You are on page 1of 42

LAPORAN KASUS

DERMATITIS KONTAK IRITAN


EMIRIZAL A SURYA – 1865050029
Pembimbing : dr. Dantri Cahyawari Sp.DV
LAPORAN KASUS
Identitas
• Nama : Ny. R
• Jenis Kelamin : Wanita
• Usia : 29 tahun
• Pekerjaan : Perawat
• Pendidikan : S1
• Suku : Medan
• Agama : Kristen
• Alamat : Gn. Sawo, Cawang, Jakarta Timur
• Status Pernikahan: Belum Menikah
Anamnesis
• Keluhan utama : terasa perih pada bintil-bintil
merah di lengan kiri bawah

• Keluhan Tambahan : gatal dan panas


• Riwayat penyakit sekarang : Pasien Ny. R tahun
datang ke poli kulit RS UKI dengan keluhan terasa
perih pada bintil-bintil merah di lengan kiri bawah
sejak 30 menit yang lalu, perih yang dirasakan
pasien seperti rasa terbakar, rasa perih tersebut
dirasakan pasien terus menerus, pasien sudah
mengatasi rasa perih tersebut dengan cara
mencuci lengan di air yang mengalir, setelah
mencuci lengan rasa perih dan panas pada lengan
pasien berkurang.
• awal mulanya pasien mengatakan bahwa pasien terkena cairan TCA
80% saat menangani pasien di poli kulit, saat cairan terpapar pada
lengan pasien, pasien merasa pedih dan panas pada lengan kirinya,
pasien langsung mencuci lengannya dengan air mengalir, setelah
dicuci, pasien merasa timbul bintil-bintil merah pada lengan yang
terkena cairan TCA 80%, selain merasa pedih dan panas, pasien juga
merasa gatal yang timbul setelah mencuci lengan dengan air, pasien
mengaku baru pertama kali mengalami hal seperti ini, pasien
menyangkal di keluarga perna mengalami hal seperti ini, pasien
mengaku memiliki kebiasaan tidak menggunakan handscoon saat
bekerja, pasien memiliki kebiasa menggunakan body lotion di
bagian kedua lengan dan tungkai, pasien menyangkal ada kontak
dengan serangga pada daerah keluhan, pasien menyangkal memiliki
alergi debu dan udara dingin.
• Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat alergi
debu (-), Riwayat alergi udara dingin (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien
menyangkal ada keluarga ada keluarga yang
mengalami keluhan serupa.
• Riwayat Kebiasaan Pasien :pasien memiliki
kebiasan tidak menggunakan APD
(handscoon)
Pemeriksaan fisik
• Tanggal Pemeriksaan : 24 Januari 2019
• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Composmentis

• Tanda Vital:
• Tekanan Darah : 120/80 mmHg
• Suhu : 36.9 C
• Nadi : 94 x/menit
• Respirasi : 22 x/menit
Status Genenralis
•Kepala: Normocephali
•Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
•Leher: KGB tidak membesar
•Dada:
 I : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan
kiri
 P : Vocal Fremitus sama antara kanan dan kiri
 P : Sonor/Sonor
 A : BND Vesikuler. Rh -/-; WH -/-; BJ 1 & 2
reguler: murmur (-), gallop (-)
• Perut:
• I : Perut tampak datar
• A : BU (+), 4x/menit
• P : Supel, Nyeri tekan (-)
• P : Timpani, Nyeri ketok (-)
• Kulit dan kelamin: Tampak ada gangguan pada
kulit (lihat di status dermatologis)
• Alat gerak: Edema (-) ; CRT <2”, Akral hangat
Status dermatologi

