Professional Documents
Culture Documents
Yg mempengaruhi
jenis kelamin(laki2>pr)
Pekerjaan (sosial ekonomi rendah)
Lingkungan tidak baikimun menurun mudah
infeksi
Lingkungan (kepadatanpenduduk, ventilasi dan
sirkulasi udara).
6. bagaimana tatalaksana awal apabila kita
menemukan kasus seperti skenario?
7. Apakah kondisi tempat tinggal dan
pekerjaan pasien mempengaruhi keluhan
pasien?
1. Menjelaskan tentang TB,PPOK,tumor paru
(definisi-prognosis)
2. Program TB puskesmas
Definisi
•Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Epidemologi
•Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi
di dunia setelah China dan India.
•Pada survei kesehatan nasional tahun 2016 CDR TB 60,59%
Kuman bentuk batang
Ukuran 1-4 um dan tebal 0,3-0,6 um
Dinding terdiri atas asam lemak
(lipid), peptidoglikan, dan
arabinomannan BTA
Tahan terhadapa gangguan fisik dan
kimia dormant
Di dalam jaringan parasit
intraselular (sitoplasma makrofag)
Bakteri aerob predileksi apeks paru
Patologis TB Primer (childhood tberculosis
) & TB post-primer (adult tuberculosis)
Radiologis luas lesi
Indonesia klinis, radiologis, mikrobiologi
WHO terapi
PERSON to PERSON
- Pencahayaan (sinar
matahari/ uv/gelap)
- Kelembapan
TB Paru, batuk - Ventilasi Orang sehat
berdahak, BTA (+)
Kuman
Ukuran
menempel
kuman
paru atau Neutrofil Makrofag
<5mm
saluran
alveolus
napas
PENYEBARAN
Per-kontinuitatum
Bronkogen paru , GIT
Limfogen
Hematogen
TB primer dormat bertahun-tahun
Resiko re-infeksi 90%
Pencetus malnutrisi, alkoholism, DM, AIDS
Invasi parenkim paru
Demam
Menyerupai demam infulenza, demam hilang timbul. Bisa
mencapai suhu 40-41
Batuk
Terjadi karena iritasi bronkus. Batuk kering batuk
produkstif batuk berdarah
Sesak napas
Infiltrasi sudah mencapai ½ bagian paru
Nyeri dada
Jarang ditemukan. Terjadi karena pleuritis
Malaise
Anoreksia, nyeri otot, dll
Anamnesis
•Gelaja lokal batuk >2 minggu
•Gejala sistemik demam, malaise, keringat malam, anoreksia, BB turun
Pemeriksaan fisik
•Suara napas bronkial/ ronki basah
•Pembesaran KGB disekitar leher dan ketiak ?
•Perkusi paru pekak
•Auskultasi melemah
Pemeriksaan Bakteriologi
•Mikroskopis langsung
•Biakan
•Tes kepekaan obat
OAT lini pertama
OAT lini pertama, dosis untuk pasien dewasa
based on Textbook
Erindah Puspowati
Description
• Characterized by presence of airflow obstruction
• Caused by emphysema or chronic bronchitis
• Generally progressive
• May be accompanied by airway hyperreactivity
• May be partially reversible
Risk factor
• Cigarette smoking
• Secondhand smoke exposure
• Infection
• Major contributing factor to the aggravation and progression of COPD
• Heredity
• -Antitrypsin (AAT) deficiency (produced by liver and found in lungs); accounts for < 1% of
COPD cases
• Emphysema results from lysis of lung tissues by proteolytic enzymes from neutrophils and
macrophages
Pathophysiology
• Hiperinflasi dinamik
• Disfungsi otot pernafasan
• Pertukaran gas yang tidak efisien
• Gangguan kardiovaskular
Two types :
Centrilobular (central part of lobule)
Most common
Panlobular (destruction of whole lobule)
Usually associated with AAT deficiency
Destruction of
Destruction of
Hyperinflation of alveolar capillary
alveolar walls
alveoli walls
Loss of lung
Narrowed airways
elasticity
Small bronchioles become obstructed as a result of
Mucus
Smooth muscle spasm
Inflammatory process
Collapse of bronchiolar walls
Recurrent infections production/stimulation of neutrophils
and macrophages release proteolytic enzymes alveolar
destruction inflammation, exudate, and edema
Elastin and collagen are destroyed
Air goes into the lungs but is unable to come out on its own
and remains in the lung Causes bronchioles to collapse
Trapped air hyperinflation and overdistention
As more alveoli coalesce, blebs and bullae may develop
Destruction of alveolar walls and capillaries reduced
surface area for O2 diffusion
Compensation is done by increasing respiratory rate to
increase alveolar ventilation
Hypoxemia usually develops late in disease
Dyspnea
Progresses in severity
Patient will first complain of dyspnea on exertion and progress to
interfering with ADLs and rest
Minimal coughing with no to small amounts of sputum
Overdistention of alveoli causes diaphragm to flatten and AP diameter to
increase
Patient is underweight (despite adequate calorie intake)
Patient becomes chest breather, relying on accessory muscles
Ribs become fixed in inspiratory position
