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga orang
lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. COntoh :
tawuran anak sma 70 dengan anak sma 6, tawuran penduduk
berlan dan matraman, dan sebagainya.
LANJUTAN

3. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan


Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik
secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis
penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan
tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga
membunuh korbannya. Contoh : Perampok, perompak,
bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor
dan lain-lain.
4. Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk
ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku
sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di
masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara lain
di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas
kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-
laki dengan wanita pada acara resepsi pernikahan, dsb.
BAGAIMANA CARA MENYIKAPI
PERILAKU MASSA

1. Memahami bentuk perilaku kolektif


2. Memahami motif perilaku kolektif
3. Perencanaan penyelesaian yang matang
4. Kesiaan mental petugas
5. Pengendalian diri yang baik
6. Keberanian dalam bersikap
KESIMPULAN

Pendekatan yang mana yang harus ditempuh, apakah


pendekatan keamanan atau pendekatan humanisme?
Paduan antara keduanya akan lebih tepat daripada
hanya mengandalkan salah satunya. Karena sampai
saat ini tidak satupun kerumunan dapat diprediksi
apakah akan terjadi kerusuhan massa ataukah tetap
damai. Oleh karena itu, peran analisis inteligen sangat
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dalam
melakukan tindakan terhadap perilaku massa ini.

You might also like