Efloresensi : pada regio antebrachii sinistra tampak vesikel multiple


berkonfluens dengan dasar eritema ukuran lentikuler bentuk sebagian
teratur sebagian tidak, bebatas tegas, penyebaran regional.
Resume
• Pasien Ny. R tahun datang ke poli kulit RS UKI dengan
keluhan terasa perih pada bintil-bintil merah di lengan kiri
bawah sejak 30 menit yang lalu, perih yang dirasakan
pasien seperti rasa terbakar, rasa perih tersebut dirasakan
pasien terus menerus, pasien sudah mengatasi rasa perih
tersebut dengan cara mencuci lengan di air yang mengalir,
setelah mencuci lengan rasa perih dan panas pada lengan
pasien berkurang, pasien mengatakan bahwa pasien
terkena cairan TCA 80%, pasien merasa gatal yang timbul
setelah mencuci lengan dengan air, timbul bintil-bintil
merah pada lengan yang terkena cairan TCA 80% setelah
mencuci lengan, pasien mengaku memiliki kebiasaan tidak
menggunakan handscoon saat bekerja.
Diagnosis
Diagnosis banding Diagnosis kerja
Dermatitis Dermatitis
kontak Iritan et kontak Iritan et
causa suspect causa suspect
TCA 80% TCA 80%

Dermatitis
Urtikaria
Venenata

Dermatitis
kontak alergi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Uji tempel (patch test ) : tidak dilakukan
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
• Hindari pajanan iritan yang menjadi penyebab
• Siram dengan air yang mengalir bila terkena
bahan iritan untuk mengurangi lamanya
pajanan bahan iritan di kulit.
• Menggunakan APD
Medikamentosa
• Menggunakan Kortikosteroid topikal
(mometasone furoate 0,1% 2x1 selama 10
hari)
Prognosis
• Ad vitam: bonam
• Ad fungtionam : bonam
• Ad sanationam : bonam
• Ad kosmetikum : bonam
TINAJUAN PUSTAKA
Definisi
• Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi
peradangan kulit non imunologik, yaitu kerusakan
kulit terjadi langsung tanpa didahului proses
pengenalan/sensitisasi. Dermatitis kontak iritan
terjadi karena kulit berkontak dengan bahan
iritan.
• Bahan iritan adalah bahan yang pada kebanyakan
orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila
dioleskan pada kulit pada waktu tertentu dan
untuk jangka waktu tertentu.
Etiologi
• Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan
bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
deterjen, minyak pelumas, asam alkali, dan serbuk
kayu.
• Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh
ukuran molekul, daya larut, konsenstrasi bahan
tersebut dan vehikulum.
• Terdapat juga pengaruh faktor lain, yaitu: lama kontak,
kekerapan (terus-menerus atau berselang), oklusi yang
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula
gesekan dan trauma fisis
PATOGENESIS
Mengaktifkan
Bahan iritan
fosfolipase dan AA dirubah menjadi
meusak membran
melpaskan PG dan LT
lemak keratinosit
AA,DAG,PAF,IP3

Transudasi
Kemoatraktan kuat Vasodilatasi dan
pengeluaran
pada leukosit dan permeabilitas
komplemen dan
netrofil vaskular
kinin

mengaktifasi sel
Timbul eritem,
mast untuk Perubahan vaskular
edema, panas, nyeri
pelepasan histamin
Gejala Klinis
DKI Akut
Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalnya
larutan asam sulfat dan asam hidroklorid atau
basa kuat. Kulit terasa pedih, panas, rasa
terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema
edema, bula, mungkin juga nekrosis
DKI Akut Lambat
Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI
akut, tetapi baru terjadi 8 sampai 24 jam setelah
berkontak.
DKI Kronik Kumulatif
kontak berulang dengan menjadi tebal
iritan lemah (deterjen, (hiperkeratosis) dengan
sabun, pelarut, tanah, likenifikasi, yang difus. .
bahkan juga air). Gejala: Bila kontak terus
kulit kering, disertai berlangsung akhirnya
eritema, skuama, yang kulit dapat retak seperti
lambat laun kulit luka iris (fisura).
Reaksi Iritan
terpajan dengan pekerjaan basah dalam
beberapa bulan pertama(penata rambut,
pekerja logam). Kelainan kulit bersifat
monomorf dapat berupa skuama, eritema,
vesikel, pustul, dan erosi.
DKI Traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah
trauma panas atau laserasi. Gejala klinis
menyerupai dermatitis numularis.
DKI Subjektif
Juga disebut DKI sensori. karena kelainan kulit
tidak terlihat, namun pasien merasa seperti
tersengat (pedih) atau terbakar (panas) setelah
berkontak dengan bahan kimia tertentu,
misalnya asam laktat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji tempel (patch test)
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
patch test :
• Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu
setelah pemakaian kortikosteroid sistemik
dihentikan sebab dapat menghasilkan reaksi
negative palsu. Pemberian kortikosteroid topical
di punggung dihentikan sekurang-kurangnya satu
minggu sebelum tes dilaksanakan.
• Patch test dibuka setelah dua hari, kemudian
dibaca; pembacaan kedua dilakukan pada 48
jam setelahnya.
• Penderita dilarang melakukan aktivitas yang
menyebebkan uji temple menjadi longgar,
karena memberikan hasil negative palsu.
• Penderita juga dilarang mandi sekurang-
kurangnya dalam 48 jam dan menjaga
punggung agar tetap kering.
• Penderita juga dilarang mandi sekurang-
kurangnya dalam 48 jam dan menjaga
punggung agar tetap kering.
• Dermatitis yang terjadi harus sudah tenang
(sembuh).
Interpretasi hasil