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan penunjang
• Riwayat merokok atau bekas • Pursed - lips breathing (mulut • Faal paru dengan
perokok dengan atau tanpa gejala setengah terkatup mencucu)
pernapasan • Barrel chest (diameter antero - • Spirometer
• Riwayat terpajan zat iritan yang posterior dan transversal sebanding) • Uji bronkodilator
bermakna di tempat kerja • Penggunaan otot bantu napas • Darah rutin ; hb, ht, leukosit
• Riwayat penyakit emfisema pada • Hipertropi otot bantu napas
• Radiologi ; foto toraks PA
keluarga • Pelebaran sela iga
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan
dan lateral berguna untuk
• Terdapat faktor predisposisi pada menyingkirkan penyakit paru
masa bayi/anak, mis berat badan terlihat denyut vena jugularis di leher
dan edema tungkai lain
lahir rendah (BBLR), infeksi
saluran napas berulang, • Pada emfisema fremitus melemah, pada emfisema terlihat
lingkungan asap rokok dan polusi sela iga melebar gambaran :
udara • Pada emfisema hipersonor dan batas - hiperinflasi
jantung mengecil, letak diafragma - hiperlusen
• Batuk berulang dengan atau tanpa rendah, hepar terdorong
dahak ke bawah - ruang retrosternal melebar
• Sesak dengan atau tanpa bunyi • suara napas vesikuler normal, atau - diafragma mendatar
mengi melemah, terdapat ronki dan atau • Jantung menggantung
mengi pada waktu bernapas biasa (jantung pendulum / tear
atau pada ekspirasi paksa, ekspirasi
memanjang, bunyi jantung terdengar drop / eye drop appearance)
jauh
• Pink puffer Gambaran yang khas
pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed –
lips breathing
Daftar Pustaka
◦ Hiperlusen
◦ Diafragma mendatar
◦ Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
Textbook : PAPDI 2014
Perokok (aktif maupun pasif)
Paparan / inhalasi zat karsinogenik yang
berkepanjangan
Polusi udara
Genetik
Teori onkogenik
diet
Anamnesis usia, kebiasaan merokok, riwayat
kanker keluarga, paparan zat karsinogen, infeksi
Pemeriksaan fisik gejala klinis
Pemeriksaan tambahan
Foto rongent dada
CT Scan
Bone scanning
Pemeriksaan sitology sputum (tidak selalu +)
Histo PA
Pemeriksaan Serologi / tumor marker
• Skuamos cell
Ca
• Adeno Ca
Tujuan
Kuratif
Paliatif
Suport
if
NSCLC SCLC
Bedah Radiote
Radiotera rapi
pi
Kemoter Kemote
api rapi
Pencega
han
Tergantung stadium Berhenti merokok
NSCLC Chemoprevention
Pasien dg bedah asam retinoid,
kemungkinan hidup karotenoid, vitamin
dalam 5 tahun 30% C
SCLC
Specific enzyme-
Mantoux
Acid-fast bacilli linked
tuberculin skin
(AFB) immunospot
test
(ELISpot)
In vitro blood
HIV serology in
test based on Nucleic acid
all patients with
interferon amplification
TB and unknown
gamma release tests
HIV status
assay (IGRA)
Blood culture
Approach Considerations
Drug therapy
Monitoring
Kateg
ori I
Kategori II
Jurnal
Definisi
1. Rokok
2. Genetik
3. Usia
4. Sosial-ekonomi
5. Pertumbuhan dan perkembangan paru
6. Asma
7. Bronkitis kronik
8. Infeksi
Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok
dalam jangka panjang dapat menyebabkan aneka
efek, a.l.:
Mengganggu pergerakan rambut getar epitel
saluran nafas (respiratory epithelial cilliary)
Menghambat fungsi alveolar macrophages
Menyebabkan hypertrophy dan hyperplasia
kelenjar penghasil mukus
Menghambat antiproteases dan menyebabkan
leukosit melepaskan enzim proteolitik secara
akut
Merusak elastin, suatu protein yang membangun
kantong alveolar
Patogenesis
Diagnosis
Banding
1. Asma
2. SOPT
3. Pneumotoraks
4. Gagal jantung kronik
5. Bronkiektasis
• Inspeksi
- Pursed - lips breathing
- Barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat
denyut vena jugularis i leher dan edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga
melebar
• Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung
mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
• Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Px Penunjang
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP,
VEP1/KVP
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk
menyingkirkan penyakit paru lain
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum /
tear drop / eye drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
- Normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada
21 % kasus
Derajat
Keparahan PPOK
Terapi
Komplikasi
Infeksi berulang
Kor pulmonal
Pencegahan
Mencegah Mencegah
Terjadinya PPOK perburukan PPOK
Hindari asap rokok Berhenti merokok
Hindari polusi udara Gunakan obat-obat