• (-) : negatif
• (+/-) : samar-samar, tidak pasti, meragukan
(kemerahan ringan saja, contoh macula eritematosa)
• (+) : reaksi lemah (nonvesikular : eritema, infiltrate,
papul)
• (+ +) : reaksi kuat (edema atau vesikel)
• (+ + +) : reaksi sangat kuat (merah intens, bula atau
ulkus)
• (IR) : iritasi (kulit merah sekali, contoh : ruam keringat,
follicular pustules, purpura dan burn-like reactions)
• (NT) : tidak diuji.
HISTOPATOLOGI
• pada dermis terjadi
vasodilatasi disertai
sebukan sel
mononuklear di
sekitar pembulu
darah di dermis
bagian atas.
Eksositosis di
epidermis diikuti
spongiosis dan
edema intrasel.
Diagnosis
• Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis.
• DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya
lebih cepat sehingga penderita pada umumnya masih
ingat apa yang menjadi penyebabnya.
• DKI kronis timbulnya lambat serta mempunyai
gambaran klinis yang yang luas. Sehingga adakalanya
sulit dibedakan dengan DKA
Tatalaksana
Non medikamentosa Medikamentosa
• penghentian pajanan • Koktikosteroid topical
terhadap bahan iritan yang (hidrokortison butyrate 0,1
dicurigai. %)
• perlindungan bagian tubuh • Kortikosteroid topical
yang terpapar. potensi kuat jika kondisi
• penggantian bahan iritan kronis (betamethasone
dengan yang tidak bersifat dipropionat 0,05%)
iritan.
Prognosis
• Umumnya baik untuk penderita tanpa riwayat
atopik, tipe akut dan diagnosis serta
penatalaksanaan yang tepat. Prognosisnya
dapat kurang baik jika bahan iritan penyebab
dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan
dengan sempurna.
PEMBAHASAN
CASE TINJAUAN PUSTAKA
Perempuan datng ke poli dengan keluhan Dermatitis kontak Iritan akut
: perih pada bintil-bintil merah di daerah menimbulkan sensasi pedih, panas, rasa
lengan kiri bawah sejak 30 menit yang lalu terbakar. Dan kelainan yang terlihat
karena terkena cairan TCA 80% berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
mungkin juga nekrosis.

Pada kasus ini, pasien perempuan usia 29 Hal ini sesuai dengan teori yang
tahun mengatakan bahwa dermatitis kontak
iritan biasanya terjadi pada segala umur
dan jenis kelamin.

Pasien terpapar cairan TCA 80% Penyebab Dermatitis kontak Iritan akut
adalah iritan kuat yang timbul secara
langsung apabila terpajan di kulit
• Terapi pasien ini dilakukan secara
medikamentosa dan non medikamentosa.
Untuk menghilangkan peradangan diberikan
kortikosteroid topikal (mometasone furoate
0,1%) jika diperlukan. Dan yang terpenting
adalah hindari pajanan bahan iritan yang
menjadi penyebab. Penggunaan alat
pelindung diri yang adekuat untuk yang
bekerja dengan bahan iritan.
KESIMPULAN
Pada kasus pasien diatas pasien dengan
diagnosa DKI sudah dilakukan penatalaksaan
yang sesuai dengan teori dan di harapkan
mendapatkan prognosis atau hasil yang baik.

You might also like