Hindari infeksi adequate
saluran nafas Mencegah
berulang eksaserbasi berulang
Prognosis
Klasifikasi:
1. Benign (95%)
Hamartoma, Bronchial Adenoma
1. Malignant (5%)
Non-Small Cell Carcinoma, Small Cell
Carcinoma
Terjadi sekitar 85% dari kejadian kanker paru
Genetik
• Pertumbuhan dari sel onkogen
• Inaktivasi gen supresi tumor
Seringnya asymptomatis baru terlihat saat
sudah parah
Gejala yang sering terlihat:
1. Batuk berkepanjangan
2. Nyeri dada
3. Napas pendek
4. Batuk berdarah
5. Wheezing
6. BB turun dan kehilangan nafsu makan
7. Fatigue
Pemeriksaan fisik (melihat metastasis)
Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap)
Pemeriksaan Radiologi (X-Ray)
Untuk konfirmasi:
Sputum
Bronchoscopy
Biopsy
Kemotera
Surgery Radiasi
pi
• Untuk stage I • Menjadi • Hanya jika
dan II pertimbangan surgery tidak
80% pasien bisa dilakukan
• Lobectomy • Pada anak • Diimbangi
• Pneumonectom (dengan dengan
y kondisi yang pemberian β-
baik): Cisplatin blocker
• Wedge
resection • Pada dewasa
(dengan
komorbiditas
yang spesifik):
Angka kejadian 5% dari kanker paru
Secara umum:
1. Agresif
2. Pertumbuhan cepat
3. Penyebaran awal ke tempat yang jauh
Tobacco (rokok)
Patogenesis
Muncul di peribronchial
Menginfiltrasi submukosa
Terlihat saat sudah tahap lanjut
Napas pendek
Batuk berkepanjangan
BB turun
Fatigue
Neurologi dysfunction
Nyeri tulang
• Pemeriksaan fisik (melihat metastasis)
• Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap)
• Pemeriksaan Radiologi (X-Ray)
Untuk konfirmasi:
• Sputum
• Bronchoscopy
• Biopsy
Limited- Extensive-
stage stage
• Kemoterapi •Kemotera
• Radiasi pi
• Surgical sistemik
resection
(stage I)
Mella Intaniabella Ngapriba
201510330311113
•Menuju masyarakat bebas masalah TB, Sehat,
Mandiri dan Berkeadilan.
Visi
Misi
pengendalian TB.
•Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
•Menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumberdaya pengendalian TB.
•Menciptakan tata kelola program TB yang baik.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan
pengendalian TB di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Melakukan koordinasi lintas program/lintas sektor
dan kemitraan untuk kegiatan pengendalian TB
dengan institusi terkait di tingkat kabupaten.
3. Melaksanakan Pedoman dan SOP yang sudah
disusun untuk tatalaksana pasien TB dan
mengikuti standar pelayanan pasien TB
(International Standard Tuberculosis Care).
4. Memperkuat tim pelatih TB di Provinsi (Provincial
Training Team) untuk mengatasi kebutuhan
tenaga terlatih di daerah.
5. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
mendukung pengendalian TB melalui POS TB Desa.
Indonesia sekarang berada pada ranking
kelima negara dengan beban TB tertinggi di
dunia.
Indonesia merupakan negara dengan
percepatan peningkatan epidemi HIV yang
tertinggi di antara negara-negara di Asia.
1. Meningkatkan perluasan pelayanan DOTS yang bermutu,
2. Menangani TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan masyarakat
miskin serta rentan lainnya,
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan milik
pemerintah, masyarakat dan swasta mengikuti
International Standards of TB Care,
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB,
5. Memperkuat sistem kesehatan, termasuk pengembangan
SDM dan manajemen program pengendalian TB,
6. Meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah
terhadap program TB,
7. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan informasi.
Sumber :
Strategi Nasional Pengendalian TB di
Indonesia, 2011.
اَللَّ ُه َّم ِإنِ ْي أَع ُْوذُ ِب َك ِم ْن ِع ْل ٍم الَ يَ ْنفَ ْع
شبَ ْع ْ َ ب الَ يَ ْخش َْع َو ِم ْن نَ ْف ٍس الَت ٍ َو ِم ْن قَ ْل
َُُاب ل ُ َو ِم ْن َد ْع َو ٍة الَ ُ ْيست َ َج
Allahumma inni a’uudzubika min
‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa
yakhsya’, wa minnafsin laa tasyba’,
wamin da’ watin
laa yustajaabulaha
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu
yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusu’,
nafsu yang tidak pernah puas, dan do’a yang
tidak dikabulkan”.
ار ُز ْقنَا
ْ ق َحقًّا َو َّ اَللَّ ُه َّم أ َ ِرنَا ا ْل َح
ًاطال ِ َاتِـبَاعَُ ُ َوأ َ ِرنَا ا ْلب
ِ َاط َل ب
ْ ار ُز ْقنَا
َُُاج ِتنَاب ْ َو
Allahumma arinal_haqqo _haqqon
warzuqnat tibaa’ahu wa
arinal baathila baa-thilan
warzuqnaj tinaabahu
“Ya Allah Tunjukkanlah kepada kami kebenaran
sehinggga kami dapat mengikutinya Dan
tunjukkanlah kepada kami kejelekan
sehingga kami dapat menjauhinya”